Guru killer, yang ada dibenak semua orang pasti seorang guru yang galak dan suka menghukum siswanya bukan?
Begitu pula yang dialami oleh Evangeline Dorius (18 tahun) yang sangat tidak menyukai seorang guru killer karena selalu menyulitkannya atau memberinya tugas yang banyak.
Namun, apa jadinya jika guru killer itu jatuh cinta kepada dirinya? Bagaimana reaksi Eva terhadap pernyataan cinta Pak Theo?
Ikuti kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon NKS Iravati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 29 - I Love You
Di restoran.
Eva, Celine dan pak Theo pun menikmati makanan yang mereka ambil tadi. Penyajian makanan diambil sendiri oleh pengunjung sesuai selera karena menggunakan cara penyajian prasmanan.
Restoran pun padat dan hanya ada hiruk-pikuk orang berbicara. Ada yang memang peserta yang makan, ada juga tamu tidak diundang nyempil ikut makan. (Sama seperti diriku, asal ada acara fokus ke tempat makan 😁).
Sampai akhirnya jam pun sudah menunjukkan pukul 2, para peserta yang lolos pun diarahkan menuju ruangan. Dan bagusnya Eva dan Celine pun lolos, mereka pun masuk ke dalam.
Sebelum Eva masuk ke dalam, pak Theo pun mengusap-usap kepalanya sehingga membuat rambut Eva sedikit berantakan. "Semangat ya." Ucap pak Theo seperti biasa dengan nada dinginnya.
Eva sendiri mematung karena kepalanya yang tiba-tiba diusap oleh pak Theo. Jantungnya berdetak kencang, seperti habis mengikuti lomba lari. "Ba-baik pak!" Sahut Eva.
Dia pun berjalan dengan pikiran yang terus tertuju pada perlakuan pak Theo.
*
Tak terasa 50 menit berlalu sejak Eva dan Celine mengerjakan soal esainya. Mereka pun harus menunggu pengumuman pemenang besok. Mereka akan berada di kota B selama 5 hari dengan 3 hari olimpiade dan 2 hari sebagai liburan.
"Ayo, Eva kita jadi suporter ke tempat Olimpiade yang lainnya!" Seru Celine lalu menarik pergelangan tangan kanannya.
"Hey, kalian berdua mau kemana? Tanya pak Theo.
"Mau lihat yang lain pak." Sahut Eva sedikit berteriak.
Pak Theo mengangguk. "Ya sudah, hati-hati ya." Himbaunya.
Celine dan Eva pertama-tama menuju ruangan dimana olimpiade kimia dilaksanakan. Namun, karena olimpiade kimia menggunakan bahan-bahan yang mungkin berbahaya mereka pun tidak diizinkan masuk.
Karena tempat pertama dilarang mereka pun menuju ruangan selanjutnya dimana olimpiade fisika dilakukan. Tidak seperti sebelumnya, mereka diizinkan masuk untuk sekedar memberi dukungan kepada temannya.
Hati Eva pun berbunga tatkala melihat Yoga membuat sebuah alat peraga menggunakan penerapan hukum Pascal.
Eva pun bingun mengenai perasaannya yang kadang-kadang berbunga dan menyukai yoga. Dan gugup serta berdebar jika berdekatan dengan pak Theo. Eva pun berpikir dirinya sedang mengalami cinta monyet.
Yang jelas untuk saat ini perasaannya hanya tertuju kepada Yoga.
Perlombaan pun selesai tepat pukul 4 sore, Celine dan Eva pun menghampiri Gisell dan juga Yoga.
"Bagaimana lombanya?" Tanya Celine yang memang orangnya yang paling aktif.
"Lumayan lah, gw optimis bisa menang." Sahut Yoga.
"Kalo kalian?" Tanya Gisell kepada Eva dan Celine.
Eva dan Celine saling pandang. "Ya gitu deh." Jawab mereka serempak.
Tiba-tiba suara perut keroncongan pun berbunyi. Yang membuat gelak tawa mereka pecah.
"Eh udah gih, aku laper banget nih." Ucap Gisell malu.
"Kalau gitu ayo kita makan." Ujar Celine lalu berjalan mendahului bersama Gisell.
Yoga pun mendekati Eva. "Eva nanti sebelum tidur temui aku di kolam yang ada bunga teratainya." Bisik Yoga tepat di telinga Eva.
Blushhh!
Wajah Eva pun memerah karenanya. Bulu kuduknya seketika berdiri karena lehernya terkena napas yang keluar dari bibir Yoga. Bibirnya terasa kelu untuk menjawab, Eva pun hanya mengangguk untuk menjawab pertanyaan Yoga. Lalu pergi secepat kilat meninggalkan laki-laki yang teman masa kecilnya itu.
*
Cahaya bulan pun perlahan muncul menyinari gelapnya malam didampingi oleh ribuan bahkan jutaan bintang-bintang yang tak terhitung jumlahnya.
Eva pun memakai pakaian terbaiknya lalu memoles tipis wajahnya dengan bedak tak lupa juga melapisi permukaan bibir mungilnya dengan lip tint. Rambutnya dibiarkan tergerai indah.
Perfect! Satu kata itu yang paling cocok digunakan untuk memuji Eva saat ini.
Eva pun menyelinap keluar dari kamarnya, Untung saja Gisell sedang mandi dan Celine yang sedang membeli camilan di luar, memuluskan aksinya bertemu dengan Yoga.
Di kolam tempat mereka janjian, Eva datang lima menit lebih awal pun duduk, menunggu yoga yang akan datang.
"Eva!" Seru seseorang memanggil namanya. Siapa lagi kalau bukan Yoga.
Eva pun berdiri lalu menoleh ke asal suara.
Yoga perlahan mendekati Eva lalu menarik kedua pergelangan tangan Eva. Menggenggam erat kedua tangannya.
"Eva, I Love You."
Bersambung……
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Saatnya buaya beraksi 🤭😗
...awokawokawokawok 🤣🤣...