"Menikah lah dengan saya Jeslyn! Ini perintah bukan penawaran!"
"A-pa!?"
Menikah dengan boss sendiri!? Jeslyn tak pernah berpikir bahwa Louis akan melamar nya secara tiba-tiba, padahal lelaki itu jelas tidak mecintai nya! Apa yang sebenar nya lelaki itu inginkan hingga memaksa Jeslyn untuk tidak menolak titahan tersebut? Apakah sebuah keterpaksaan dari seseorang? Balas dendam? Atau alasan lain nya? Cukup Tuhan dan Louis yang tau!
Jeslyn yang memang tidak memiliki power apapun pun terpaksa mengiyakan keinginan dari Louis tanpa tau alasan pria itu ingin menikahi nya.
Lalu, bagaimana kehidupan Jeslyn kelak? Akan kah ia mampu untuk meluluhkan hati Louis? Sedangkan lelaki itu memiliki sifat kaku, dingin tak tersentuh, dan temperamental!? Belum lagi, Louis yang masih terbayang-bayang oleh masa lalu nya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bertepuk12, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15
Siluet sang bagaskara mulai terlihat, kabut tebal menyelimuti lembah, membuat segalanya tampak samar-samar.
Suara aliran sungai terdengar sayup-sayup, seperti bisikan makhluk gaib. Pohon-pohon besar berdiri kokoh, seakan menjadi penjaga rahasia alam.
Cahaya remang mulai mengintip dari balik tirai jendela, membelai lembut wajah kedua manusia berbeda gender yang masih terlelap dengan nyenyak itu, tanpa menyadari bahwa matahari sedari tadi sudah memunculkan awak nya.
Semilir angin pagi membawa aroma tanah basah dan dedaunan yang baru saja diguyur hujan semalam. Bunyi lalu lalang terdengar berpadu dengan kicauan burung Lovebird menciptakan simfoni alam yang menenangkan.
Merasa cahaya tersebut terlalu menganggu membuat Jeslyn mau tak mau membuka mata nya perlahan, sayup-sayup ia melihat plafon dengan kening yang mengernyit.
"Ini?" Seru Jeslyn kecil, sebelum menghela nafas kasar tatkala menyadari bahwa ia tengah berada di kamar Louis selaku atasanya.
Bangun dari duduk nya, Jeslyn menatap luar jendela, menatap burung-burung yang terbang tak beraturan sembari meregangkan otot tangan serta punggung nya yang terasa sedikit nyeri karena ia tidur di atas sofa.
Saat tengah melamun sembari memikirkan hidup nya, tiba-tiba Jeslyn melototkan mata setelah segelintir ingatan rabun melintas dalam otak.
"GODDAMN! Sekarang bukan kah ada rapat manajemen strategis?" Seru nya histeris, lalu ia menatap lelaki yang masih menenggelamkan tubuh nya didalam selimut.
Siapa lagi jika bukan Louis, dia masih nyenyak berada didalam alam bawah sadar nya padahal jam sudah menunjukan 8.10 AM.
Jeslyn merutuki diri nya sendiri, karena bangun terlambat. Lantas ia yakin akan disalahkan Louis karena sifat nya yang pelupa, namun mau bagaimana lagi? Ia terlalu nyenyak tidur padahal hanya tidur di sofa.
"Jika gaji dipotong lalu aku akan luntang-lantung karena tak membayar apartemen ya sudah, aku akan menumpang hidup pada orang lain."
Ah ngomong-ngomong jika kalian bertanya, apakah Jeslyn tak dicari oleh orang tua nya, maka dengan tegas wanita itu akan menjawab, bahwa ia adalah anak panti asuhan yang bahkan Jeslyn tak tau siapa orang tua nya.
Jeslyn hidup diatas kaki nya sendiri, dulu ia bersekolah sembari kerja untuk memenuhi biaya hidup nya, untung saja sesekali panti membantu nya walaupun tak sebarapa, lalu Jeslyn bisa berkuliah karena beasiswa yang ia dapat.
Dan lihat, akhirnya ia pun menjadi wakil sekretaris perusahaan ternama.
Dengan kesadaran penuh Jeslyn mendekat pada Louis walaupun jantung nya terasa berdegup begitu kencang, "Tuan, bangun, sekarang ada rapat yang cukup penting." Seru nya kecil seperti cicitan tikus.
Tak ada pergerakan, Louis tetap tertidur dengan nyaman, nampak ia memperbaiki posisi tidur nya membuat Jeslyn menggaruk leher binggung, apa perlu ia teriak dan menguncang hebat tubuh Louis agar lelaki itu bangun?
"Benar, karena sudah mepet jam rapat, mau bagaimana lagi jika bukan berteriak agar dia terbangun." Gumam Jeslyn menunduk, bersiap-siap berteriak.
Menarik nafas pelan, lalu, "TUAN BANGUN!"
Terjengit kaget, lalu
BRUKKK.....
Louis langsung berguling hingga jatuh di bawah ranjang, membuat Jeslyn pun spontan memundurkan tubuh menatap Louis yang tengah meringis kesakitan.
"SIAL! Siapa yang berani berteriak pada ku heh!?" Louis mendengus jengkel, lalu ia memutar tubuh nya menjadi terbaring, lalu tatapan itu kini mulai menajam sempurna.
Spontan saja cengiran tanpa dosa dan ekspresi konyol Jeslyn layangkan, ingin membantu tuan nya berdiri, namun ia malah mendapat dorongan pada bahu nya hingga mau tak mau Jeslyn memberi jarak pada lelaki itu.
"Tuan, maafkan say-"
"Gaji mu aku potong 20%."
Belum selesai dengan ucapan nya, Louis lebih dahulu menimpali, lelaki itu segera bangun sembari memegang pinggang nya yang terasa sakit.
Melototkan mata, Jeslyn menggeleng, "Tuan, gaji saya sudah anda potong sebanyak 60%! Tidak boleh!" Seru nya histeris.
Enak saja gaji nya dipotong, hayy! Jika terus dipotong maka Jeslyn tak akan mendapatkan apa-apa diakhir bulan nanti! Luntang-lantung dikolong jembatan!
"Salah kan diri mu sendiri." Louis menjawab seadanya, mendudukan tubuh diranjang, sesekali memijat pelipis nya yang terasa berdenyut sakit.
Pagi-pagi cerah seperti ini seharusnya Louis merasa mood nya baik karena rasa lelah nya sudah hilang, namun sekarang? Lihat lah wajah Jeslyn yang konyol itu, mampu membuat Louis jengkel sendiri.
"Tuan, saya sudah membangunkan anda secara perlahan, namun anda tetap tidak bangun, ya mau tak mau saya akhirnya berteriak." Jelas Jeslyn dengan hati-hati.
Demi Tuhan, Jeslyn berharap jika Louis mau untuk menggagalkan keinginan nya terkait pemotongan gaji sebanyak 20%.
Louis mengerutkan kening tak ingin tau, "Oh, lalu?" Tanya nya tanpa minat, ia kembali membaringkan tubuh nya kasar.
"Jangan memotong gaji saya tuan, bagaimana saya akan hidup jika gaji saya terus dipotong padahal sekarang masih pertengahan bulan." Jawab Jeslyn menundukan kepala, menarik simpati Louis.
Ditatap nya wajah melas itu dengan malas, "Bukan urusan ku." Louis berucap dengan santai.
Salahkan Jeslyn yang berani dan lancang berteriak pada nya hingga ia terjatuh dibawah ranjang, dan kini pinggang Louis terasa nyeri, anggap saja mereka sudah impas.
"Tua-"
"Diam Jeslyn! Itu salah mu sendiri!" Teriak Louis dengan kasar, memuntahkan kekesalan nya pada wanita itu.
Kini Jeslyn memundurkan langkah, menahan rasa ingin menangis bercampur marah pada Louis, ingin sekali memukul wajah tuan nya itu, "Tapi, bagaimana jika saya diusir dari apartemen, karena tak membayar tepat waktu?"
Louis melirik sinis, "Kau pikir aku peduli?"
"Tentu anda harus peduli, karena jika saya diusir maka saya akan menumpang hidup di mansion anda." Cerca Jeslyn menakut-nakuti, memberi ancaman sedikit.
Tentu saja Jeslyn paham betul bahwa Louis tak akan membiarkan ia menumpang di mansion nya, bisa-bisa kabar simpang siur akan datang dan membuat nama besar Louis tercoret tenar.
"Lalu aku akan membunuh mu."
Jawaban dari Louis membuat Jeslyn melotot tak percaya, bahkan tubuh nya kini merinding hebat seolah-olah tengah melihat penampakan setan.
Dan itu benar, penampakan setan itu adalah Louis.
"Tua-"
"Apa jadwal ku hari ini?" Louis mengalihkan pembicaraan, ia tak ingin berdebat apalagi berlama-lama dengan Jeslyn.
"Pukul 8.30 AM, akan ada rapat manajemen strategis yang akan dihadiri oleh pusat dalam cabang negara. Pukul 12.00 PM makan siang dengan client dari perusahaan infrastuktur, dan setelah itu anda memiliki jam kosong, seperti nya begitu." Jeslyn berseru lugas, kembali mengingat-ingat jadwal tuan nya itu yang sudah ia tulis dalam buku agenda.
Kepala Louis mengangguk ringan, "Oke, silakan pergi.
"Anda menggusir saya?"
"Aku tak ingin terlalu lama menghirup oksigen dengan spesies manusia seperti mu." Louis menjawab tanpa peduli perasaan lawan bicara nya itu sakit hati atau tidak.
Memang nya urusan Louis?
Jeslyn melangkah lunglai, sedikit sakit hati karena ucapan tuan nya itu terdengar begitu kasar dan bruntal, lalu ia membuka pintu yang ternyata sudah tak dikunci lagi.
"TUNGGGU!" Louis berseru kasar hingga menghentikan langkah Jeslyn yang sudah ingin menutup pintu tatkala mata nya menangkap jarum jam dinding.
"Siapkan pakaian ku dan perlengkapan rapat nanti!"
Selepas mengatakan kalimat itu, Louis terbirit lari menuju kamar mandi dengan tergesa-gesa, karena sebentar lagi rapat akan dimulai sedangkan ia malah masih belum mempersiapkan apapun.
Jeslyn yang diberi intruksi pun melongo binggung namun akhir nya menurut, tak ingin membantah titahan itu karena tak ingin gaji nya dipotong lagi, dan itu beresiko pada hidup satu bulan nya kedepan.