Jian Chen melarikan diri setelah dikepung dan dikejar oleh organisasi misterius selama berhari-hari. Meski selamat namun terdapat luka dalam yang membuatnya tidak bisa hidup lebih lama lagi.
Didetik ia akan menghembuskan nafasnya, kalung kristal yang dipakainya bersinar lalu masuk kedalam tubuhnya. Jian Chen meninggal tetapi ia kembali ke masa lalu saat dia berusia 12 tahun.
Klan Jian yang sudah dibantai bersama keluarganya kini masih utuh, Jian Chen bertekad untuk menyelamatkan klannya dan memberantas organisasi yang telah membuat tewas.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon secrednaomi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps. 29 — Perasaan Asing
Disalah satu kediaman Akademi, tempat dimana murid inti dan jenius tinggal. Seorang pemuda berumur sekitar 18 tahunan sedang melukis diberanda rumahnya. Malam begitu indah malam itu, ketenangan yang sunyi, angin yang menyejukkan, kedamaian yang menenangkan adalah hal yang pemuda itu rasakan.
Dari kesendirian itu Sang Pemuda sedang menghayati setiap ukiran dari kuasnya, melukis sesuatu yang begitu indah. Paras Sang Pemuda begitu hangat dan rupawan, membius setiap yang memandangnya agar memperhatikannya.
Gerakkan kuas Sang Pemuda tiba-tiba berhenti saat merasakan hawa keberadaan seseorang yang mendatanginya. Tanpa harus menoleh Sang Pemuda langsung menyadari ada seseorang dibelakangnya.
“Ada apa? Kau tidak melihat aku sedang melukis?” nada Sang Pemuda itu terdengar tidak senang.
“Ketua, ada hal yang ingin aku beritahukan pada anda tentang kompetisi tahun ini.” Seseorang yang meyusup berlutut lalu melaporkan.
Sang Pemuda tidak langsung menjawab, tangannya mulai melanjutkan melukis kembali.
“Bukankah sudah aku bilang sebelumnya, kita tidak mengikuti kompetisi itu untuk tahun ini. Fraksi kita sudah berada di posisi teratas. Ikut atau tidak, tidak akan mengubah apapun.”
“Ketua, mohon maap sebelumnya tetapi kompetisi sekarang agak berbeda. Pemburuan siluman akan diadakan di Hutan Sunyi, hadiahnya juga lebih tinggi yaitu tetesan embun langit.”
Sang Pemuda menghentikan gerakan melukisnya, hadiah itu sedikit membuatnya tertarik. Sang Pemuda kemudian menoleh kebelakang. “Kau tidak keliru dengan informasi ini?”
“Tidak Ketua, beberapa hari kemarin Ketua Akademi mengumumkan hal ini didepan umum…” Pelapor itu menjelaskan selain hadiah utamanya yang tinggi, hadiah juara ke dua dan ketiga juga sangat berharga yaitu akan diberikan sumber daya yang melimpah dan pusaka kelas tinggi.
‘Hadiah utama itu sangat berharga untuk kuabaikan…’ Sang Pemuda mengelus dagunya setelah berpikir beberapa saat, ia kemudian menoleh kearah bawahannya.
“Liu Zhan, kau pimpin Faksi Naga Emas dikompetisi tersebut dan pastikan kaulah yang juara.”
Liu Zhan tersenyum lebar, hal inilah yang ia ingin sejak tadi. “Ketua bisa percaya padaku, setelah kompetisi ini menang, hadiah embun langit akan diserahkan pada anda.”
Sang Pemuda mengangguk, “Kalau begitu kau yang memegang faksi selama kompetisi ini berlangsung. Andai kemenangannya agak sulit diraih kau boleh pakai taktik itu.”
“Cara itu… Oh! Baik ketua!” L
Setelah melaporkan tujuannya Liu Zhan langsung menghilang sedangkan Sang Pemuda sendiri kembali melukis namun kali ini ada senyuman yang terukir diwajahnya.
Tetesan embun langit adalah air yang sangat berharga dan amat langka. Siapapun yang meminumnya akan membuat seorang pendekar menerobos ke kultivasi selanjutnya tanpa usaha yang berarti.
Sang Pemuda itu adalah Liu Yanyi, pemimpin faksi Naga Emas. Ia sendiri sedang diranah Alam Jiwa Tahap 8 dan ia sedikit mengalami kemacetan belakangan ini, dengan meminum sumber daya tersebut ia bisa menerobos ke tahap 9 dalam waktu relatif singkat.
***
Di tengah-tengah Hutan Kabut, tepat dibawah air terjun yang menjulang tinggi, ada dua wanita cantik sedang bermain pedang.
Salah satu diantara keduanya merupakan wanita tercantik di Akademi, dujuliki sebagai Dewi Lotus Salju, Niu Meily, sedangkan yang bersamanya adalah wanita berambut sebahu, tak kalah cantik dengan sang dewi, Ye Ziyun.
“Bagaimana, kau masih belum tertarik?” Ye Ziyun bertanya kesekian kalinya saat keduanya berlatih tanding pedang.
“Aku tidak yakin akan menang, Liu Yanyi pasti akan tertarik dengan hadiahnya dan dia mungkin juara utama?”
“Tapi setidaknya kita punya peluang untuk juara dua atau tiga.”
Ye Ziyun adalah sahabat Meily sejak kecil, keduanya merupakan pemimpin faksi di Akademi, umur Ye Ziyun dua tahun diatas gadis itu. Meski ia tahu identitas Meily yang merupakan puteri dari Ketua klan Niu, sikapnya pada gadis itu tetap seperti pada teman sebaya.
Meily tidak langsung menjawab, ia mengayunkan pedangnya lagi dan kali ini lebih cepat dari sebelumnya.
Secara ilmu pedang kedua gadis itu hampir mempunyai pemahaman yang sama. Tapi sekarang Ye Ziyun menyadari kemampuan pedang sahabatnya telah jauh melebihinya, padahal mereka hanya tidak berlatih selama seminggu.
“Benarkah ini peningkatanmu setelah bertemu pemuda itu, bagaimana bisa kemampuanmu benar-benar meningkat sedrastis ini…” Ye Ziyun mengernyitkan alisnya dan sedikit terpana dengan perkembangan Meily.
Sebelumnya Meily sudah menceritakan hal ini pada Ye Ziyun tentang ia yang bertemu seorang pemuda jenius. Bukan hanya mengajarinya bermain pedang lebih dalam, pemuda itu juga dapat meniru teknik klannya dengan mudah.
Awalnya Ye Ziyun menganggap Meily becanda namun setelah melihat permainan pedangnya yang meningkat, sulit rasanya hal itu dianggap kebohongan belaka.
‘Apakah pemuda yang dimaksud Mei’er itu benar ada?’
Ye Ziyun adalah seorang pendekar pedang, ia bisa menilai kemampuan Meily telah meningkat cukup pesat dibanding beberapa minggu lalu
Kekuatan Ye Ziyun memang menyamai Meily karena ia juga salah satu murid terjenius di akademi. Hanya saja Ye Ziyun sudah berumur 17 tahun berbanding jauh dengan Meily yang masih 15 tahun namun kultivasinya sudah diranah Alam Jiwa Tahap 3.
“Aku mulai paham alasan kau beberapa hari kemarin sering ke air terjun ini. Biar kutebak, kau ingin bertemu pemuda itu lagikan?” Ye Ziyun tersenyum penuh makna.
“Nona Ziyun, kenapa anda bisa tahu kalau aku menyelinap diam-diam ke hutan?” Meily menyipitkan matanya curiga.
Ye Ziyun tertawa kecil. “Kau salah paham, Mei’er, setiap malam aku selalu terjaga dan tanpa sengaja menemukanmu yang meninggalkan tempat tinggal, setahuku kemana lagi kalau kau bukan pergi ke air terjun ini.”
Kebersamaan keduanya sangat dekat, Ye Ziyun dan Meily sering berlatih di air terjun disesekali waktu, bisa dibilang air terjun ini adalah tempat rahasia mereka.
“Sepertinya pemuda itu amat berbekas dihatimu, Mei’er?” Ye Ziyun menambahkan sambil tersenyum penuh makna apalagi melihat reaksi unik dari wajah sahabatnya.
“Aku hanya ingin belajar lebih dalam lagi tentang pedang. Jangan salah paham.” Meily menjawab dengan sedatar mungkin.
“Oh ya, tapi sepertinya wajahmu bereaksi berbeda dengan ucapanmu.”
Meski Meily menjawabnya sesingkat dan sedatar mungkin tetapi ia tidak bisa menyembunyikan hal itu dari sahabatnya.
“Sudah kubilang, aku hanya ingin belajar pedang bersamanya!” Meily mengayunkan pedang lebih cepat sehingga Ye Ziyun agak kesulitan menahannya.
“Ah, apa jangan-jangan ka menyukai pemuda itu…”
Ayunan pedang Meily terhenti beberapa detik, saat itu juga Ziyun langsung bergerak cepat menyerang balik sehingga pedang ditangan Meily terjatuh. Pedang Ziyun kemudian beralih pada leher sahabatnya.
“Mengelak tidak membuat kebenaran menjadi hilang, tanda rasa suka adalah ketika kau tertarik ingin bertemu dan bersamanya lebih lama.”
Ye Ziyun menghela nafas panjang, menarik pedangnya. “Inilah penyebab kau tidak pernah dekat dengan seorang pria. Perasaan yang kau rasakan sangatlah asing bukan, tetapi perasaan itu terasa hangat dan jika kau mengingatnya… Kau bakal langsung tersenyum.”
Meily terdiam dan merasa semua itu memang benar, ia juga tak mengerti dengan hatinya namun lelaki itu selalu terbayang-tayang dipikirannya. Ketika mengingat kejadian itu ia jadi senyum-senyum sendiri.
Disisi lain Ye Ziyun sebenarnya ingin tertawa, tentu saja ini pertama kalinya melihat sahabatnya jadi seperti ini. Setahunya Meily adalah orang yang cuek pada yang lain, entah itu perempuan apalagi laki-laki.
“Apakah dia sangat tampan?” Tanya Ye Ziyun selanjutnya yang membuat pipi gadis itu seketika memerah.