NovelToon NovelToon
Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Gadis Kecil Dan CEO Dingin Nisa And Rey

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Fantasi
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Syari_Andrian

Pengingat bahwa Aku tidak akan pernah kembali padamu. "Nico kamu bajing*n yang hanya menjadi benalu dalam hidupku. aku menyesal mengenal dan mencintai mu."

Aku tidak akan bersedih dengan apa yang mereka lakukan padaku. "Sindy, aku bukan orang yang bisa kamu ganggu."

Aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitiku kembali

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Syari_Andrian, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Nico....

Di tempat lain, jauh dari hiruk-pikuk pertempuran dan penangkapan Sindy, Nico duduk di sebuah ruangan kecil di sebuah kota yang terpencil. Ruangan itu remang-remang, dipenuhi dengan tumpukan dokumen, peta, dan laptop yang menyala. Wajahnya terlihat lebih keras dari sebelumnya, dengan tatapan tajam yang menyiratkan rencana besar yang sedang ia pikirkan.

Seorang pria bertubuh besar masuk ke ruangan itu, membawa sebuah koper hitam. "Ini semua yang kau minta, Tuan Nico," katanya sambil meletakkan koper di atas meja.

Nico membuka koper itu dan tersenyum tipis melihat isinya—tumpukan uang tunai dan beberapa dokumen penting. "Bagus," ucapnya sambil memeriksa isi koper. "Ini cukup untuk memulai tahap pertama."

Pria itu mengangguk. "Tapi aku harus bilang, rencanamu ini sangat berisiko. Apalagi setelah apa yang terjadi dengan Sindy. Orang-orang akan mulai mencarimu juga."

Nico mengangkat bahu, seolah tidak peduli. "Sindy terlalu emosional. Dia membuat kesalahan dengan menargetkan Nisa secara langsung. Aku tidak akan mengulang kesalahannya. Aku akan bermain cerdas, dan kali ini, aku akan membuat mereka semua membayar, tanpa mereka menyadarinya."

Pria itu tampak ragu. "Tapi Nisa dan Rey... mereka sudah semakin kuat. Bahkan mereka punya koneksi yang luas, termasuk kakek Nisa."

Nico tertawa kecil, nadanya penuh ejekan. "Kekuatan mereka hanya sementara. Semua orang punya kelemahan, dan aku tahu kelemahan mereka. Aku akan menyerang dari dalam, membuat mereka tidak sadar sampai semuanya terlambat."

Dia berdiri dari kursinya, berjalan ke arah jendela kecil yang menghadap ke jalanan kota. "Biarkan mereka menikmati kemenangan mereka untuk saat ini. Tapi saat aku kembali, aku akan memastikan bahwa semuanya runtuh di hadapan mereka. Tidak ada yang bisa menghentikanku kali ini."

Pria itu mengangguk perlahan. "Baiklah, Tuan. Apa langkah kita selanjutnya?"

Nico berbalik, matanya penuh dengan tekad. "Kita mulai dengan membangun koneksi baru. Aku butuh sekutu yang kuat, seseorang yang bisa membantu melancarkan rencana ini tanpa terdeteksi. Cari orang-orang yang punya dendam terhadap keluarga Nisa atau Rey. Aku yakin mereka ada di luar sana."

"Dimengerti, Tuan," jawab pria itu sebelum meninggalkan ruangan.

Setelah sendirian, Nico duduk kembali di kursinya dan membuka laptopnya. Dia melihat foto Nisa dan Rey di layar, lalu menyeringai. "Kalian mungkin berpikir ini sudah selesai. Tapi aku belum selesai. Kali ini, aku akan membuat kalian kehilangan segalanya, satu per satu."

Dengan satu klik, Nico menghapus semua jejak aktivitas digitalnya dan mulai merancang rencana balas dendam yang lebih halus dan rumit. Bayangan masa lalu mungkin telah membuatnya mundur, tetapi kali ini, Nico bertekad untuk kembali lebih kuat dan lebih berbahaya dari sebelumnya.

∆∆

Di kediaman keluarga Nisa, suasana terasa lebih tenang sejak Sindy ditangkap. Namun, ketenangan itu tidak membuat Nisa sepenuhnya lega. Dia duduk di ruang tamu bersama Rey, kakeknya Arfan, dan ayahnya, Roni, membahas langkah-langkah ke depan.

"Aku tahu ini belum benar-benar selesai," kata Nisa, suaranya tegas meskipun ada sedikit keraguan di dalam hatinya. "Sindy mungkin sudah ditangkap, tapi aku yakin masih ada ancaman lain yang belum terlihat."

Rey mengangguk, mencoba menenangkan Nisa. "Aku setuju. Tapi untuk saat ini, kita harus tetap waspada. Kita tidak tahu siapa lagi yang mungkin mencoba menyerangmu."

Arfan yang duduk di pojok ruangan dengan sikap tenang, ikut menimpali. "Kalian benar. Saya sudah mengirim beberapa orang untuk memastikan keamanan rumah ini dan lingkungan sekitar. Tapi Nico, dia belum muncul lagi, kan?"

Nisa menggeleng. "Belum. Tapi aku merasa dia tidak akan tinggal diam. Dia pasti merencanakan sesuatu."

Roni yang sejak tadi diam akhirnya berbicara. "Nisa, kamu sudah melalui banyak hal. Tapi jangan biarkan rasa takut atau khawatir mengendalikan hidupmu. Kita semua ada di sini untuk melindungimu. Fokus saja pada studimu dan masa depanmu."

Nisa tersenyum kecil. "Aku tahu, Ayah. Tapi aku juga tidak bisa duduk diam. Aku ingin membantu melindungi keluarga kita. Aku tidak mau hanya bergantung pada orang lain."

Rey menatap Nisa, matanya penuh rasa bangga. "Itu semangat yang bagus, Nisa. Tapi aku harap kamu tidak lupa menjaga dirimu sendiri. Kamu sudah cukup kuat, tapi jangan terlalu keras pada dirimu."

Arfan tertawa kecil. "Kalian ini pasangan yang saling melindungi. Bagus. Kalau begitu, Rey, aku akan memberimu tanggung jawab tambahan."

Rey mengernyit. "Tanggung jawab apa, Kakek?"

Arfan menatapnya tajam. "Aku ingin kamu memimpin tim kecil untuk mengawasi Nico. Kita tidak bisa membiarkan dia bergerak bebas. Jika dia mencoba mendekati Nisa lagi, kita harus menghentikannya sebelum semuanya terlambat."

Rey mengangguk mantap. "Tentu, Kakek. Aku akan pastikan semuanya tetap terkendali."

Nisa yang mendengar percakapan itu merasa lega sekaligus cemas. Dia tahu ancaman dari Nico atau musuh lainnya mungkin masih ada. Namun, dengan keluarga dan orang-orang terdekatnya di sisinya, dia merasa lebih kuat dari sebelumnya.

Di sela-sela itu, ponsel Nisa bergetar. Sebuah pesan masuk dari nomor tak dikenal. Isinya hanya satu kalimat: **"Kamu pikir semua ini sudah selesai? Tunggu saja."**

Nisa menunjukkan pesan itu kepada Rey dan Arfan. Wajah mereka seketika berubah serius.

"Sepertinya permainan belum benar-benar selesai," gumam Rey sambil menatap layar ponsel.

"Baiklah," kata Arfan dengan nada tegas. "Kalau begitu, kita akan menunggu langkah mereka. Dan ketika saatnya tiba, kita akan siap."

Nisa menarik napas dalam-dalam, mencoba menghilangkan rasa takut yang tiba-tiba muncul. Dia tahu perjuangannya masih panjang, tapi dia juga tahu dia tidak sendiri.

.

.

.

1
Ellsya
Lumayan
Guillotine
Nyesel kalo gak baca.
thalexy
Thor, masih ingat sama penggemar yang gak sabar nungguin kelanjutan ceritanya?
Regrater
Kepayang
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!