Calon suaminya direbut oleh sang kakak kandung. Ayahnya berselingkuh hingga menyebabkan ibunya lumpuh. Kejadian menyakitkan itu membuat Zara tidak lagi percaya pada cinta. Semua pria adalah brengsek di mata gadis itu.
Zara bertekad tidak ingin menjalin hubungan dengan pria mana pun, tetapi sang oma malah meminta gadis itu untuk menikah dengan dosen killernya di kampus.
Awalnya, Zara berpikir cinta tak akan hadir dalam rumah tangga tersebut. Ia seakan membuat pembatas antara dirinya dan sang suami yang mencintainya, bahkan sejak ia remaja. Namun, ketika Alif pergi jauh, barulah Zara sadar bahwa dia tidak sanggup hidup tanpa cinta pria itu.
Akan tetapi, cinta yang baru mekar tersebut kembali dihempas oleh bayang-bayang ketakutan. Ya, ketakutan akan sebuah pengkhianatan ketika sang kakak kembali hadir di tengah rumah tangganya.
Di antara cinta dan trauma, kesetiaan dan perselingkuhan, Zara berjuang untuk bahagia. Bisakah ia menemui akhir cerita seperti harapannya itu?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon UQies, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE #2
.
"Makasih udah dianterin pulang, Kak," ucap Zara pada seorang pria dengan motor besar yang baru saja mengantarnya pulang dari kampus sore itu.
"Iya, sama-sama," balas pria itu sambil menatap Zara, lalu beralih melihat ke arah rumah yang menjadi tempat tinggal Zara selama dua tahun terakhir. "Eh, kamu nggak nawarin aku mampir, nih? Kangen, loh, sama Oma," lanjut pria itu tersenyum manis.
"Eh, emm, gimana, yah? Aku mau langsung siap-siap ke tempat kerja soalnya," jawab Zara sedikit kikuk.
"Oh, ya udah. Aku langsung balik aja kalau gitu. Salam sama Oma, yah."
Zara tersenyum tipis sambil mengangguk pelan. Tangannya melambai seiring semakin jauhnya motor pria itu pergi. Gadis itu kemudian berbalik dan berjalan memasuki rumah sederhana yang menjadi huniannya bersama sang ibu dan juga neneknya.
"Ekhem, kayaknya ada yang baru saja diantar pulang sama penyelamatnya," ucap wanita berambut putih yang sejak tadi berdiri memandangi sang cucu dari balik jendela. Tak lupa alis naik-turun dan senyum menggoda yang ia lemparkan.
"Apaan, sih, Oma, biasa aja, kok, Zara," balas Zara dengan wajah sedikit cemberut lalu menjatuhkan tubuhnya di atas sofa.
"Dih, pake ngeles lagi, kamu suka, 'kan sama Naufal Wijaya itu?" tanya wanita bernama Ratna yang biasa di panggil Oma oleh Zara. Wanita paruh baya itu ikut duduk di samping sang cucu.
"Nggak sama sekali, Oma. Oh, iya, Oma kapan datang? Perasaan kemarin Oma bilang mau ke rumah teman sampai tiga hari ke depan, kenapa pulangnya lebih awal?" tanya Zara yang sebenarnya ingin mengalihkan pembicaraan tersebut.
"Lalu kenapa kamu namain 'Penyelamat' di kontak hape kamu?" tanya Oma Ratna yang tak peduli dengan pertanyaan Zara.
Zara membuang napas lesu karena menyadari sang nenek tak terpengaruh dengan usaha pengalihan pembicaraannya saat ini. "Ya, biar Zara bisa jaga sikap di depannya. Oma tahu sendiri, 'kan kalau Zara nggak suka sama cowok muda zaman sekarang? Tahunya nyakitin doang!"
Raut wajah Oma Ratna seketika berubah sendu usai mendengar penuturan sang cucu. Sebelumnya, Zara bukanlah gadis pembenci pria seperti saat ini. Semuanya berubah usai kejadian pahit yang menimpanya dua tahun lalu dan hal itu benar-benar telah mengubah sikapnya.
"Zara sayang, oma ingin ngomong sesuatu sama kamu," kata wanita paruh baya itu dengan wajah serius.
"Apa, Oma?"
"Sebenarnya, Oma ... oma berniat menikahkan kamu, Nak."
Raut wajah Zara seketika berubah datar dan seolah tidak suka mendengar pembicaraan tersebut. Ia terdiam sejenak mencerna kata demi kata yang terlontar dari mulut neneknya itu, lalu berkata, "Oma, jangan bercanda, dong. Mood Zara hari ini lagi tidak bagus."
"Oma serius, Sayang. Oma tidak ingin kamu selamanya menganggap laki-laki itu buruk. Tidak semua laki-laki seperti itu, Nak ...."
"Maaf, Oma. Zara akan penuhi semua keinginan Oma, tapi tidak dengan yang satu ini," balas Zara cepat, lalu segera pergi ke kamar meninggalkan sang nenek yang yang hanya bisa terdiam lesu.
Zara berdiri di belakang pintu kamarnya dengan tangan yang terkepal kuat. Tatapannya memancarkan kebencian yang tertahan. Namun, bukan untuk sang nenek, melainkan untuk sosok pria dibalik perjodohan itu.
"Pasti Kak Naufal," ucapnya lirih, lalu segera berjalan cepat ke tempat tidur dan membaringkan tubuhnya dan berharap pikirannya pun bisa ia tenangkan.
Pikiran Zara benar-benar lelah karena masalahnya dengan dosen yang bernama Alif dan sekarang ia malah menerima permintaan perjodohan dengan Naufal-pria yang selama dua tahun ini dianggap sebagai sang penyelamat.
Tok tok tok
Lamunan Zara buyar mendengar suara ketukan pintu di luar kamarnya.
"Zara, boleh oma bicara?"
Untuk beberapa saat Zara tidak menjawab, tetapi mendengar panggilan yang kembali di ulang oleh sang nenek, akhirnya ia mengalah.
"Maaf, Oma. Zara tidak ingin membahas pernikahan, Zara sudah putuskan untuk tidak menikah seumur hidup Zara!" kata gadis itu tegas usai membuka pintu kamarnya dan kembali ke tempat tidur.
"Zara sayang, hidup oma tidak akan bisa tenang jika keputusanmu seperti itu, Nak," balas Oma Ratna, tetapi Zara hanya diam dengan wajah kesal.
"Zara, oma memutuskan ini demi kebaikanmu. Oma sudah tua, sewaktu-waktu bisa pergi. Ibumu juga sakit, Nak. Tak ada yang bisa menjagamu terus. Bahkan justru bisa dibilang kamulah yang menjaga kami. Kamu bekerja sambil kuliah demi keperluan kami, sudah saatnya kamu bahagia, Nak."
"Bahagia?" Zara tersenyum kecut mendengar kata itu. "Jaminan dari mana Zara akan bahagia dengan menikah? Lihat saja Ibu, Ibu menjadi seperti ini karena itu. Zara bahagia, kok, hidup bersama Oma dan Ibu seperti ini."
"Tapi, Nak ...."
"Semua laki-laki sama saja, Oma. Habis manis sepah dibuang."
"Tidak, Sayang. Pria ini berbeda, dia pria yang baik."
"Sama aja, Oma. Zara bisa melihatnya, kok. Dia memang baik sama Zara, tapi kepada semua wanita dia juga seperti itu. Isi hati pria itu tak ada yang tahu."
"Tunggu dulu!" Perdebatan tersebut seketika terhenti. "Apa kamu sudah bertemu dengan dia?" tanya Oma Ratna sedikit bingung.
"Tentu saja, Oma. Orang tadi dia yang jemput Zara di kampus padahal Zara tidak minta."
Oma Ratna mengerutkan dahinya mendengar pernyataan sang cucu. "Menjemputmu tadi? Bukannya itu Naufal?"
"Iya, memangnya bukan dia?" Zara pun mulai tampak bingung.
"Bukan, Zara sayang. Pria pilihan Oma itu bukan Naufal."
Selama ini tak ada pria yang berani mendekati Zara karena sikapnya yang begitu judes pada mereka. Hanya Naufal satu-satunya pria yang berhasil mendekat tanpa diperlakukan buruk oleh Zara.
.
.
#bersambung#
.
.
Jangan lupa like dan komennya yah 🥰