Suaminya berkhianat dan selalu mengabaikan nya, Calista malah tak sengaja bermalam dengan seorang Office Boy hotel tempat dia dijebak.
"Kamu masih perjaka?" tanya Calista pada lelaki tampan yang tidur dengan nya.
"Ya, Nona."
"Baiklah, aku akan bertanggung jawab! Kita akan jadi kekasih!" tutur Calista dengan serius, dia adalah orang yang selalu bertanggung jawab pada hal yang telah ia lakukan.
"Tapi saya hanya seorang Office Boy miskin."
"Aku nggak perduli latar belakang mu, aku hanya harus bertanggung jawab telah mengambil keperjakaan mu! Aku orang yang berpikiran sangat kuno, dimana keperawanaan atau keperjakaan sangat penting!"
Siapa sangka, ternyata lelaki itu bukan lah seorang OB biasa... akan tetapi seorang Bos besar misterius yang menyembunyikan identitas aslinya dari Calista dan pria itu mencintai Calista dengan ugal-ugalan!
Bagaimana rasanya dikhianati dan diabaikan suami lalu diceraikan, namun malah dicintai secara ugal-ugalan oleh kekasih misterius?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rere ernie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter - 17.
Sekitar tengah malam, Ravindra terbangun karena merasa haus. Dengan amat perlahan ia menarik lengannya yang dipakai bantal sepanjang malam oleh Calista, lalu bergerak hati-hati turun dari ranjang agar tak membangunkan Calista. Ranjang berukuran sedang membuat keduanya tidur saling menempel karena tak ada space kosong untuk saling berjauhan.
Setelah berhasil turun, lelaki itu merenggangkan tangannya sebentar karena terasa pegal, namun wajahnya penuh kepuasan mengingat Calista seperti kucing rumah yang bergelung tidur dalam pelukannya.
Ravindra hanya memakai boxer setengah pa ha menutupi senjatanya yang berharga, memperlihatkan otot-otot paha yang kokoh. Bagian atas tubuhnya hanya memakai kaos putih, penampilan sederhana dia sebagai Indra.
Baru saja dia akan melangkah keluar kamar, ponselnya di atas nakas samping tempat tidur bergetar pelan. Ponsel itu adalah ponsel pemberian Calista, hanya Bram yang ia berikan nomer itu. Ravindra mengambil ponsel dan melihat sudah pukul 1 malam, jika Bram menelepon berarti ada hal penting.
Pria itu berjalan mengendap ke luar dari kamar, dia menutup pintu kamar dengan pelan. Ravindra mengangkat telepon seraya berjalan ke arah kulkas dan menarik sebotol air putih dan menutup lemari pendingin nya kembali.
"Ada apa?"
📞 "Tuan, beberapa orang mencurigakan naik ke lantai dimana apartemen tempat tinggal Anda bersama Nona Calista."
"Kau sudah cek Cctv?"
📞"Karena itu lah saya menelepon Anda, mereka sedang berusaha membuka paksa pintu apartemen dengan merusak kode pintu."
Mata Ravindra menggelap, beraninya orang-orang itu!
Dia melangkah ke pintu depan, mencoba melihat dari lvubang pintu dan melihat ada sekitar enam orang dengan wajah memakai topeng kain hitam sedang mencoba membuka pintu unit dengan paksa.
Sial! Keamanan Apartemen sangat buruk sekali, kemana sekuriti?!
"Bram! Telepon anak buah kita dan hajjjar orang-orang kurang ajjar ini...!!! Jika mereka melawan, lukai dengan senjata listrik! Yang pasti, mereka harus tetap hidup untuk mendapatkan hukuman dariku! Kau interogasi, siapa mereka dan apa mau mereka! Jika mereka mengincar Calista, tak akan ada ampun...!!!" geram Ravindra lalu dia memundurkan tubuhnya menjauh dari pintu depan menunggu anak buahnya datang.
Sayangnya, ternyata para penyelinap itu sepertinya adalah orang-orang terlatih. Pintu depan apartemen akhirnya terbuka, dan mereka langsung menerobos masuk berhadapan dengan Ravindra yang menatap dingin pada orang-orang itu.
"Ck! Merepotkan! Aku malas mengotori tangan ku sendiri tapi apa boleh buat, sepertinya kalian ingin merasakan Bogeman ku!" Ravindra perlahan bergerak mendekat.
"Siapa dia? Bukankah dari informasi, kita hanya perlu membunuh wanita di unit ini?!"
Tiba-tiba saja aura di sekitar terasa dingin saat ucapan itu terlontar.
"MEMBUNUH WANITAKU....!!! Beraninya!" Ravindra menggeram dengan wajah dingin nya, terlihat seperti seorang iblis yang akan mencabiik-cabiik mangsanya.
Bugh!
Bugh!
Dugh!
Prankkk!
Ravindra menyerang tanpa ampun, dari satu penjahat ke penjahat lain hanya dalam waktu sepersekian detik. Dua orang terlempaar ke dinding dan terdengar retakan tulang patah, sisanya terlempar ke arah meja sofa berkaca sampai pecah.
Calista terbangun mendengar suara debuman keras dan pecahan kaca yang sangat bising dari luar kamar, dia memakai jubah tidur lalu mengikatnya dengan tergesa-gesa berjalan keluar. Di ambang pintu kamar, ia mematung menutup mulutnya agar tak menjerit melihat kekacauan di ruangan tengah.
Ravindra merasakan kehadiran Calista, lalu menoleh ke arah wanita itu. Dia terengaah-engaah setelah menghajjar para penjahat. "Mereka perampok! Jangan takut, aku sudah menangani mereka!"
Tubuh Calista seketika bergetar hebat, dia juga baru pertama kalinya melihat Ravindra mengamuk. Pria itu terlihat sangat asing dan seperti orang lain dengan tatapan tajam dan wajah dingin.
Melihat rasa takut di mata Calista saat melihatnya, Ravindra mencoba mengendalikan dirinya. Sisi kejamnya terpancing saat ia mendengar penjahat itu mengatakan datang untuk membunuh Calista.
Batas pengendalian dirinya adalah Calista, mana mungkin dia bisa mengendalikan diri saat ada yang ingin membunuh wanita yang sangat itu cintai melebihi hidupnya sendiri?!
Tak berapa lama anak buah Ravindra berdatangan, mereka langsung mengurus keenam penjahat dan membawa mereka pergi. Calista sudah berada dalam pelukan Ravindra saat semuanya selesai.
"Jangan takut, jangan takut. Ini aku... Indra." Ravindra terus mengeluuss punggung Calista, dia juga sudah bisa mengendalikan diri.
"Aku takut... gimana kalau nggak ada kamu, aku pasti sudah dirampok mereka. Aku membayangkan yang terburuk, aku bisa saja mati di tangan mereka bukan..." Tubuh Calista masih bergetar hebat.
"Malam ini, mau menginap di hotel?" meski ingin segera membawa Calista pergi dari ruangan yang penuh kekacauan dengan pecahan kaca dan sofa yang terguling serta beberapa bekas darah dari para penjahat, namun Ravindra masih bertanya untuk menghargai keinginan Calista.
"Ya... ayo menginap di tempat lain." Calista menyembunyikan wajah ketakutan nya di da da laki-laki itu.
"Baik, kita bawa pakaian seadanya. Ayo masuk ke kamar, aku yang akan menyiapkan nya."
Ravindra memangku tubuh ketakutan Calista dengan begitu penuh kelembutan dan mendudukkan wanita itu di atas tempat tidur. Sementara dia mengambil koper dan memasukkan beberapa pakaian nya dan juga pakaian Calista.
Dalam situasi mendadak yang baru saja terjadi, bahkan Calista tak menyadari siapa orang-orang yang membawa para penjahat pergi. Dia bahkan tak curiga sedikitpun pada Ravindra, pikiran wanita itu kosong saking syok nya.
Sekitar satu jam kemudian, Calista sudah berada di hotel milik Ravindra. Pria itu sudah memikirkan sebuah cara, untuk membawa Calista ke salah satu rumah mewah miliknya. Rumah yang terjaga keamanannya, selama Calista ada di rumah nantinya dan tak akan ada yang bisa menerobos masuk lagi.
Ah, paparazzi emang menyebalkan 🤔😅
Pasti dia pikir, Bara ada hubungan dengan Calista 😅