Tawanan Cinta Casanova

Tawanan Cinta Casanova

BAB 1

Langit tampak menghitam di iringi dengan suara suara gemuruh kilat yang terdengar menakutkan. Seorang gadis cantik tengah duduk di halte dengan perasaan lesuh dan resah. Bagaimana tidak, hampir satu bulan lelah mencari pekerjaan namun tak kunjung ia temukan, ternyata mulut kebanyakan orang itu benar bahwa mencari pekerjaan tak semudah membuang pekerjaan begitu saja.

Namanya Anindya Alyssa, gadis sebatang kara yang nekat meninggalkan pekerjaannya demi mencari pekerjaan lebih baik. Bukan tanpa alasan ia memilih untuk berhenti sebagai penjaga toko, namun ia hanya ingin memperbaiki kehidupan nya yang terbelenggu oleh paman dan bibinya yang kejam itu.

"Jadi aku harus gimana, uang tabungan yang aku punya pun tinggal sedikit. Paman dan bibi juga pasti akan meminta uang lagi," gumam Anindya atau yang kerap disapa Anin.

Hujan semakin deras, tubuhnya yang berbalut kemeja putih dan rok dibawah lutut kini sudah berubah menjadi sedikit basah karena cipratan kecil air hujan dari atap halte dan sesekali cipratan kendaraan yang berlalu di depannya.

"Dingin sekali, apa aku jalan kaki saja? lagipula rumahku juga dekat." Ujar Anin seorang diri.

Seberkas lamaran ditangannya pun sudah basah, ia yakin tulisan dan kalimat yang ditulisnya kini sudah berubah tak berbentuk akibat air yang melunturkan harapannya.

Tak ada payung tak membuat Anin urung untuk pulang, awalnya memang ingin menunggu hujan reda, akan tetapi waktu terus saja berputar hingga sore menjelang. Lampu-lampu kendaraan sedikit menyorot dirinya, sampai pada tempat dimana terdapat lubang besar berisi air hujan penuh, Anin menatapnya was-was.

"Jangan sampai aku terkena air sebanyak itu dari kendaraan yang lewat." Celetuk Anin lalu berjalan perlahan.

Baru berujar, mobil lewat dengan sedikit kencang membuat kubangan air itu sudah membentuk gulungan dan siap menyiram Anin yang tampak sudah pasrah.

"Hei!!!!" teriak Anin menatap mobil sedan hitam dengan sedikit kesal.

Siapa sangka jika mobil akan berhenti, sebuah payung tampak keluar mendahului sebelum di susul oleh seorang pria berpakaian rapi setelan jas dan celana bahan, persis seperti orang kantoran.

"Apa anda tidak apa-apa?" tanya pria itu dengan nada bersalah.

"Iya, tapi lihat lah kau sudah membuat pakaianku kotor dan bau begini." Jawab Anin ketus.

"Aahhh iya, jika begitu aku akan menggantinya dengan yang baru." Ujar pria itu siap mengambil dompetnya tetapi Anin menghentikan nya.

"Tidak, aku tidak butuh uangmu. Aku hanya butuh ucapan maaf saja." Cegah Anin membuat pria itu sedikit bingung.

"Maafkan aku, jika kau tidak mau uangku maka biarkan aku mengantarmu pulang saja. Bagaimana?" tawar pria itu membuat Anin lagi-lagi menggeleng.

"Rumahku sudah dekat, aku juga sudah mendapatkan apa yang aku mau, jadi kau boleh pergi dan lain kali hati-hati lah membawa mobilnya." Tolak Anin berniat untuk pergi tetapi di cegah oleh pria itu.

"Tunggu, memang nya kau darimana dan apa yang ada di tanganmu?" tanya pria itu mencegah langkah Anin.

"Aku sedang mencari pekerjaan, tetapi …" Anin tak melanjutkan perkataannya, bagaimanapun ia tidak boleh memberitahu orang lain tentang kesulitannya apalagi jika belum kenal.

"Lupakan saja." Tambah Anin menghela nafasnya kasar.

"Jadi kau butuh pekerjaan? kebetulan aku adalah seorang HRD dari perusahaan Lcf'corp, jika kau memang butuh pekerjaan datang saja ke kantorku dan nanti biar aku putuskan posisi untukmu." Ucap pria itu lalu memberikan kartu namanya.

Anin berniat untuk mengambil kartu nama itu tetapi dihentikan oleh pria itu membuat Anin kebingungan.

"Jika kau memegang kartu ini, bisa saja basah dan alamatnya menjadi tidak terlihat, jadi ayo masuk ke mobilku dan aku akan mengantarmu pulang." Ucap pria itu.

Anin tampak berpikir, ia tidak boleh sembarangan percaya pada orang baru kan, terlebih lagi itu adalah seorang pria.

"Jangan takut, aku tidak akan macam-macam." Tambah pria itu yang mengerti tatapan Anin.

Anin akhirnya mengangguk dan ikut masuk ke dalam mobil pria itu, sebenarnya ia ragu karena tubuhnya yang basah akan membuat mobil itu juga ikut basah, tetapi sepertinya si pemilik tidak masalah.

"Jadi aku bisa dapat pekerjaan di tempatmu?" tanya Anin setelah beberapa saat di dalam mobil.

"Tentu saja." Jawab pria itu.

"Oh iya perkenalkan, namaku Zay. Dan kau?" tanya pria itu setelah memberitahu namanya.

"Anindya, kau bisa memanggilku Anin." Jawab Anin diangguki oleh pria itu.

"Jangan lupa datang ke kantorku ya." Ujar Zay diangguki oleh Anin.

***

Anindya baru saja sampai dirumahnya dengan keadaan basah kuyup dan kotor. Baru saja ia masuk ke dalam rumah, ia langsung di sambut oleh tepuk tangan dari bibinya yang tampak menatapnya dengan tajam.

"Bagus ya, kamu berhenti bekerja Anin?" tanya Rida, Bibi dari Anindya.

"Maaf, Bi. Pekerjaan itu sudah tidak cocok untukku, aku--" belum sempat Anin memberikan jawaban, cengkraman kuat langsung di dapatkan olehnya.

"Kamu pikir hidup itu pakai apa, Anin. Kamu itu menumpang di rumah saya dan itu artinya kamu harus bisa membayar. Jika kamu tidak bekerja, bagaimana kamu akan membayar biaya tinggal dan makan kamu?!" cecar Rida seraya mengeraskan cengkraman di rambut keponakannya..

"Ampun, Bi … Aku berjanji akan membiarkan uangnya segera, aku akan segera bekerja." Ucap Anin memohon belas kasihan seraya mencoba melepaskan cengkraman kuat di rambutnya.

"Tidak akan! berikan uangnya sekarang atau kamu saya usir sekarang juga! Kamu pikir rumah saya panti sosial yang bisa memberikan segalanya cuma-cuma?!" timpal Rida seraya menghempaskan tubuh Anin begitu saja.

Bersama dengan itu paman nya pulang setelah seharian bekeja sebagai tukang ojek online, namun bukannya menolong Anin yang tersungkur, pria yang kerap di sapa Rudi itu malah menambah dengan menginjak buku gadis itu.

"Akhhhh … hiks … Paman sakit …" ringis Anin merasakan panas sekaligus perih ditangannya.

"Hentikan tangisan mu, kamu pikir kami akan peduli." Ketus Rida seraya menarik tangan Anin untuk pergi ke dapur.

"Sekarang masak untuk makan malam, dan bahan masakannya silahkan kamu beli, pakai uang kamu karena saya tidak punya uang!" ujar Rida lalu meninggalkan Anin yang masih menangis.

Anin berusaha bangun, ia meletakkan surat lamaran pekerjaan yang sudah basah tak terbaca itu di meja makan. Ia menangis seraya merogoh kantong rok span nya, ia melihat sisa uang yang dimiliki hanya tersisa 30 ribu rupiah, apa yang bisa ia beli dengan uang segitu.

"Hiks … ayah, bunda." Lirih Anindya memanggil kedua orangtuanya yang telah pergi bertahun-tahun lalu.

Anindya semakin menangis, andai saja kedua orangtuanya masih ada, mungkin kehidupannya tak akan sesulit ini. Ia tak akan menjadi budak di rumah paman dan bibinya yang terasa seperti penjara.

Anindya buru-buru menyeka air matanya saat mendengar langkah kaki, ia menyembunyikan wajahnya yang tampak sembab akibat menangis.

"Kerjain tugas-tugas gue." Ucap Dela seraya melayangkan buku pelajarannya ke arah Anin.

Anin menoleh menatap Dela, ia meraih buku itu lalu memberikannya kembali pada sepupunya yang sudah seperti saudara tiri itu.

"Kan kamu yang sekolah, Del. Kamu juga harus terbiasa mengerjakan semuanya sendiri, sampai kapan kamu minta aku yang mengerjakan nya." Ucap Anin dengan pelan.

"Oh, udah berani bantah lo ya! tunggu sini biar gue panggil Mamah." Ancam Dela lalu segera berteriak memanggil sang Mama.

Tak lama Rida datang, ia menatap putrinya kesayangannya lalu beralih menatap Anin yang tampak menundukkan kepalanya.

"Ada apa ini?" tanya Rida menautkan kedua alisnya.

"Dia gak mau ngerjain tugas sekolah aku, Mah." Jawab Dela menunjuk Anindya.

"Kerjain tugas anak saya setelah kamu membuat makanan, jangan buat saya marah jika tak ingin saya usir sekarang juga!" ucap Rida dengan tatapan tak suka pada Anin.

Anin tak banyak bicara, ia membawa barangnya bersama buku pelajaran Dela ke kamar nya, lebih tepatnya adalah gudang yang ia bersihkan hingga lebih baik dan bisa dibuat untuk tidur.

Anin jatuh terduduk, ia memegangi kepalanya lalu kembali menangis seorang diri. Anin memeluk tubuhnya sendiri, terkadang jika tak ingat akan janji pada mendiang kedua orangtuanya, mungkin Anin sudah mengakhiri hidupnya sejak lama. Dunia terlalu kejam untuknya yang hanya sebatang kara.

Anin mengganti pakaiannya, ia segera pergi ke warung untuk membeli beras dan juga telur, semoga saja cukup agar makan malam dapat ia siapkan.

Malam harinya setelah menyantap makanan sisa Paman, Bibi dan sepupunya, Anin masuk ke dalam kamar, ia meraih ponselnya yang tampak sudah jelek, ponsel yang ia beli dari hasil tabungannya selama bekerja.

Anin meraih kartu nama yang Zay berikan, ia mencatat nomor lalu segera menghubungi nomor tersebut.

"Halo, selamat malam."

"Malam, Pak Zay. Saya Anin, saya gadis yang tadi ditolong oleh anda." Sahut Anindya setelah mendengar suara Zay.

"Oh Anin, besok datang ke kantor ku ya dan jika bisa tolong kirimkan lamaran mu via online malam ini agar aku bisa mempelajarinya.

"Iya, Pak. Saya akan kirimkan segera," balas Anin sebelum akhirnya menutup teleponnya.

Anin segera mengirimkan lamaran nya via online, setelah semuanya beres ia masih belum bisa beristirahat karena harus mengerjakan tugas Dela. Anin mengerjakan semuanya dengan ikhlas, terkadang ia berpikir untuk mengeluh pun percuma karena pada akhirnya semuanya harus dikerjakan juga.

HALO, KETEMU LAGI SAMA AKU DI CERITA BARU

JANGAN LUPA LIKE, KOMEN DAN VOTE NYA 🥰

To be continued

Terpopuler

Comments

Edah J

Edah J

Hadir isi absen kak author☝️😉

2024-04-24

0

Dewi faza Rahma

Dewi faza Rahma

ya Allah SWT berdosa bgt

2024-04-23

0

Anonymous

Anonymous

keren

2024-04-29

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!