Enam Tahun yang lalu,Bagaskara seorang CEO muda yang tampan menjalin kasih dengan seorang perempuan bernama Indah karyawan disebuah Butik.
Aryo Hadiningrat yang tak lain adalah Ayah dari Bagaskara menentang hubungan mereka,kisah asmara Bagas dan Indah yang berlangsung Enam Bulan itu menghasilkan benih yang berumur "8"Minggu,karena tidak direstui itulah mereka menikah diam-diam yang disaksikan oleh Kakek,Adik dan "2"sahabatnya.Saat melahirkan bodyguard Aryo membawa pergi Bagas dan bayinya,namun yang tidak mereka ketahui adalah bayi itu kembar.
Saat usia anak itu 3 Tahun Indah di bunuh oleh Aryo dirumahnya saat tengah malam.
"Apakah nanti saudara kembar itu akan bisa bertemu?
"Apakah nanti pembunuhan demi pembunuhan yang sudah terjadi akan terungkap?
Simak dan pantau terus Novel aku ya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 23. Bisikan Zayn
Malam Harinya Melisa dengan gelisah menunggu kepulangan Bagaskara dikamar nya Ia berdiri di dekat jendela dengan mengedarkan pandangan kearah luar.
"Bagaskara..dimana Kamu kenapa belum pulang." Gumam Melisa dengan hati alisnya mengkerut dan menggigiti kuku nya.
Tidak berapa lama kemudian terdengar suara mobil Melisa melihat dari lantai atas bahwa itu adalah mobil Bagaskara, segera Ia keluar dan menemuinya dengan langkah cepat dan sorot mata yang tajam menusuk ke arah Bagaskara seakan menginginkan berbagai jawaban.
"Bagaskara, Aku mau bicara." Pinta Melisa Ia berucap dengan nada datar.
"Apa yang mau Kamu katakan Melisa, Aku capek ingin segera beristirahat." Ucap Bagas seadanya.
"Kenapa tadi Kamu sama sekali tidak membelaku, Zavier semena-mena terhadapku." Berkata dengan mata yang menusuk tajam kearah Bagaskara.
"Semua bukti bukankah sudah jelas bahwa memang Kau yang buat ulah Aku sendiri pun tidak punya hak untuk melarang karena Kau memang keterlaluan." Ucap Bagas tegas.
"Tapi Bagas." Melisa berkata sambil mencekal tangan Bagas.
"Sudahlah Melisa, Aku ingin istirahat Aku capek." Kata Bagas dengan nada dingin sambil melepaskan tangan Melisa Ia melangkah menuju Anak tangga.
"Bagaskaraa! Tak pernah sekalipun Kamu menghargai perasaan ku atau membelaku! Sebeku itukah hatimu untukku! Dihadapan banyak orang seperti tadi seakan-akan Aku ini orang lain." Teriak Melisa dengan berlinang air mata.
"Hahahahaha....pergi saja dariku jika Kamu merasa sakit, bukan Aku juga yang merasakan apem mu." Bagaskara tertawa lepas lalu pergi menjauh.
"Apa Maksudmu?!" Melisa berkata dengan mata yang membelalak Ia terkejut.
"Hahahahaha... tanya saja pada dirimu sendiri." Bagas tertawa lepas kemudian mempercepat langkahnya.
"Atau tunggu saja Melisa rahasiamu pasti terbongkar." Ucap Bagas kembali didalam hati kecilnya.
"Hugh-hughs." Melisa menangis terisak.
Ketika Bagaskara mau membuka pintu ruang kerjanya Ia dihampiri oleh Kakek Iskandar yang duduk dikursi roda didorong oleh asisten pribadinya. Ia mendengar pertengkaran yang terjadi karena memang suaranya sangat menggelegar.
"Bagass..." Kakek Iskandar memanggil dengan suaranya yang serak.
"Iya Kakek, ada apa?" Tanya Bagas.
"Kakek sudah tahu semuanya, skandal Melisa dengan Aryo dan pembunuhan itu sabar ya? Jika Kamu menyerah sekarang Sahammu di perusahaan pusat pasti akan diminta Aryo dengan cara apapun termasuk keselamatanku, meskipun Aku sudah renta tak rela jika Aku terbunuh olehnya tapi jika memang itu pilihan yang terbaik nggak apa-apa asal Kamu dan Anak-anakmu selamat meskipun Aku harus mati ditangan Anakku sendiri." Lirih Kakek Iskandar mengatakannya.
"Kakek..." Bagas berucap dengan terisak.
"Yasudah masuk dan istirahatlah." Ujar Kakek Iskandar.
Bagaskara hanya menganggukkan kepala kemudian masuk ke ruang kerjanya tempat ternyaman dirumah itu, ruang kerja yang luas dan ada sofa empuk yang bisa dijadikan ranjang untuk tidur serta lengkap dengan kamar mandi dan lemari pakaian. Kakek Iskandar kembali ke kamarnya untuk beristirahat juga karena sudah renta jadi harus banyak istirahat. Bagaskara membanting bokongnya ke sofa yang empuk disebelah meja kerja nya Ia berkutat dalam pikirannya Ia sendiri sudah lelah dengan sikap Aryo yang sangat kejam dan serakah, dan juga Melisa istri diatas kertasnya sama sekali Bagas tidak mencintainya, rasa cintanya telah habis hanya untuk Indah seorang.
Bagaskara hanya ingin hidup dengan tenang dan nyaman tanpa ada tekanan dari siapapun Ia ingin lepas dari bayang-bayang Aryo Ayahnya dan juga Melisa tapi untuk saat ini Ia masih harus banyak bersabar.
"Sampai kapan Aku bersabar Aku lelah." Gumam Bagaskara sambil menatap langit-langit kamar sekaligus ruang kerjanya itu.
Sementara itu....
Disebuah Apartemen milik Zayn Dua Saudara kembar beserta Asistennya masing-masing sedang berkumpul diruang tv sesuai dengan kesepakatan Zayn nanti yang akan berperan sebagai Zavier sebagai CEO selama beberapa Hari kedepan. Sedangkan Asisten Zayn saat ini juga melaporkan kemajuan dari perusahaan Zayn yang di handel nya Zayn mendengarkan dengan seksama.
"Bagus Kamu memang yang terbaik." Puji Zayn terhadap Asistennya.
"Hehehe." Asisteny hanya tertawa.
"Wah girang sekali ya dapat pujian." Celetuk Akbar.
"Kau kan juga sering Aku puji Bar." Zavier menyahut.
"Lalu bagaimana rencana Kita selanjutnya??" Tanya Zayn.
"Sementara ini biarkan mereka tenang dahulu, hehehe." Zavier tersenyum smirk.
"Bos ini." Asisten Zayn memperlihatkan sebuah vidio.
Zayn dan Zavier serta asistennya melihat dan mendengarkan vidio tersebut, nampak Melisa dan Bagaskara yang sedang bertengkar hebat. Dua saudara kembar itu terlihat senang melihat Melisa yang terisak. Zayn yang jahil mempunyai sebuah ide yang akan membuat Melisa semakin kesal, Ia akan kerumah Ayah Bagas esok hari dan akan melancarkan aksinya, hal-hal konyol memang selalu Zayn yang berulah berbeda dengan Zavier Ia lebih tenang dan jika kesabaranya habis baru beraksi untuk membalas.
Keesokan paginya....
Mobil Zayn masuk kehalaman mansion Bagaskara, Zayn yang berperan sebagai Zavier segera membuka pintu mobilnya dan keluar Ia mengenakan kemeja putih dan jas berwarna biru dongker dengan gaya yang cool satu tangan masuk ke saku celananya berjalan dengan santai masuk ke mansion Bagaskara. Zayn datang ke mansion Bagaskara sendiri tanpa asisten Akbar ke hotel duluan untuk menghendel pekerjaan, Para bodyguard membungkukkan badannya ketika Zayn melewatinya karena Hari Sabtu jadi nanti Ia akan ke hotel agak siang.
"Ayah Bagas dan Kakek dimana." Tanya Zayn pada seorang kepala pelayan.
"Ada di halaman belakang Tuan sedang sarapan." Jawabnya singkat.
Segera Ia berjalan menuju halaman belakang ketika melewati tangga Ia melihat Melisa yang duduk sendiri dimeja makan dengan sepotong roti yang dikunyah dan secangkir teh dihapannya.
"Memangnya enak makan sendirian." Sindir Zayn.
"Lalu..apa pedulimu." Jawab Melisa santai dengan mulut penuh roti yang dikunyah nya.
"Kalau nggak dianggap lebih baik mundur saja." Kata Zayn pelan.
"Brak." Melisa menggebrak meja.
"Kamu!" Melisa berkata dengan nada yang agak tinggi dan menunjuk.
"Bukankah burung Aryo membuatmu nyaman." Bisik Zayn di telinga Melisa.
"Hah!" Melisa terkejut seketika bola matanya membelalak seakan lepas jantungnya berdebar hebat dan kedua tangannya mulai terasa dingin.
"Hahaha....nggak usah terkejut." Ucap Zayn sambil berjalan menjauh.
"Jadi memang Zavier pelakunya." Geram Melisa dalam hati kecilnya kedua tangannya mengepal dan giginya gemeletuk.