Aulia, gadis sederhana yang baru saja bekerja sebagai office girl di kantor megah milik CEO ternama yang dikenal kaku dan sulit didekati, tiba-tiba menjadi pesuruh pribadinya hanya karena kopi buatan Aulia.
Hayalannya menjadi karyawan yang baik dan tenang hancur seketika akibat bosnya yang tukang suruh-suruh hal yang tidak-tidak semakin membuatnya jengkel.
Sifatnya yang ceria dan kelewat batas menjadi bulan-bulanan bosnya. Akankah ia mampu bertahan demi uang yang berlimpah? Atau...
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alensvy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Masak di Temanin Bos Nyebelin
...****************...
Di dapur karyawan, Aulia sibuk mengambil bahan makanan sambil terus menggerutu. Aldiano berdiri di dekat pintu dengan wajah datarnya, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan pada apa yang dilakukan Aulia.
"Bos, kalau sudah di dapur, ya, jangan cuma berdiri doang," omel Aulia. "Minimal, bantu kupasin bawang atau apa kek!"
Aldiano menatapnya seakan itu adalah permintaan paling absurd yang pernah ia dengar. "Aku CEO, bukan tukang kupas bawang."
Aulia mendengus. "CEO juga kalau lapar nggak bisa makan duit, kan?"
Aldiano menatapnya tajam. "Makanya aku di sini."
Aulia memutar mata, lalu menodongkan satu siung bawang ke arah Aldiano. "Kupas ini."
Aldiano tidak bergerak. "Aku bayar orang untuk melakukan itu."
Aulia menggeram. "Ya ampun, Pak! Ini cuma bawang, bukan bom!"
Teddy tiba-tiba muncul di dapur dan terkejut melihat pemandangan aneh itu. "Pak Aldiano… kupas bawang?"
Aldiano menatap Teddy dengan tajam, membuat pria itu buru-buru mundur sambil menahan tawa.
Aulia kembali sibuk memasak. Dia memutuskan membuat nasi goreng sederhana dengan telur mata sapi. Sambil memasak, dia terus mengomel soal bosnya yang terlalu bergantung padanya untuk makan.
"Jadi sekarang bapak beneran nggak bisa makan makanan lain selain yang saya buat?" tanyanya sambil membalik nasi goreng di wajan.
Aldiano duduk di meja dapur dan mengamati Aulia dengan tatapan datarnya. "Kelihatannya begitu."
Aulia tertawa sinis. "Wah, kasihan banget, ya. Berarti kalau saya resign, bos bakal kelaparan sampai mati?"
Aldiano mengangkat bahu. "Bisa jadi."
Aulia mendadak berhenti mengaduk wajan. "Lah, kok santai banget?!"
Aldiano menatapnya dengan dingin. "Karena aku tahu kamu nggak akan resign."
Aulia mendelik. "Ya ampun, pede banget, sih! Saya resign besok, nih!"
Aldiano tersenyum miring. "Silakan. Tapi kamu tahu kan, aku bisa memastikan kamu tidak akan diterima kerja di tempat lain?"
Aulia tercekat. "Ih Bapak jahat banget!"
Aldiano mengangkat bahu lagi. "Aku hanya memastikan diriku ini tidak kelaparan."
Aulia benar-benar ingin melempar spatula ke kepalanya.
Setelah beberapa menit, makanan pun siap. Aulia meletakkan piring berisi nasi goreng di depan Aldiano dengan ekspresi kesal. "Nih, makan! Habis ini jangan nyuruh saya masak lagi!"
Aldiano mengambil sendok dan mulai menyuapkan nasi goreng itu ke mulutnya. Seketika, ekspresinya berubah sedikit terkejut.
Aulia menyipitkan mata. "Kenapa? Nggak enak?"
Aldiano menatap Aulia lama sebelum menjawab. "Ini lebih enak dari kemarin."
Aulia membusungkan dada. "Ya iyalah! Saya ini jago masak, Pak!"
Aldiano mengunyah dengan tenang. "Aku mempertimbangkan untuk menaikkan gajimu."
Aulia terbelalak. "HAH?! Beneran, Pak?!"
Aldiano mengangkat alis. "Tapi dengan syarat, kamu harus tetap memasak untukku setiap hari."
Aulia langsung manyun. "Yah, percuma dong! Saya tetap jadi tukang masak pribadi bos!"
Aldiano hanya menyeringai kecil, lalu kembali menikmati makanannya. Sementara itu, Aulia duduk di seberang meja, mendengus kesal sambil melirik bosnya yang tampak sangat menikmati nasi goreng buatannya.
"Aku beneran kena batunya, ya…" gumam Aulia pelan.
Hari ini, lagi-lagi, Aulia kalah dari Aldiano si bos menyebalkan.
...****************...
Saat Aulia masih manyun di meja makan, tiba-tiba ia merasa ada yang aneh. Perasaan tidak nyaman membuatnya menoleh ke arah pintu dapur yang sedikit terbuka.
Di luar, beberapa karyawan terlihat berdiri bergerombol, menatap ke dalam dengan ekspresi penuh rasa ingin tahu. Beberapa bahkan berbisik-bisik sambil sesekali melirik Aulia dan Aldiano.
Aulia langsung menegang. "Pak…" gumamnya pelan.
Aldiano yang sedang menyendok nasi gorengnya hanya melirik sekilas ke arah pintu. Dengan santai, ia melanjutkan makannya tanpa peduli.
Aulia mulai panik. "Pak! Itu orang-orang ngeliatin kita!" bisiknya.
Aldiano tetap santai. "Lalu?"
Aulia hampir ingin melempar sendok ke kepalanya. "Ya Allah, Pak! Itu bakal jadi gosip lagi, tahu?!"
Salah satu karyawan yang menyadari Aulia melihat ke arah mereka langsung tersenyum canggung lalu buru-buru menarik rekannya pergi. Tapi Aulia sudah telanjur tahu mereka pasti bakal membicarakannya.
Benar saja, beberapa menit kemudian, Rani langsung mengiriminya pesan.
Rani: WOI, LO MAKAN BERDUA SAMA BOS DI DAPUR?!
Aulia mengeluh pelan. Ia melirik Aldiano yang tetap santai menikmati makanannya seolah tidak terjadi apa-apa.
"Pak, ini bakal jadi gosip lagi…"
Aldiano mengangkat bahu. "Biar saja."
Aulia mengerang frustasi dan membenamkan wajahnya di meja. "Ya ampun, hidup gue makin hancur di kantor ini!"
.
.
Next👉🏻
Dalam dunia kerja, tidak ada adaptasi dengan dikasih waktu berkeliling. Perusahaan manapun waktu adalah uang, dan mereka tidak mau yang namanya rugi.
kalo diterima itu artinya sudah siap langsung bekerja. perkara tidak tahu, biasanya diminta untuk bertanya pada senior/pegawai yang sudah lama bekerja. itu logik bukan hujatan ya.
Tolong riset dulu ya biar logik ceritanya
dibandingkan temui, pilih kata 'menghadap' karena ini lingkungan kerja. Ada SOP jelas yang harus diperhatikan dan ditaati pegawai.
"Silahkan langsung menuju lantai lima belas. Kamu menghadap ke Pak Edwin bagian HRD," jawabnya bla bla
"Permisi. Saya Aulia, Office Girl yang baru. Mau lapor dulu nih, biar dibilang rajin," ujarnya