NovelToon NovelToon
MISTERI SANG PEWARIS

MISTERI SANG PEWARIS

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Balas dendam pengganti
Popularitas:412
Nilai: 5
Nama Author: YNFitria

Hana dan Kinan dinyatakan meninggal dalam kebakaran rumah yang dasyat. Daud sebagai suami terpaksa menerima kenyataan tersebut setelah jenazah keduanya ditemukan kosong di dapur rumah mereka. Lalu bagiaman dengan aset yang ditinggalkan Hana yang diwariskan dari almarhum orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon YNFitria, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Mencari sekutu

Nani datang lebih awal dari waktu janjian dengan Mela. Kebetulan tadi dia potong rambut dulu di salon yang tak jauh dari coffee shop tempat dia dan Mela janjian.

Sambil menunggu Mela, dia memesan capucino dan enoki tempura supaya saat Mela datang belum terlalu kenyang jadi bisa makan siang bareng.

Tengah asyik membuka youtube sambil menikmati capucino, Nani dikagetkan dengan sesorang yang memanggilnya tanpa keramahan. Ketika dia lihat ternyata Karin.

"Ada apa" tanya Nani malas

"cuma pengen nyapa kamu saja, ga boleh?" Karin menjawab dengan nada mengejek

"Gak juga sih, sudah kan nyapanya? Ada yang lain?" ujar Nani ketus. Dia masih gondok dengan Karin yang menyebarkan isu buruk dirinya.

"Sombong banget. Oh atau kamu kesal karena ternyata sekarang aku di promosikan dan bisa sering ketemu Hanif" ujar Karin

Nani melihatnya dengan tatapan yang dih dan malas banget. Dia ingin memaki Karin, tapi malas buang energi. "Ya baguslah biar gosip gak jelas hilang. Selamat" ucap Nani datar tak peduli. Karin gondok mendengar provokasinya tak ditanggapi.

"huuh dasar umbi" sahut Karin lalu membenahi pakaiannya yang tak kusut sama sekali dan pergi dari hadapan Nani tanpa pamit. Nani menggidikan bahu tak perduli dan melanjutkan kesibukannya nonton Youtube sambil menunggu Mela.

Sementara itu Nani tidak mengetahui jika Mela sudah tiba sesaat setelah Karin mendatangi mejanya. Karin baru saja masuk dan dapat melihat Nani duduk di meja dekat tangga lantai dua. Mela bisa melihat dengan jelas profil Nani dari samping. Tapi saat semakin dekat Mela juga melihat perempuan cantik dan seksi yang berdiri di depan Nani seperti sedang berbincang. Tapi melihat raut mukanya Mela merasa bersitegang. Penasaran tapi tak mau menganggu, Mela berjalan pelan dan hati-hati lalu duduk membelakangi Nani di meja belakang pilar yang berjarak dua meja dari meja Nani. Sambil scanning barcode menu, Mela mendengarkan pembicaraan mereka yang singkat. Rupanya memang tidak akur.

Sebenernya yang membuat Mela semakin penasaran adalah wajah perempuan tadi terasa familiar. Mela tak langsung ingat tapi setelah lama baru ingat. Perempuan itu adalah perempuan yang sama yang dilihatnya turun dari mobil Hanif beberapa malam lalu. Rupanya mereka kenal, atau memang dia karyawan di perusahaan juga. Jabatannya pasti tinggi kalau sampai Hanif mengantarkan pulang. Tapi mendengar pembicaraan dengan Nani rasanya bukan juga.

Mela menghitung sampai beberapa menit sejak Nani kembali sendirian, barulah berdiri dan mendatangi Nani. Sedikit kaget Nani menyambut Mela yang tiba-tiba muncul dari belakangnya, menepuk pundak Nani sambil memanggil namanya lalu duduk di kursi di hadapan Nani.

"Kayak hantu saja muncul tiba-tiba dari belakang. lewat mana?" tanya Nani menghilangkan kagetnya.

Mela tertawa. "Dari depan, tadi kamu kayaknya ada teman jadi duduk melipir ke Sono dulu " jawab Mela menunjuk meja di belakang mereka

"dari tadi dong" ujar Nani

"Gak juga, aku duduk gak lama orangnya pergi "

"oh ya sudah, sana pesen minun dulu, apa mau makan sekalian. Aku masih nyemil ini" ujar Nani menunjuk Enoki yang masih banyak

Akhirnya Mela mebunyikan bel di meja memanggil waiters dan memesan minuman serta cheesecake. Baru jam 11 kalau harus makan siang masih terlalu pagi

"Memang siapa tadi?" tanya Mela tak mau penasaran

"oh itu temen kantor, tapi rese, apalagi sekarang dia naik jabatan padahal belum lama tuh masuk" ucap Nani

"Ohya, hebat dong. Ada orang dalam kali" celetuk Mela asal

Nani menggidikan bahu "Entahlah, dia naik jabatan karena berhasil dapat buyer kakap sih. Meskipun bikin semua teman setim dan managernya kesal karena kerja tanpa melibatkan mereka, kentara carmuknya. Tapi ya perusahaan jelas dukunglah. Dan dia memastikan klient yang dibawanya hanya dihandle dia, makanya naik jabatan. Bonus dia bisa deket sama direksi terutama Hanif" jelas Nani datar.

"Woh hebat dong " komentar Mela

"Ya jujur hebat sih karena konon klient ini sulit banget deal. Tapi kayaknya selain rezekinya bagus dia juga usaha ya kenceng, sepertunya dia suka dan ngincer Hanif." Tambah Nani

"Woh pantes, tapi kenapa kalian kayak gak akur"

"Sebenernya gak ada masalah awalnya, tapi dia nyebarin rumor aku simpenan Hanif, kerjaanku gak beres padahal sebelumnya dia maksa sok mau akrab. Tahunya ular" ujar Nani tak menutupi kekesalannya.

Mela sedikit kaget mendengar penjelasan Nani. Setahu dia Nani dan Hanif tidaklah akrab meski sama-sama mengenal Hana. Ini bisa dilihat dari interaksi mereka saat bertemu dan juga Nani sendiripun kemarin cerita kalau baru bertemu setelah kerja. Tapi kalau sampai ada yang berani menggosipkan berarti ada pemicunya.

"Kok bisa dia sebar gosip begitu" ujar Mela sebisa mungkin menahan supaya rasa penasarannya tak terlalu kentara

"Dia dapat info kalau aku ke ruangan Hanif, padahal diantar Firzan juga. Tapi entah deh dia segitunya curiga mungkin karena cuma staf dan anak baru bisa ke ruangannya kali. Plus mungkin dia sering caper sama Hanif"

"oh.. "Ujar Mela. Padahal dalam hatinya dia bertanya, jika tidak sedekat itu kenapa Nani harus ke ruangan Hanif. Dan yang jelas itu pasti bukan urusan pekerjaan. Apakah ini ada hubungannya dengan Hana? Atau Ayumi?

Pembicaraan mereka terhenti sejenak karena pesanan Mela datang. Sempat saling mencicipi dan mengomentari makanan yang dipesan, mereka melupakan pembahasan tentang Karin dan Hanif. Tapi sebenarnya Mela sama sekali tidak lupa, dia hanya mencari celah dan momen untuk bertanya.

Tapi rupanya tanpa harus Mela bersusah payah, Nani membukakan jalan dengan pertanyaannya.

"Mel, sory ya ini nanya kepo. Pas di tempat latihan itu, kamu kan bilang ada janjian juga sama orang, apa itu Hanif"

Mela menatap Nani lalu menganggukan kepala mengiyakan.

"Oh berarti kamu cukup kenal dekat apa akrab. Tapi kenapa waktu itu kamu kayak kesal dan canggung" Tanya Nani ."sory ya cuma beneran kepo. Hehe" tambahnya

"it's ok. Wajar sih karena kamu tahunya aku cuma kerja di firma hukum tempat Hana dan Hanif sekeluarga jadi klient" ujar Mela berusaha santai.

"Nah maksudku begitu Mel" ujar Nani

"Hmm gimana ya Nan, aku mau cerita tapi rasanya juga belum bisa. Aku tak tahu apakah aku bisa cerita ini ke kamu atau tidak" ujar Mela mengambang

"Oh santai kalau rahasia pekerjaan ya gak perlu cerita Mel. Anggap aja aku ga ngomong"

"Sory ya Nan. Apalagi ini kan memyangkut keluarga Bu Hana" kata Mela sambil memotong cheesecake nya

"Iya gak apa. Kalau ingat bu Hana itu suka sedih. Andai aku masih bisa bersamanya pasti menyenangkan " ujar Nani sambil menerawang

"bisa bersamanya"

Mela mencatat pemilihan kata yang diucapkan Nani. Dia harus benar-benar tahu posisi dan loyalitas Nani

"Dia baik banget ya Nan" pancing Mela

Nani mengangguk. "Meskipun dia ini majikan paman dan bibiku yang sudah seperti orang tuaku, tapi sikapnya sangat baik. Bahkan dia yang memintaku untuk kerja freelance sama dia saat tahu dari bibi aku lagi cari kerja buat tambahan jajan. Dia memperlakukanku lebih seperti pada teman bahkan adik" ucap Nani sendu mengingat semua kebaikan Hana

"Sayang orang baik selalu pergi lebih cepat" sahut Mela dan diam-diam memperhatikan perubahan air muka Nani.

"Iya, ujar Nani sendu"

"Berarti kamu beneran dekat dan sangat dipercaya sama Bu Hana?" tanya Mela lagi tak mau kehilangan kesempatan

"Iya, bahkan dia tak suka dipanggil Bu. Tapi bibi bilang harus tetap panggil seperti itu sebagai penghormatan dan akhirnya Bu Hana menyerah membiarkanku tetap manggil ibu. Tapi kalau sikap dan perlakuan jangan tanya. Kalau kamu lihat aku pakai tas, baju atau barang branded lain, sudah pasti itu dibelikan dia. Dan beneran dibelikan bukan dikasih bekasnya" ujar Nani yang jujur membuat Nela kagum sama Hana.

"Dia gak pegang jabatan di perusahaan, sebelum punya anak dia sibuk apa?"

"hm.. Lebih sering ke yayasan milik keluarga ibunya. Membantu anak yatim piatu dan juga anak yang tak mampu. Kadang bantu mengajar. Lalu saat hamil dia menambah bantuan untuk ibu hamil yang tak ada suami dan korban pelecehan. Dia benar-benar senang membantu orang dan menggunakan hartanya itu untuk membantu yang membutuhkan. Dia sangat dekat dengan keluarganya bahkan dengan Hanif meskipun tinggal berjauhan. Aku tahu karena sering diceritakan " ujar Nani semangat menceritakan kebaikan Hana

"Wow.. Luar biasa. Suka ajak temannya gak kalau lagi kerja sosial?" tanya Nela lagi bebar-benar mencari informasi

"Enggak sih. Sahabatnya sudah lama pindah ke Belanda. Menikah dan jadi Warga Negara Belanda. Teman lainnya hanya bertemu sebulan sekali saat arisan. Itupun kadang gak datang juga " ucap Nani

Mela mencerna semua itu. Hana tidak ada teman dekat kecuali yang di Belanda. Jadi orang terdekatnya adalah Nani, Hanif dan keluarga Ibunya yang di Bogor. Apakah mereka semua tus menyayangi Hana? Atau karena butuh materi? lalu dari semua itu siapa yang paling dipercaya Hana karena dia yakin orang itu loyal padanya?. Selain Hanif yang Mela yakin dipercaya Hana 100%. Apakah Nani dan apakah ada saudaranya yang lainya?

"aku bersyukur bisa kenal keluarga bu Hana, makanya berusaha masuk perusahaan setelah lulus. Meskipun aku ya mau tak mau harus bertemu dan melihat keluarga mantan suaminya" ucap Nani terlihat kurang suka.

"mantan suami" Mela mencatat kembali pemilihan kata yang dimiliki Nani.

"kamu gak suka keluarga suaminya?" kenapa?" tanya Mela

"gak suka saja. Semuanya cuma mandang bu Hana sebagai dana darurat. Gak ada yang tulus. Kasihan banget. Berniat menjalankan amanat almarhum ayahnya tapi ketemu manusia-manusia laknat" ujar Nani terlihat sekali emosi dan Mela mencatat itu.

Tak mau dianggap terlalu jauh dan kepo Mela lantas mengajak Nani mencoba menu yang lebih berat dipesan untuk makan siang. Sambul menunggu mereka ngobrol kesana kemari. Tentu saja Mela sebetulnya sambil profiling dan meneliti apakah Nani ini nisa jadi sekutunya atau tidak.

1
Heru Ardi
mkn pnasaran/Determined/
Heru Ardi
lanjooot
Tsuyuri
Menakjubkan!
Heru Ardi
wow pasti pada mau warisan ..ribut nanti. lanjut thor
Heru Ardi
ceritanya bikin penasaran/Grimace/ lanjutannya dooong
Heru Ardi
mantap, lanjuuut tor
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!