Menceritakan Perjuangan Lisa dan teman-temannya untuk meruntuhkan kekuasaan para penghuni atas yang telah berkuasa terlalu lama, dengan usaha dan kerja keras mereka akankah mereka berhasil atau tidak dalam melawan para penghuni atas atau justru kalah dan hancur tanpa harapan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon XoXo18, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 25 ( Peningkatan )
•
•
•
•
Chiquita, Haram, Ahyeon dan Ruka berangkat menuju game terakhir yang bertempat di jalan utama, yaitu game adu ketangkasan dimana akan menghadapi Lalisa. Ketua divisi 2. Sesampainya disana, Irene, Eunha, SinB dan Lisa telah menunggu mereka.
"Loh? Satu lagi mana?" tanya Irene.
"Lagi ngobrol sama Kak Jisoo dan Kak Rose." Jawab Haram.
"Dan Rora berelemen petir." Tambah Ahyeon.
Mendengar hal tersebut, Irene, Eunha dan SinB terkejut. Khususnya Lisa yang merupakan ketua dari juniornya itu.
"Wow! Ternyata dia... Petirnya warna apa?" tanya Lisa.
"Merah." Jawab Ruka.
"Wohoo! Partner Jisoo!" ujar SinB
"Waah. Oke oke. Ayo kita mulai." Ujar Lisa.
Dalam sekejap suasana menjadi tegang, Serius.
"Bagus. Seperti yang kalian lihat disini, ada beberapa kerucut yang berjajar dimana kalian harus melewatinya sambil berlari zig-zag. Dengan cepat. Kemudian di ujung sana, ada beberapa tumpukan batu yang harus kalian hancurkan kemudian dari serpihan batu yang kalian hancurkan, bawa satu untuk dilemparkan ke target yang ada di sebelah kanan kalian." Ujar Lisa menjelaskan.
"Wow. Rumit. Jalurnya juga panjang." Keluh Haram.
"Hmm... kombinasi antara kecepatan, kekuatan dan ketepatan." Tambah Ahyeon.
"Tepat sekali! Kau memang penerus kami." Ujar Irene sambil merangkul Eunha.
"Dan terakhir, Aku akan menunggu kalian di lapangan 3." Tambah Lisa.
"Sparring?" tanya Chiquita.
"Yup! Mau one-on-one atau main keroyokan terserah." Ujar Lisa.
"Oke. Gimana? Mau satu-satu mulainya? Atau langsung berempat?" tanya Eunha.
"Loh kok berempat? Berlima dong." Ujar Rose yang berjalan ke arah mereka. Ditemani dengan Jisoo dan Rora.
"Gimana? Mau ikutan, Rora?" tanya Jisoo.
"Ooh, jelas dong." Jawab Rora sambil tersenyum.
"Bareng-bareng aja ya. Keroyokan. Jadinya biar Lisa agak kerepotan. Hehe." Usul SinB.
"Boleh lah. Lagipula, keroyokan pun belum tentu kita bisa mengungguli Kak Lisa." Ujar Ahyeon.
"Oke. Satu, dua, tiga. Dor!"
Aba-aba dari SinB menandakan dimulainya game terakhir ini. Tanpa kesulitan, mereka melewati rintangan lari zig-zag dengan cepat. Padahal jarak antara satu kerucut dan kerucut lain itu 3 meter, tapi mereka melewatinya dengan cepat. Tentu, hal itu menarik perhatian para senior mereka yang menyaksikannya. Lalu di rintangan kedua, ada tumpukan batu. Batu yang sama seperti saat menghadapi rintangan SinB. Batu alam yang kali ini ukurannya. lebih besar. Disini mereka bebas menghancurkan batu tersebut dengan cara apa.
Ruka menghancurkannya dengan mematikan seperti yang diajarkan oleh SinB sebelumnya. Dalam sekali tendang, batu tersebut hancur yang asalnya sebesar ATV menjadi butiran-butiran batu sebesar kepalan tangan. Ahyeon memperkirakan besar dan berat batu tersebut dalam sekali lihat, menarik titik tengah batu tersebut dan menghajarnya dengan kepalannya. Alhasil, batu tersebut hancur dalam sekali pukul berkat perhitungan dan kekuatannya yang luar biasa. Haram yang tidak memiliki kelebihan Ruka maupun Ahyeon, cukup kesulitan dalam menghancurkan batu tersebut.
"Hei, ingat. Angin bisa menghancurkan apa saja. Anggap saja angin itu pedang dengan mata yang tajam yang dapat menghancurkan segala benda." Ujar Rose.
Mendengar perkataan Rose tersebut. Haram mulai memvisualisasikan pedang berukuran raksasa dengan
tepian yang tajam melebihi Excalibur.
WHOOSH!!!
Dalam sekejap, pedang raksasa yang terbuat dari angin terbentuk. Hal itu membuat Eunha, Irene dan Lisa terkejut.
SLASH!!!
SRAATT!!!
SSRRRTT!!!
Haram menggerakkan pedang angin tersebut dan berhasil mengiris batu tersebut layaknya tahu. Tanpa kesulitan ia berhasil membuatnya menjadi seukuran dadu monopoli.
"Yaa, kau mengajarinya membuat pedang angin?" tanya Jisoo kepada Rose.
"Hah? Ah, tidak. Aku bahkan belum mengajarkan penggunaan imajinasi untuk membentuk angin. Haha. Padahal Aku hanya memberikannya masukan." Ujar Rose tersenyum.
"Oh astaga. Lisa, mereka jauh lebih baik dari malam pertama kali kita sparring dengan mereka." Ujar SinB.
"Haha. Ya. Dan ini yang disebut menarik." Ujar Lisa tersenyum yang masih menunggu di lapangan 3.
Rora yang dinobatkan sebagai partner Jisoo pun tidak ingin ketinggalan dalam menunjukkan kemampuannya.. Dengan kedua tangannya yang terbuka, petir merah menggulung membentuk sebuah bola sebesar bola tennis. Suara percikan listrik yang terdengar seperti jeritan tikus, menarik perhatian mereka yang menontonnya. Terlebih Irene, Eunha, SinB dan Lisa yang sebelumnya tidak tahu seperti apa kemampuan Rora yang sekarang ini. Dengan sekali pukul oleh listrik yang berputar kencang di tangannya, Rora berhasil membuat batu karang besar tersebut pecah dan terpental layaknya peluru richochet. Menyebar ke segala arah dengan kecepatan tinggi. Mirip seperti lemparan pitcher dalam pertandingan bisbol. Hal tersebut tentu mengundang decak kagum para senior yang menontonnya.
"Dalam waktu sesingkat itu bisa
membuat bola plasma dengan daya hancur yang begitu hebat?!" ujar Rose tidak percaya.
"Haha. Ya. Aku juga tidak tahu.
Tapi mungkin dia sudah mengenali karakteristik petirnya. Yah semoga saja begitu." Tambah Jisoo.
Chiquita yang sebelumnya berhasil membuat teman-teman dan seniornya tekejut oleh Phoenix miliknya, kini ia memberikan kejutan kembali kepada mereka yang menyaksikan game ini. Ia menghancurkan batu besar tersebut dengan sekali pukul dimana tinjunya tersebut mengeluarkan api berwarna merah sehingga batu yang notabene adalah benda yang tidak bisa dibakar itu hancur menjadi kepingan kecil dan terbakar.
"Haha. Aku bisa melakukannya lagi." Ujar Chiquita girang.
"Hey, itu kan..." ujar Irene pelan.
"Ya. Tidak salah lagi. Dia berelemen api. Sama seperti Lisa." Ujar Jisoo.
"Dan yang lebih mengejutkan lagi, tipe apinya itu Phoenix." Tambah Rose.
"Serius? Berarti kita punya 3 api legendaris!" seru Eunha girang.
"Gimana, Lis?" tanya SinB.
"Kalau dia bisa melewati ujian terakhir dariku, maka amunisi untuk menggebrak Penghuni Atas' sudah siap." Jawab Lisa tersenyum simpul.
•
•
•
•