Kecewa, mungkin itulah yang saat ini di rasakan Donny Adriano Oliver. Bagaimana tidak harapan untuk segera membangun rumah tangga dengan kekasih yang sudah di cintainya selama enam tahun pupus sudah. Bukan karena penghianatan atau hilangnya cinta, tapi karena kekasihnya masih ingin melanjutkan mimpinya.
Mia Anggriani Bachtiar, dia calon istri yang di pilihkan papanya untuknya. Seorang gadis dengan luka masa lalu.
Bagaimanakah perjalanan pernikahan mereka. Akankah Donny yang masih memberi kesempatan kepada kekasihnya bisa jatuh cinta pada istrinya yang awalnya dia perlakukan seperti adik perempuan yang dia sayangi. atau Mia yang sudah lama menutup hati bisa luluh dan jatuh pada perhatian dan kasih sayang yang Donny berikan padanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yunis WM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Epis. 29 Jomblo akut
“Sepertinya Tuan Donny sangat menyayangi Nyonya”. Aaron bisa melihat ketulusan Tuannya itu dalam merawat istrinya. Saat ini Al dan Aaron sedang dalam perjalanan kembali ke perusahaan. Al mengangguk menyetujui pendapat Aaron, karena memang terlihat dengan sangat jelas.
“Lalu bagaimana dengan perjanjian mereka”. kali ini Al mengangkat sebelah bahunya, “Entahlah, mungkin perjanjian itu tidak akan ada artinya lagi”. Giliran Aaron yang mengangguk setuju, perjanjian itu mungkin hanya akan berakhir menjadi abu jika saja mereka melibatkan cinta di dalam perjanjian mereka.
Sementara itu Rafiq yang mengetahui Oliver Group mengehntikan kerja samanya marah besar. Dia bersih keras ingin bertemu dengan Donny, tapi dua receptionis mengatakan kalau Tuan Donny sat ini sedang tidak berada di kantor. Hal itu membuatnya semakin marah. Dia ingin mengetahu apa penyebab Oliver Group menghentikan kerja sama mereka yang sudah terjalin bahkan sebelum Donny menjadi pemimpin perusahaan.
AL dan Aaron yang baru saja sampai di perusahaan mendekati Rafiq. “Mari kita bicara, Tuan”. Al mempersilahkan Rafiq untuk mengikutinya dan Aaron. Pria itu mengenal Al sebagai orang kepercayaan Donny Adriano.
“Perusahaan kami akan membayar ganti rugi sesuai dengan nominal yang tertera di kontrak, anda tidak akan di rugikan dalam hal ini, Tuan”. Aaron memberikan surat kontrak pada Rafiq, pria yang sudah berambut putih itu melempar kertas-kertas itu di atas meja setelah mengambilnya dengan kasar dari tangan Aaron membuat Al sangat marah.
“Saya tidak butuh ganti rugi, saya ingin tahu alasan kalian memutuskan kontrak”.
“Pantas saja putri anda bisa melakukan hal seperti itu, ternyata itu turunan dari anda”. Rafiq mengkerutkan keningnya, tidak mengerti.
“Apa maksud kamu?” tanyanya dengan suara tinggi. Tadinya, Alfandy bermaksud memberinya solusi agar kontrak mereka bisa terus terjalin. Tapi melihat sikap Rafiq yang seperti itu membuatnya mengurungkan niatnya dan akan membuat pria tua itu menyesal sudah marah-marah di depannya.
“Silahkan tanya langsung putri anda” ucap Alfandy dengan suara dingin. Dia meninggalkan pria itu lalu di ikuti Aaron di belakangnya yang, wajah pria itu terlihat memerah karena marah.
“aaarggghhh…” teriaknya emosi. Pria itu meninggalkan gedung Oliver Group dengan amarah yang membuancah di dadanya.
“Clara, apa yang sudah kau lakukan”. Serunya dalam hati.
“Kamu harus melakukan apapun, Alam. Aku istri kamu, kamu harus menolongku”. Teriak Clara pada suaminya dari balik jeruji besi. Aaron langsung memasukkannya ke penjara begitu bukti-bukti berhasil di kumpulkan Al dalam waktu kurang dari tiga puluh menit.
Alam mengacak-acak rambutnya frustasi, dia yang sebagai pengacara tidak bisa berbuat banyak untuk istrinya. Walaupun Clara pantas mendapatkannya, tapi wanita itu tetap istrinya. Bagaimana caranya bertanggung jawab pada orang tua Clara kalau dia tidak bisa mengeluarkan Clara dari penjara secepatnya.
“Kamu mau kemana, Alam?” Alam meninggalkannya, dia ingin bertemu dengan Mia dan memintanya menarik laporannya. Hanya dengan cara itu dia bisa mengeluarkan Clara dari penjara. Melawan tim kuasa hukum Oliver Group tentu hanya buang-buang waktu saja kan.
“Alaaaammm”, suara Clara menggema memenuhi ruagan itu saat melihat Alam mengabaikannya.
“Jadi Clara sengaja mau celakain aku”, Mia tahu Clara sangat membencinya, tapi dia tidak percaya Clara bisa melakukan hal se ekstrem itu. Gadis itu menggeleng-gelengkan kepalanya tidak percaya.
“Kenapa Clara sampai tidak menyukai kamu?” Donny yang penasaran pun akhirnya bertanya. Mia menghela nafas, dia sebenarnya sangat malas mengingat kejadia di universitasnua dulu.
“Karena Alam sangat baik padaku”.
“Teruus?”.
“Clara sudah suka sama Alam sejak semester pertama. Gosipnya dulu mereka sempat pacaran, tapi nggak tahu kenapa waktu kuliah mereka putus”.
“Mungkin karena kamu?”. Gadis itu menaikkan bahunya, “Mungkin”.
“Terus kenapa kamu bisa putus sama Alam, saya liat dia pria yang baik?”. Mia melirik Donny tajam, “Aku itu jomblo akut tahu”, katanya memalingkan wajahnya dari Donny.
“Jadi kalian tidak sempat pacaran?”, Donny semakin penasaran. “Dan apa tadi, jomblo akut? Masak sih kamu nggak pernah pacaran”. Donny menelisik Mia, gadis itu sangat cantik bagaimanapun lusuhnya dia saat ini dia tetap saja terlihat cantik. Tidak mungkin tidak ada laki-laki yang mau jadi pacarnya.
“Apa kamu sama Fioana….”
“Massss…” Mia melempar Donny dengan bantal yang di tangkap Donny dengan baik. Laki-laki itu terkekeh melihat wajah Mia yang merah padam karena marah.
“Habisnya kamu bilang jomblo akut, trus lengket banget sama Fiona”. Donny kembali terkekeh melihat gadis itu meliriknya dengan tajam. Mia lalu membaringkan dirinya dan menutup seluruh tubuhnya dengan selimut.
Donny membenarkan selimutnya, “kamu bisa kehabisan nafas”. Laki-laki itu lalu ikut berbaring di sampingnya.
“Mas Donny sendiri, kenapa tidak menikah dengan wanita yang waktu itu”. Donny menaikkan sebelah alisnya. “Maksud kamu Natasya?”. Mia menjawabnya dengan bergumam.
Donny bangun dari barbaringnya, kakinya selonjoran di atas tempat tidur. Dia menarik nafas sebelum menjawab, “Dia ingin mewujudkan impiannya”. Wajahnya tiba-tiba saja menjadi datar. Mia tidak bisa menebak bagaimana perasaan laki-laki itu sekarang.
Mia diam, tidak ingin lagi melanjutkan pembicaraannya lagi. Dia lalu memejamkan matanya, berusaha untuk bergabung ke dunia mimpi. Donny melihatnya lalu tersenyum, “Kenapa nggak tanya lagi”. Mia membuka matanya lagi “memangnya boleh”, laki-laki itu menagguk. Mia lalu bangun dan duduk meluruskan kakinya kaki di atas tempat tidur. Dia sebenarnya sangat penasaran.
“Itu sebabnya di perjanjiannya pernikahan kita hanya enam bulan?” entah kenapa Mia sangat ingin tahu, hatinya seolah memintanya mencari tahu lebih banyak tentang suaminya dan kekasihnya. Donny mengagguk lagi.
“Apa kalian akan langsung menikah begitu perjanjian kita selesai”. Donny menerawang, manik gelapnya menatap langit-langit di kamarnya. Mia diam mempaerhatikan laki-laki itu, dia menunggu jawaban dari pertanyaannya.
Lagi-lagi Donny menghela nafas, sesungguhnya dia juga tidak tahu dengan jawabannya. “Begitu dia menggapai impiannya, kami mungkin akan menikah”. Walaupun Donny terdengar ragu mengataknnya, entah kenapa membuat hatinya sedikit merasa tidak nyaman.
‘Perasaan apa ini, kenapa rasanya seperti ada yang lain. Aku tidak mungkin menginginkan pernikahan ini berlanjut selamanya, benarkan. Lalu perasaan apa ini’. Mia menggeleng-gelengkan kepalanya setelah bermonolog sendiri dengan pikirannya.
Perasaan seperti cinta tidak mungkin lagi singgah di hatinya, seseorang dari masa lalunya telah membawa semua perasaan seperti itu dari hatinya. Seseorang di masa lalu, benar seseorang itu bahkan masih tetap di tempatnya. Lalu perasaan apa itu ?
Gadis itu lalu kembali berbaring memunggungi Donny, ada air yang mengenang tiba-tiba di pelupuk matanya. Rasa sakit akibat luka masa lalu selalu kembali hadir saat tiba-tiba dia teringat akan seseorang, seolah ingin mengingatkannya kalau seseorang itu masih sangat berarti baginya.
Donny ikut berbaring, mereka berdua sama-sama memejamkan mata walau belum benar-benar terlelap. Mereka larut dengan pikirannya, berdebat kecil dengan hati mereka hingga akhirnya benar-benar berada di alam mimpi.