NovelToon NovelToon
PENGAKUAN DIJAH

PENGAKUAN DIJAH

Status: tamat
Genre:Romantis / Komedi / Petualangan / Contest / Tamat
Popularitas:15.7M
Nilai: 5
Nama Author: juskelapa

Teruntuk semua perempuan di luar sana yang masih berjuang untuk bahagia dengan caranya masing-masing.

Ini tentang Bara Wirya. Seorang wartawan kriminalitas yang sedang mengulik kehidupan Dijah yang mengganggu pikirannya.

***

"Kamu ini tau apa sih? Memangnya sudah pernah beli beras yang hampir seperempatnya berisi batu dan padi? Pernah mulung gelas air mineral cuma untuk beli permen anak? Kalo nggak pernah, nggak usah ngeributin pekerjaan aku. Yang penting aku nggak pernah gedor pintu tetangga sambil bawa piring buat minta nasi."

Bara melepaskan cengkeraman tangannya di lengan Dijah dan melepaskan wanita itu untuk kembali masuk ke sebuah cafe remang-remang yang memutar musik remix.

Bara menghela nafas keras. Mau marah pun ia tak bisa. Dijah bukan siapa-siapanya. Cuma seorang janda beranak satu yang ditemuinya di Kantor Polisi usai menerima kekerasan dari seorang mantan suami.

Originally Story By : juskelapa
Instagram : @juskelapaofficial
Contact : uwicuwi@gmail.com

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon juskelapa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

27. Secercah Senyuman

Sejak masuk ke bioskop, Dijah sudah merasakan bahwa Bara berkali-kali mencoba memegang tangannya atau memeluk pinggangnya.

Dijah memperhatikan bagaimana pasangan di sekeliling mereka begitu mesra satu sama lain. Dijah ingin ikut menggenggam tangan Bara, tapi tangannya malah diam kaku berkeringat di dalam cengkeraman jemari pria itu.

Saat seorang wanita terlihat bersandar dan mengalungkan tangannya di pinggang kekasihnya, Dijah penasaran. Bagaimana rasanya. Sepertinya kok nyaman sekali, pikirnya.

Tapi menyadari penampilan dan keadaannya saat itu, membuat Dijah urung. Jaket yang diminta Bara ia pakai sepanjang di mall mungkin karena pakaian yang dikenakannya terlalu kampungan.

Rasanya Dijah mandi dua jam pun tak bisa menandingi kerennya Bara yang bahkan belum berganti pakaian sejak kemarin. Diam-diam Dijah melirik sepatunya. Kulit tipis sepatunya itu sekarang sudah mekar seperti bunga.

Selama ini Dijah tak punya keinginan untuk punya sepasang dua pasang pakaian bagus atau sepatu baru. Baginya apa saja asal masih bisa dipakai, ia tak masalah. Bersama Bara beberapa hari membuat Dijah jadi punya banyak keinginan.

Namun seiring banyaknya keinginan itu muncul di pikirannya, rasa bersalah pada Dul juga kian menyusup.

"Film horor, nggak takut sama sekali..." gumam Bara saat melangkahkan kakinya keluar bioskop.

"Apa?" tanya Dijah.

"Gak apa-apa," sahut Bara.

"Udah sore, aku langsung ke kantor aja ya. Nanti aku nggak sempet di make up Tini kalau lama nyampe sana. Tini pasti ngomel. Lagian aku anak baru, nggak enak kalau terlambat." Dijah menahan lengan Bara yang kembali berjalan ke arah kasir cemilan bioskop.

"Iya, dari sini aku langsung anter kamu." Bara masih mengalungkan lengannya di bahu Dijah. Ia kemudian kembali membeli popcorn dan kentang goreng untuk dibungkus.

Dijah ingin bertanya apa yang sedang dilakukan Bara, untuk siapa lagi pria itu membeli beberapa jajanan dari bioksop. Tapi Dijah hanya diam berdiri di sebelah Bara yang sesekali mengusap lengannya.

"Hapenya jangan lupa sering-sering diliat ya, jangan ditaruh di tas terus." Bara menggandeng Dijah keluar dari bioskop.

"Entar malem tugasnya di mana? Aku jemput ya..." tawar Bara.

"Belum tau, nanti di kantor dikasi tau di mana." Dijah mencengkeram lengan Bara sedikit keras saat mengikuti langkah panjang pria itu di eskalator.

"Aku pergi seminggu Jah," tukas Bara.

"Iya," jawab Dijah masih mengamati tangga eskalator dengan cermat. Ia khawatir terlambat melangkah. Meski kost-kostannya berada tepat di belakang Mall, tapi Dijah baru satu kali masuk ke dalamnya.

Saat itu tanggal tua, Tini yang baru mendapat kenalan seorang pria tua kaya langsung mengajak Dijah dan Asti yang nyaris kelaparan.

Di sebuah restoran Jepang mereka memesan menu sampai memenuhi seluruh meja. Sengaja, alasan Tini katanya biar ada alasan untuk dibungkus.

Setelah membungkus semua sisa menu di atas meja, setibanya di kos mereka kembali memasak semua makanan itu. Dijah bahkan memanggang sushi di atas kualinya.

Dijah bersungut-sungut pada Tini, kenapa harus membawa mereka ke restoran Jepang jika di rumah mereka semua harus memasak kembali semua makanan itu.

Tini perlu berkhotbah selama setengah jam untuk menjelaskan pada Dijah bahwa ia tak mungkin membawa seorang pria tua kaya ke warung pecel lele. Karena restoran yang ia pilih nantinya akan mencerminkan tarifnya juga.

Motor Bara memasuki halaman sebuah rumah permanen berhalaman luas yang disulap menjadi sebuah kantor. Saat Dijah turun dari boncengan dua orang wanita cantik juga tampak baru tiba di tempat itu.

Dijah melihat dua wanita itu tak segan menoleh dan tersenyum pada Bara yang sedang membuka kaca helmnya. Dijah menebak kalau Bara pasti membalas senyuman wanita-wanita itu jika dilihat dari wajah ceria mereka.

"Dijah!" panggil Tini yang juga baru tiba dengan sebuah ojek.

"Mas Bara... Bosennya aku ketemu masih nggak pulang-pulang juga. Pasti udah candu ama aroma ketek Dijah. Semaleman kurungan di kamar sampe jam segini belum mau pisah," sambung Tini lagi.

Marwah Bara jatuh seketika. Dan balasan senyumannya pada dua orang wanita cantik itu tak berguna. Kini mereka tahu bahwa Bara sudah tidur sekamar dengan wanita yang baru turun dari boncengannya.

"Hus, Tin!" sergah Dijah saat Tini melewatinya.

"Halah, mas mu iki ngintili terus yo, wis ngerti enak ndekke, mulakno gelem dadi ojek. (Halah, Mas-mu ini ngintilin terus. Udah tau enak dia, makanya mau jadi ojek)," balas Tini.

"Ora mesti karena itu, yo!" sahut Dijah lagi.

"Eh, Jah! Ojo ngelengke aku karo penjahat kuwi!" (Ih Jah! Jangan ingetin aku sama penjahat itu)" Tini tiba-tiba memelankan suaranya seraya menoleh ke sekeliling mereka.

"Ben ndekne golek wedhok liyo meneh! Aku yo pengen ngerti ndi wedhokan sek susune luwih gedhe seko aku!" (Biar dia cari perempuan lain! Aku pengen tau perempuan mana yang dadanya lebih gede dari aku," sambung Tini lagi.

"Susu ku yo gedhe Tin..." (Ya dadaku juga besar Tin)," sela Dijah tertawa.

Tini yang mulai emosi karena Mas-nya disebut-sebut jadi ikut tertawa mendengar jawaban Dijah. Bara yang masih berada di sana mengernyit namun ikut tersenyum.

Ia menunggu dengan sabar hingga percakapan Tini dan Dijah berakhir. Bara tak mengerti apa yang sedang dibicarakan kedua wanita itu. Ia hanya sempat tersenyum tipis saat Dijah mengucapkan sedikit kata yang dimengertinya. 'Susu dan gede'.

Bara meninggalkan Dijah di kantor itu setelah berkali-kali mengingatkan agar Dijah mengecek ponselnya sesekali. Ia berjanji tak akan mengirimkan pesan lebih dulu karena Dijah belum familiar dengan bentukan ponsel barunya.

Sudah sore, tapi Bara masih ragu untuk pulang. Ia khawatir Joana masih berada di rumahnya karena mengingat bahwa itu adalah Sabtu malam.

Bisa jadi Joana datang dengan menumpangi taksi dan berharap malamnya bisa pulang diantar olehnya. Semua hal itu sudah dibayangkan oleh Bara. Seperti yang kebanyakan perempuan yang senekad Joana selama ini.

Sebelum kembali ke rumahnya, Bara berniat mampir ke sebuah minimarket dan mengunjungi temannya. Ia terus melajukan motornya sampai ke seberang Polsek dan tiba di sebuah minimarket.

Perlahan motor Bara memasuki sebuah gang yang terletak di sebelah Polsek. Dan saat tiba di sebuah rumah yang ditujunya, Bara menghentikan sepeda motornya.

"Lo ngapain di sini Bara..." gumam Bara sendirian.

Bara membuka helm dan turun dari motornya. Sekilas ia merapikan jaket dan kemejanya bak akan bertamu ke rumah pacar baru.

"Dul..." panggil Bara dari depan pagar kayu. Tak perlu waktu lama, pintu kayu tipis di seberang pagar mengayun terbuka. Wajah manis Dul yang cerdas mirip ibunya menyembul dari balik pintu.

"Om Bara..." sapa Dul.

"Lagi ngapain? Sibuk nggak?" tanya Bara.

"Aku nggak pernah sibuk. Cuma nonton film kartun. Nggak dikasi main di luar sama ibu. Katanya nanti aku dibully," jawab Dul.

"Ayo sini keluar dulu, kakek-nenek mana?" tanya Bara lagi.

"Mbah wedok tidur. Mbah lanang mungkin di warung main catur," jawab Dul lagi.

"Om bawa ini, ayo simpen dulu." Bara mengangkat dua plastik jajanan yang dibelinya dari minimarket seberang.

Dul menyongsong kedua bungkusan dengan wajah ceria. "Semua untuk aku Om?" tanya bocah itu polos.

"Iya, untuk kamu. Jangan kasih anak lain. Kalo ada yang minta, suruh beli sendiri. Selama ini juga nggak ada yang ngasi kamu gratis kan?" tanya Bara. Tanpa ia sadari, ia telah mengajarkan Dul ilmu balas dendam versinya.

Dul berlari ke dalam rumah untuk meletakkan harta yang baru saja diperolehnya.

"Sekarang kamu duduk di sini," ajak Bara menunjuk sebuah tembok batu di depan pagar rumah.

"Ngapain di situ?" tanya Dul.

"Ngobrol sambil ngemil. Om masih punya ini." Bara mengangkat sekeranjang popcorn ke depan Dul.

"Wah... Aku suka! Ayo aku temenin ngobrol. Om Bara kaya ya? Kalau Om Bara kaya aku mau diangkat jadi anak!" tukas Dul polos seraya ikut duduk di sebelah Bara.

"Mau ya? Ibu kamu ngasi nggak kira-kira kalo kamu Om angkat jadi anak?" tanya Bara pada Dul.

"Nggak tau..." jawab Dul.

"Kalo gitu Om harus ngangkat ibu kamu lebih dulu," tukas Bara tersenyum memandang Dul yang lahap memasukkan popcorn segenggam sekaligus ke dalam mulutnya.

"Ngangkat ibu jadi anak Om Bara sekalian?" tanya Dul.

"Bukan... Harus diangkat jadi istri Om. Baru secara otomatis Dul langsung jadi anak Om. Gimana? Mau?" tanya Bara tersenyum jahil. Ia tak bisa membayangkan bagaimana reaksi Dijah jika tahu ia sedang meracuni pikiran Dul.

"Otomatis itu apa Om?"

"Otomatis itu langsung. Ibu kamu jadi istri Om, terus kamu langsung jadi anak Om. Langsung, gimana? Tertarik?" tanya Bara lagi.

"Tertarik... Mau" Dul mengunyah popcornnya sambil mengangguk-angguk.

"Oh iya... Om punya ini." Bara sedikit bangkit merogoh kantong depan ranselnya yang tergantung di stang motor.

Bara menyodorkan tiga lembar foto Dul yang dirasanya paling gagah saat sedang mengenakan seragam marching band.

"Waaaahhh... Om Bara!" Mata Dul terbelalak. "Makasi... Aku nggak pernah punya foto!" teriak Dul.

"Aku harus kasi liat sama Ibu!" seru Dul lagi. Bocah itu telah meletakkan popcornnya dan sekarang mengusap-usap tiap lembar foto yang menunjukkan ia tengah menabuh drum.

"Foto kamu yang lain masih ada, entar malem Om kasi ke ibu kamu." Bara mengacak rambut Dul seraya tersenyum puas.

Ia menyadari, betapa sedikit kebaikan yang diberikannya, bisa jadi merupakan sumber kebahagiaan orang lain.

Bara belajar itu dari Dijah yang peduli pada Mbok Jum di tengah keterbatasannya.

To Be Continued

1
echa purin
👍🏻
lily
nah gitu stlh nikah langsung bsa nempatin rumh baru
lily
akhirnya wisuda juga ya bar
lily
pak Wirya dosen psikolog jdi tau pasti harus bagaimana menyikapi sudah sepatutnya seperti ini , tapi memang pak Wirya ayah yg bijaksana terlepas dari embel2 dosen dll
lily
nangis ke sekian kali,,, Dijah
lily
tiba tiba nangisin dijah
lily
deg serrrr
lily
tpi emang bner ada kok bapak model gni, ibu model morotin anak juga ada,,, gak penting anak mau pulang apa kagak yg penting duwitnya ,,,,
lily
kelakuan tini 🤣🤣
lily
🤣🤣🤣kelakuan tini
lily
tini ngerti amat sih
lily
aku ngajak banget,, biasanya yang bilang astaga, itu si bara skrng si Tini hahaha
lily
bijak amat pak Wirya
lily
kamvret 😂
lily
tini ih harus di sensor itu wkwkwk
lily
bara dih ceplos amat wkwkw
Wandi Fajar Ekoprasetyo
ayo bude Tini...... bantai nih laki²
Hani Hanifah
pernah di posisi ini, saat kami ngotot berharap punya anak kedua, ga dikasih aja, saat 6 tahun berlalu, dan kami berdua sudah pasrah, ALLAH kasih kehamilan yang tak diduga bahkan saya minum obat warung abis 2 strip karena badan merasa demam dan kepala pusing, tapi klo ALLAH sudah berkehendak janin pun tetap tumbuh kuat di dalam rahim. sekarang anak kedua saya udah 8 tahun😇.
Hani Hanifah
Dijah mah wonder woman, cuma kaleng doang mah cetek...sekali pukul langsung gepeng..😂
Wandi Fajar Ekoprasetyo
ternyata kebiasaan Bara(astaga)tuh awalnya dr cerita ini ya
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!