Rinda mengenalkan sahabatnya yang bernama Dita dengan Danis, kekasihnya. Sikap dan kebiasaan Danis berubah, setelah Rinda kenalkan pada Dita. Tidak ada lagi Danis yang selalu ada disetiap Rinda membutuhkannya. Karena setiap kali Rinda butuh Danis, pria itu selalu bersama Dita.
Rinda menyesal mengenalkan Dita pada Danis. Rinda tidak menyangka orang terdekatnya akan mengkhianati dirinya seperti ini.
Puncak penyesalan Rinda, dia melihat dengan mata kepalanya sendiri, Danis dan Dita masuk ke dalam hotel sambil menautkan jari-jari tangan mereka. Kebetulan Rinda sedang bersama Keenan, pria yang baru saja menjadi temanya. Rinda tidak tahu, jika Keenan adalah calon suami Dita.
Bagaimana sikap Rinda selanjutnya pada Danis dan Dita?
Keputusan apa yang akan dipilih Rinda tentang hubungannya dengan Danis
Bagaimana sikap Rinda pada Keenan, setelah tahu pria itu calon suami Dita?
Yuk simak cerita 'MENYESAL' selengkapnya, hanya di NOVEL TOON
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Bunaya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 30 Golongan Darah AB
Setelah suara tabrakan terdengar, Rinda berlari keluar diikuti Keenan. Saat melewati Danis, pria itu meminta Rinda untuk tidak melihat. Semakin Dilarang, Rinda semakin penasaran. Dia ingin memastikan Dita baik-baik saja.
Yang Rinda lihat, Dita justru tidak baik-baik saja. Sahabatnya itu terbaring di jalanan dengan wajah kaki dan tangannya, yang dipenuhi darah. Banyak orang yang berkerumun, namun tidak ada yang menolong. Rinda akhirnya berteriak pada mereka untuk memanggil ambulance.
"Mengapa kamu biarkan Dita pergi?" Rinda bertanya pada Danis yang mendekati Rinda dan Dita.
Danis tidak menjawab. Dia juga merasa bersalah membiarkan Dita lari, setelah mereka sedikit berdebat. Berdebat tentang perasaan Danis pada Rinda.
"Kamu memang tidak pernah mencintai Rinda, Danis. Kamu memilihku lagi."
Danis tidak terima dengan apa yang Dita katakan. Tentu saja dia mencintai Rinda. Dia membawa Dita pergi bukan karena peduli pada gadis itu. Tapi dia tidak ingin Dita terus mempermalukan Rinda.
"Kamu itu hanya pantas untuk dinikmati, bukan untuk dicintai."
Kejam sekali ucapan Danis pada teman ranjangnya itu. Wajar jika Dita tidak terima dan marah mendengar pernyataan Danis.
Dita kembali memprovokasi Danis. "Perasaan kamu pada Rinda terlalu lemah Danis. Kamu tidak akan tergoda olehku, kalau kamu benar-benar mencintainya." Dita berkeras dengan pendapatnya.
"Rinda juga tidak pernah mencintai kamu, kan? Lihat lah, dengan mudah dia berpaling dari kamu." Dita tertawa setelah bicara.
"Sebenarnya apa yang kamu inginkan dari semua ini Dita? Kamu menggodaku, kamu juga mengganggu hubungan Riska dan Jay?"
"Aku benci keluarga mereka. Aku benci selalu dibanding-bandingkan dengan Rinda. Aku Dita, bukan Rinda. Aku bebas melakukan apapun yang aku inginkan. Tidak harus seperti Rinda. Dan yang pasti, aku benci mereka menghalangi hubunganku dengan Rendi."
"Hanya karena itu?" Danis bertanya karena dia tidak yakin.
Dita kembali tertawa, lalu dia berusaha melepaskan tangan Danis yang memegang tangannya dengan sangat kuat. "Lepaskan aku Danis!"
Danis tidak menghiraukan, dia butuh jawaban Dita yang sebenarnya. "Jawab pertanyaanku, baru aku akan lepaskan kamu."
"Tidak perlu aku jawab. Kamu dan yang lain akan tahu tidak lama lagi, mengapa aku melakukan ini semua."
Dita memanfaatkan kelengahan Danis. Dia terlepas dari pegangan Danis, lalu berlari ke jalan. Belum saatnya mereka semua tahu apa yang Dita inginkan sebenarnya. Dia masih ingin bermain-main dengan mereka semua. Termasuk membiarkan Rinda dan Keenan bersama untuk sementara waktu.
Namun naas, jalanan yang terlihat sepi saat Dita menyeberang, justru ada kendaraan yang melaju kencang dari dua arah yang berlawanan.
Danis juga tidak menduga, ada kendaraan melaju dengan kencang di saat Dita berada di tengah-tengahnya. Seolah, semua itu sudah diatur. Seolah mereka sengaja ingin Dita tidak banyak bicara dengan orang-orang yang dia sakiti.
Danis mengangkat Dita lalu membawa gadis itu masuk ke dalam mobilnya. Terlalu lama menunggu ambulance datang untuk menolong Dita. Salah satu orang Keenan menemani Danis ke rumah sakit.
Keenan membawa Rinda untuk mengikuti Danis. Mereka pun tiba di rumah sakit terdekat. Belum juga Keenan menghentikan kendaraanya, Rinda sudah turun memanggil petugas rumah sakit untuk minta pertolongan.
"Tolong, saudara saya kecelakaan." Rinda menunjuk kendaraan Danis. Mantan kekasihnya baru saja membuka pintu bagian belakang, dimana dia membaringkan Dita.
"Kita doa kan Dita baik-baik saja," ucap Keenan mencoba menenangkan Rinda yang menangis dalam pelukannya.
Trauma Rinda terulang lagi. Dia lemah melihat darah korban kecelakaan, apalagi korban tersebut orang yang dia kenal. Orang yang dekat dengannya. Orang yang Rinda sayangi.
Tidak mudah membuat Rinda kembali menjadi Rinda yang sekarang. Kehilangan Rendi secara mendadak dan dengan cara yang mengerikan, sempat membuat Rinda terpuruk dan dalam kesedihan. Di saat yang bersamaan, Dita pun pergi keluar negeri.
Suatu hari Ardian sakit. Sepanjang waktu hanya menangis. Tidak mau digendong oleh siapa pun, termasuk digendong bunda Nara. Ardian bisa diam setelah berada dalam gendongan Rinda. Disaat itulah Rinda sadar, dia tidak boleh terus sedih dengan kehilangan Rendi. Ada Ardian yang membutuhkan dirinya.
Kini bayangan darah yang ada di sekujur tubuh Dita, membuat Rinda kembali teringat Rendi yang bermandikan darah, saat saudara kembarnya itu merenggang nyawa.
"Dita tidak akan pergi kan, Keen?"
Keenan tidak bisa menjawab pertanyaan Rinda. Dia takut salah bicara. Yang Keenan pikirkan saat ini, dia justru mengagumi hati Rinda yang entah terbuat dari apa.
Dita tidak hanya sekali menyakiti gadis yang dia cintai ini. Tapi Rinda tetap sayang pada Dita. "Aku benci apa yang Dita lakukan. Tapi aku tidak bisa membenci orangnya." Rinda pernah mengatakan hal itu pada Keenan.
"Keen Dita tidak akan pergi meninggalkan aku seperti A' Rendi, kan?" Rinda kembali bertanya.
"Kita doakan yang terbaik untuk Dita," jawab Keenan.
Di tempat yang tidak jauh dari Keenan dan Rinda berdiri, Danis menatap kedua pasangan yang sedang berpelukan itu. Harusnya dia yang ada disana, bukan Keenan. Harusnya dia yang jadi sandaran Rinda, bukan Keenan.
"Harusnya aku yang kamu cintai, bukan dia. Dita benar Nda, kamu sebenarnya tidak pernah mencintai ku, kan? Secepat ini kamu bersama yang lain."
Sementara Danis butuh waktu lama agar Rinda mau menerimanya. Berbagai cara Danis lakukan hingga akhirnya Rinda luluh dan menerimanya. Dan akibat kebodohannya sendiri, Rinda pergi, lepas dari genggamannya.
Sementara itu, Mama Ana baru saja tiba di rumah sakit. Dia tidak sendiri. Ada paman Reza yang menemani mama Ana.
Wanita paruh baya itu sedang konsultasi mengenai perceraiannya dengan papa Heru, saat menerima kabar dari orang yang tidak dikenal. Awalnya mama Ana tidak percaya. Namun foto yang dikirimkan orang itu, membuat mama Ana akhirnya pergi ke rumah sakit.
Dia memang kecewa dan marah pada Dita. Namun, Dita sudah menemaninya sejak lahir, hingga saat ini.
Mama Ana menghampiri Rinda dan Keenan. "Apa yang terjadi Nda?" tanya mama Ana pada Rinda.
Bukan menjawab, Rinda justru menghambur dalam pelukan mama Ana dan menangis. Mama Ana ikut menangis, meskipun dia belum tahu kondisi Dita. Namun firasatnya mengatakan, Dita tidak baik-baik saja.
"Keluarga Dita," ucap perawat.
Mama Ana dan Rinda mendekat. Di belakang mereka ada Keenan dan paman Reza yang mengikuti.
"Saya mamanya," jawab mama Ana.
"Pasien banyak kehilangan darah. Kami butuh pendonor yang golongan darahnya AB."
"AB?" Mama Ana membeo.
"Putri saya golongan darahnya A, Sus." Mama Ana mengklarifikasi golongan darah Dita.
"Bukan Bu. Kami baru saja memeriksa golongan darah pasien." Perawat tersebut menegaskan.
"Apa mungkin Dita mengikuti golongan darah ayahnya?" Mama Ana bergumam sendiri. Karena selama ini yang mama Ana tahu, golongan darah Rinda A, sama seperti ibu kandungnya.
"Apa mungkin golongan darah bisa berubah?" Mama Ana bertanya karena masih yakin Dita memiliki golongan darah A.
Dita pernah dirawat di rumah sakit saat bayi. Dan dia harus transfusi darah saat itu. Papa Heru yang mengurus semuanya. Papa Heru memberitahu mama Ana, golongan darah Dita adalah A.
"Ma, bukan kah papa juga golongan darah AB?" Rinda mengingatkan mama Ana.
"Dari mana kamu tahu golongan darah papa AB?"
"Waktu papa sakit, mama minta tante Sera untuk mendonorkan darahnya. Karena, dari semua saudara papa, hanya tante Sera yang cocok."
Mama Ana ingat sekarang. Suaminya memang memiliki golongan darah AB. Tapi tidak dengan Dita. Apakah ada yang disembunyikan papa Heru?
"Biar aku saja yang hubungi Heru," ucap paman Reza.
Saudara kembar ayah Riza itu menjauh. "Sepintar apapun orang menyimpan rahasia, pada akhirnya akan ketahuan juga." Paman Reza membatin.
"Kamu ada di mana Heru?" Ucap paman Reza setelah panggilannya terhubung.
"Di Bandung. Di rumah Sera," jawab papa Heru yang sedang berada di rumah adiknya yang paling kecil.
"Ke rumah sakit X. Dita mengalami kecelakaan dan butuh pendonor."
Tidak perlu paman Reza perjelas. Dia yakin papa Heru pasti akan datang. Tidak mungkin dia mengabaikan darah dagingnya sendiri.
"Bagaimana?" Mama Ana bertanya pada paman Reza setelah pria itu kembali bersama mereka.
"Kita tunggu saja. Heru lagi berada di rumah Sera," jawab paman Riza.
"Dia belum kembali ke keluarganya?" Mama Ana bertanya pada dirinya sendiri.
Sementara papa Heru dalam kebimbangan. Dia harus menyelamatkan Dita. Tapi rahasianya selama ini akan ketahuan oleh mama Ana. Alasan dia menikah lagi pun, akan ketahuan oleh mama Ana. Bukan karena ingin keturunan seperti yang mama Ana duga.
"Kamu tidak bisa mengabaikan keselamatan putri kamu, Mas." Tante Sera menasehati papa Heru.
Maka, disinilah papa Heru saat ini. Berdiri di hadapan Keenan, Rinda dan paman Riza. Mama Ana pergi, dia tidak ingin bertemu pria yang lagi-lagi membuatnya kecewa.
"Nda, maafkan Papa."
Rinda tidak menjawab. Dia juga kecewa dengan papa Heru. Lalu dia menoleh pada Keenan. "Keen, mengapa kebanyakan pria tidak bisa menahan diri?" Tanya Rinda pada calon suaminya itu.
Keenan tidak ingin Rinda menganggap dia sama seperti papa Heru, Danis dan Jay. Dia pun menjawab, "Aku bukan bagian dari mereka yang kebanyakan itu."
Makin seru