Dilarang plagiat, tambal sulam, atau sejenisnya. Jangan mengambil hak orang lain demi keuntungan sendiri. Ingat Azab.
~~~~
Jangan menyalahkan apa yang terjadi pada dirimu, karena di balik apa yang menimpa dirimu, akan ada keindahan yang menantimu.
Olivia Shea begitu bahagia saat dirinya di terima berkerja di Maxton Company. Impian mengubah hidupnya mengantarkannya pada kehidupan baru.
Regan Alvaro Maxton-CEO Maxton Company, meminta Shea mengantarkan berkas yang Shea lupakan, ke Adion Company.
Berniat mengantarkan berkas ke Adion Company menjadikan dirinya, menjadi korban salah sasaran. Bryan Adion-CEO Adion Company, yang mengira Shea adalah wanita yang di kirim asistennya, membuatnya memperkosa Shea.
Regan yang mengetahui bahwa Bryan-adik iparnya memperkosa sekertarisnya, hingga hamil, membuat Regan meminta Bryan untuk menikahi Shea.
Bagaimana kelanjutan kisah mereka?
~~~
Follow IG Myafa16
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon myafa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa kamu mau bunuh diri?
Bryan melihat jam di pergelangan tangannya, melihat jam sudah memasuki jam istirahat. Bryan keluar dari ruangannya dan menuju ke meja kerja Felix.
"Cepat telepon Shea!" Bryan yang baru sampai di meja Felix, berdiri tepat di depan meja Felix seraya memerintah.
Felix yang sedang sibuk dengan perkerjaanya menoleh ke arah Bryan yang tiba-tiba datang ke meja kerjanya. "Apa kamu tidak bisa melihat jika aku sedang mengerjakan perkerjaan." Felix melihat jam di pergerlangan. Jam masih beberapa menit menuju waktu istirahat. Tapi Bryan dengan semangatnya sudah datang lebih awal.
"Tinggalkan perkerjaanmu, cepat hubungi Shea." Rasanya Bryan sudah tidak sabar untuk mendengar kabar, jika Shea akan kembali untuknya.
Felix hanya bisa mendengus kesal. Pikir Felix, Bryan bisa sesuka hati memerintahnya, maklum saja karena dia adalah bosnya. Jadi mau tidak mau Felix harus menuruti perintah Bryan.
Mengambil ponselnya, Felix mengusap layar ponselnya. Mencari nama Shea di phone book miliknya. Felix langsung menghubungi Shea.
Cukup lama Felix menunggu Shea mengangkat sambungan teleponnya. Tapi tidak ada sama sekali jawaban dari Shea.
"Tidak di angkat?" tanya Bryan yang melihat Felix belum bersuara sama sekali.
"Belum." Felix menjawab seraya mengelengkan kepalanya.
Felix mencoba mengusap kembali layar ponselnya. Mengulang kembali, menghubungi Shea.
Bryan semakin tidak karuan, saat Shea tidak mengangkat sambungan telepon Felix sama sekali. Pikirannya melayang membayangkan apa yang sedang di lakukan Shea dengan Regan disana.
"Tidak di angkat," ucap Felix seraya meletakkan ponselnya di atas meja.
"Cobalah lagi!" Bryan memerintahkan Felix untuk menghubungi Shea kembali.
"Apa kamu tidak lihat Shea tidak mengangkat sambungan telepon dari aku." Felix mulai kesal dengan permintaan Bryan. "Mungkin dia sedang sibuk dengan Regan."
Kalimat itu lolos dari bibir Felix, dan langsung membuat Bryan menajamkan pandangannya. Bryan yang sudah tidak karuan membayangkan apa yang di lakukan Shea dan Regan, semakin di buat kesal saat Felix mengucapkan kalimat yang tidak di harapkan oleh Bryan.
"Hubungi lagi!" Dengan suara yang sudah meninggi Bryan memerintah Felix kembali.
Felix hanya bisa mendengus kesal. Sebagai bawahan, dirinya tidak bisa menolak perintah atasanya. Mengambil ponselnya yang tergelatak di atas meja, Felix mencoba menghubungi Shea kembali.
"Halo." Suara Shea terdengar dari sambungan telepon.
Panggilan telepon yang dalam mode loudspeaker, membuat Bryan dapat mendengar suara Shea. Bryan yang mendengar suara lembut milik Shea, menarik senyum di ujung bibirnya.
"Halo, Shea, ini aku Felix."
"Iya, tidak perlu Anda jelaskan, saya sudah tahu ini Anda."
Felix hanya bisa menelan salivanya kasar. Berhadapan dengan Shea, bukanlah perkara mudah. Baru saja dirinya mengatakan satu kata, kalimat sanggahan sudah muncul.
"Ada apa Pak Felix menghubungi saya?"
Berhadapan dengan Bryan, mungkin adalah hal biasa bagi Felix, tapi berhadapan dengan istri Bryan, nyali Felix langsung ciut.
"Jawab." Dengan mengerakan mulutnya tanpa suara. Bryan memberi kode pada Felix untuk menjawab pertanyaan Shea.
Felix hanya melirik tajam pada Bryan. Apa dia tidak tahu, jika aku gemetar menghadapai Shea. Felix hanya bisa membatin kekesalannya pada Bryan.
"Shea, aku ingin memberitahu, jika Bryan sakit." Setelah mengumpulkan keberaniannya, akhirnya kalimat itu di ucapkan dengan lancar oleh Felix.
"Sakit? Bryan sakit?" Terdengar suara Shea sedang memperjelas ucapan Felix.
"Iya, sakit."
Bryan yang mendengar Felix menjelaskan, mengacungkan jempolnya. Tanda, jika yang di lakukan Felix sangatlah bagus.
"Sakit apa dia, bukannya tadi pagi dia baik-baik saja."
Felix merutuki kesalahannya yang tidak membuat rencana dulu saat menghubungi Shea. Harusnya Felix sadar, jika Shea tidak akan mudah di tipu lagi olehnya.
"Apa?" Tanpa suara dan hanya mengerakkan bibirnya, Felix bertanya pada Bryan.
Bryan pun bingung untuk menjawab pertanyaan Shea. Dirinya tidak menyiapakan amunisi, sampai sejauh itu. Bryan tidak berpikir, jika Shea akan menayakan sedetail itu.
"Pak Felix, Bryan sakit apa?" Shea mengulang kembali pertanyaanya.
Melihat wajah Bryan dan mendengar ucapan Shea, Felix di buat bingung. "Alergi," ucap Felix. Hanya kata itu saja yang terlintas di pikiran Felix.
"Alergi apa?"
"Alergi udang," ucap Felix pada Shea. Felix yang memang tahu jika Bryan alergi dengan udang pun menjawab pertanyaan Shea.
"Apa sudah di berikan obat?"
"Aku sudah memberikan obat."
"Lalu apa masalahnya, jika sudah di berikan obat. Kenapa harus menghubungi saya?"
Felix semakin gemetar. Nada suara Shea yang naik, menandakan Shea mulai kesal. "Masalahnya adalah tidak ada yang menjaga Bryan di rumah. Jadi bisakah kamu pulang?"
"Saya sedang kerja, jadi saya tidak bisa pulang."
"Lalu bagaimana dengan Bryan. Aku sedang tidak bisa menemaninya."
"Bukannya Bryan banyak teman wanitanya, kenapa tidak minta mereka menemani."
"Mereka teman untuk menemani saat di ranjang, bukan untuk menemani saat sakit," ucap Felix begitu saja.
Bryan yang melihat Felix membahas teman wanitanya hanya untuk melayaninya di ranjang, langsung menepuk bahu Felix. Dirinya benar-benar kesal dengan Felix yang membuka kartunya di hadapan Shea.
"Ya sama saja, sama-sama menemani. Aku rasa mereka hanya tinggal di bayar, dan mereka akan melakukan apa yang kita perintahkan, termasuk menemani saat sakit."
Bryan membulatkan matanya saat mendengar ucapan Shea.
Apa dia tidak tahu, jika aku meminta para wanitaku itu menemani, justru mereka akan menganggu istirahatku. Bisa-bisa saat aku istirahat, mereka akan memperkosaku.
Felix semakin frustasi mendengar ucapan Shea. Dia menatap Bryan meminta jawaban dari Shea.
Bryan yang melihat Felix sudah kehilangan cara menjawab Shea, akhirnya merebut ponsel Felix. "Kalau kamu tidak mau pulang ya sudah. Tapi jika besok aku kenapa-kenapa, kamulah orang yang patut di salahkan. Karena kamu yang tinggal bersamaku."
Bryan langsung mematikan sambungan teleponnya, dan melemparnya ke meja dengan kasar. Meluapkan emosinya, karena Shea menolak untuk pulang.
"Ponselku," ucap Felix yang melihat ponselnya di lempar begitu saja oleh Bryan. Felix memandangi ponselnya, untung saja dirinya pas meraih ponselnya. Karena telat sedikit refleknya, ponselnya akan melayang ke lantai.
"Pesankan aku makanan yang ada udang di dalamnya!" Perintah Bryan pada Felix.
Felix langsung membulatkan matanya saat mendengar Bryan menyuruh untuk memesan udang. Felix tahu pasti, jika alergi udang yang di derita Bryan sangat parah.
Memutar ingatanya, Felix ingat jika Bryan harus sampai di rawat di rumah sakit, karena makan udang. Sesaat setelah makan udang, tubuh Bryan timbul bintik-bintik, dan Bryan akan sesak napas setelah mengonsumsi udang.
"Apa kamu mau bunuh diri?" tanya Felix yang tidak habis pikir dengan ucapan Bryan.
Felix tidak habis pikir, jika Bryan akan senekat ini, hanya untuk membuat Shea pulang.
"Kamu pikir aku sebodoh itu," cibir Bryan pada Felix. "Belikan aku makanan itu, dan belikan aku obat alergi. Paling tidak aku juga tidak mau mati konyol."
Felix baru mengerti kemana arah rencana Bryan. Meraih ponselnya, Felix langsung memesan makanan. Pilihan Felix jatuh pada bubur seafood. Karena ada kandungan udangnya, sudah bisa di pastikan akan membuat alergi Bryan muncul.
***
"Dasar aneh," grutu Shea saat melihat Bryan menutup sambungan telepon begitu saja. Shea langsung memasukkan ponselnya ke dalam tasnya.
"Bryan sakit?" Regan yang dari tadi mendengar pembicaraan Shea pun bertanya.
"Iya." Shea yang tadi sedang menikmati makan siangnya, harus terhenti karena telepon dari Felix. Melanjutkan makannya, Shea mengabaikan pikirannya tentang Bryan yang sakit.
"Sakit apa?" Regan menjadi penasaran saat mendengar Bryan sakit.
"Alergi udang." Shea berucap, dan memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Apa?" pekik Regan, yang kaget saat mendengar Bryan sakit akibat makan udang. "Bryan sakit karena makan udang?"
"Iya," jawab Shea santai seraya memasukkan makanan ke dalam mulutnya.
"Terakhir kali Bryan alergi, dia harus sampai di rawat di rumah sakit. Apa sekarang dia di rumah sakit juga?" Regan ingat betul apa yang terjadi terakhir kali Bryan makan udang, dan saat mendengar Bryan makan udang pikirannya melayang membayangkan, jika Bryan di rawat di rumah sakit.
Shea mencerna ucapan Regan, yang mengatakan jika Bryan yang alergi sampai di bawa ke rumah sakit. Tapi tadi, Shea sempat mendengar suara Bryan yang berbicara dengannya. Dari yang Shea tangkap, suara Bryan tampak biasa saja.
"Aku tidak tahu."
"Apa tidak sebaiknya kita pulang saja, aku rasa Bryan sedang membutuhkanmu." Regan yang merasa dalam situasi sulit, harus melepas egonya demi orang lain.
"Aku rasa tidak perlu, kita lanjutkan saja perkerjaan kita."
"Apa kamu yakin?" Regan memastikan kembali pertanyaannya.
"Iya."
"Baiklah, kita selesaikan dulu perkerjaan kita. Jika selesai lebih awal kita akan segera kembali pulang. Tapi jika tidak, kita akan melanjutkan untuk menginap." Sebenarnya Regan tahu pasti, jika perkerjaan ini tidak akan selesai dengan cepat. Tapi entah kenapa kalimat itu yang keluar dari bibirnya.
Shea hanya mengangguk mendengar ucapan Regan. Walaupun dia memikirakan kondisi Bryan, tapi Shea tampak ragu untuk percaya. Terlebih lagi, mendengar suara Bryan yang seperti sedang tidak sakit, membuat Shea tidak yakin.
.
.
.
.
.
Pulang nggak kira-kira Shea?🤭
JANGAN LUPA LIKE👍🏻😍