NovelToon NovelToon
Muslimah-Muslimah Tangguh

Muslimah-Muslimah Tangguh

Status: tamat
Genre:Teen / Action / Romantis / Tamat / Cinta Seiring Waktu
Popularitas:171.7k
Nilai: 4.8
Nama Author: Rudi Hendrik

Sejumlah muslimah berjilbab didera berbagai permasalahan pelik yang menyerang pilihan jalan mereka untuk berhijab.

Barada, Rina Viona, dan para personel Geng Bintang Tujuh, dituntut memecahkan masalah rumit yang mereka hadapi, termasuk masalah percintaan.

Lalu bagaimana cara mereka bertahan dalam balutan jilbabnya yang harus menghadapi tantangan perkembangan zaman yang semakin terbuka?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rudi Hendrik, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

28. Tentara Ilusi

*Masnaini Muslimah Rekayasa*

Layar komputer di depan Kumbang Langit tiba-tiba menyala dengan sendirinya. Yang langsung muncul di layar monitor adalah wajah cantik H dengan kekhasan rambut hijaunya.

“Silakan, H,” kata Kumbang memberi izin sambil tangannya menandatangani kertas dokumen di mejanya.

“Barada sudah siuman, Bu!” lapor H.

“Baik.”

Monitor komputer kemudian mati dengan sendirinya. Setelah menandatangani beberapa lembar dokumen lainnya, Kumbang berdiri dari duduknya sambil menutup map dokumen. Ia lalu berjalan menuju pintu ruang kerjanya. Melihat atasannya pergi, Monorama yang juga ada di ruangan itu segera bangun dari kursinya dan mengikuti kepergian Kumbang. Monorama adalah asisten yang wajib mengikuti Kumbang ke mana saja, kecuali ada perintah untuk tidak ikut. Berbeda dengan asisten Kumbang yang lain, yaitu Lenggy Matulasa, ia asisten yang bergerak ke sana dan ke sini.

Kumbang dan Monorama akhirnya tiba di ruang Peri Data. Kening Kumbang agak mengerut ketika melihat tayangan di monitor raksasa.

Tampak di sebuah ruangan kamar, terjadi adegan pertarungan dua orang gadis. Salah satu gadis mengenakan jilbab yang tidak lain adalah Barada.

Lawan Barada adalah juga seorang gadis, tapi berambut pendek mengenakan kaos warna hijau tentara dan bercelana jeans. Barada bertarung dengan ganas, membuat lawannya cukup kelabakan. Dari ekspresi wajahnya seolah menunjukkan bahwa Barada sedang marah.

“Apa yang terjadi?” tanya Kumbang kepada A dan H, gadis kembar yang bekerja di ruangan Peri Data.

“Barada marah dan langsung menyerang Yuly,” jawab A.

“Yuly tidak akan sanggup menjinakkan anak itu. Perintahkan Mira untuk atasi Barada, sebab dia yang nanti akan mengetuai misi yang baru ini!” perintah Kumbang yang sudah bisa membaca hasil dari perkelahian antara Barada dan gadis berambut pendek bernama Yuly.

“Mira, Ketua Ksatria Brussels diperintahkan untuk menjinakkan Barada di ruangannya!” kata H yang langsung menghubungi Mira yang berada di ruangan lain.

Barada yang bertarung dengan ilmu beladiri silat, berhasil menyarangkan dua tendangan di perut dan wajah Yuly, membuat gadis yang mengurusi Barada selama pingsan itu terjengkang ke dinding. Kondisi itu membuat Yuly kian marah pula.

“Hiaaat!” pekik Yuly garang.

Barada tidak mau kalah. Ia merasa sangat marah karena telah diculik, terlebih ia belum tahu nasib Rina, sahabat akrabnya yang diculik pula bersama dirinya.

Beg!

Satu tinju keras dengan telak mendarat di hidung Yuly. Yuly terdiam sejenak, karena pandangannya berubah gelap melayang. Darah segar mengucur dari kedua lubang hidungnya. Yuly berdiri dengan goyah.

“Hentikan!” seru seorang wanita dari pintu ruangan sebelum Barada melanjutkan menghajar Yuly.

Barada berhenti dengan kuda-kuda tetap terpasang. Ia menatap tajam kepada seorang wanita berwajah matang. Perkiraan usianya bisa di kisaran 35 tahun. Rambut sebahunya di ikat tunggal di belakang dengan sederhana. Ia mengenakan sweatshirt putih dan memakai rok panjang sempit yang sisi kanan dan kirinya belah hingga lutut. Wanita itulah yang bernama Mira, Ketua Ksatria Brussels. Dia yang memimpin penculikan terhadap Barada dan Rina.

“Bisa kita selesaikan dengan berbicara?” tanya Mira mencoba membujuk Barada.

Barada tidak langsung menjawab.

“Jika kamu selesaikan dengan cara seperti itu, kamu bisa mati, karena kami punya peluru,” kata Mira lagi sambil menunjukkan sebuah pistol yang bertengger di sabuk roknya.

“Ibu siapa?” tanya Barada dengan suara agak serak, ia sudah mengendurkan kesiagaannya dan berdiri biasa.

“Tinggalkan kami, Yul!” perintah Mira kepada Yuly yang sudah bisa melihat normal lagi.

Yuly mengangguk lalu berbalik pergi keluar meninggalkan ruangan itu.

“Saya Mira, orang yang memimpin penculikan kamu dan Rina. Kamu sekarang berada di sebuah tempat yang sangat rahasia. Tapi sebelum saya jelaskan, saya ingin menawarkan pilihan. Pertama, berjanjilah untuk berdialog dan pilihlah tawaran kami. Kedua, kami terpaksa akan melumpuhkan kamu jika berusaha berontak dan melawan. Pilih yang mana?” ujar Mira.

“Kalian apakan Rina?” tanya Barada tanpa menjawab pertanyaan Mira.

“Dia baik-baik saja. Dia akan kembali sendiri ke rumahnya,” jawab Mira, lalu bertanya lagi, “Kamu pilih yang mana?”

“Siapa sebenarnya kalian? Polisi?” Barada malah bertanya lagi.

“Pilihan pertama tidak akan merugikanmu. Pilihan kedua adalah hal yang terpaksa kami lakukan. Pilih mana?” tandas Mira.

Barada tidak langsung menjawab. Dalam hati sebenarnya dia benar-benar marah. Namun, ia sadar bahwa orang-orang yang dihadapinya ini pasti bukan orang-orang biasa. Jelas orang-orang yang dihadapinya punya pasukan dan senjata, karena orang-orang yang menculiknya adalah orang-orang yang sudah terlatih seperti polisi atau tentara. Ia sudah banyak membaca tentang adanya operasi-operasi rahasia yang bahkan sering dilakukan oleh aparat untuk melenyapkan seseorang. Barada berpikir, bisa saja dirinya dikehendaki Allah sebagai salah satu korban penghilangan paksa oleh sebuah organisasi rahasia. Semua hal buruk bisa saja terjadi.

“Pilih mana?” tanya Mira lagi.

“Pilihan pertama,” jawab Barada akhirnya.

“Kalau begitu, ayo ikut saya!” kata Mira lalu berbalik dan berjalan keluar ruangan.

Barada segera mengikutinya. Sebenarnya Barada merasakan kelemasan pada dirinya, terlebih usai menguras tenaga dalam perkelahian dengan Yuly.

Kemudian keduanya berjalan menelusuri koridor yang langit-langitnya di hiasi lampu neon yang menyala terang sepanjang jalan. Mira membiarkan Barada berjalan di sisi kanannya.

“Kami adalah sebuah organisasi rahasia, namanya Tentara Ilusi. Meskipun kami adalah lembaga yang resmi di bawah lembaga Keamanan Nasional, tapi keberadaan kami dianggap tidak pernah ada. Kami memiliki sebuah misi penting dan membutuhkan seorang agen baru perempuan seusia kamu. Pimpinan kami memilih kamu untuk ditawarkan melakukan misi penting ini,” ujar Mira.

“Tidak masuk akal jika kalian kekurangan agen, terlebih bahwa kalian punya koneksi dengan saya yang bisa membuat kalian menetapkan saya sebagai agen. Jika kalian kekuarangan agen, tentunya banyak lembaga kepolisian dan TNI yang bisa menjadi tempat kalian merekrut, bukan saya yang tidak memiliki latar belakang kemiliteran!” kritik Barada.

“Hasil petarungan kamu dengan Yuly tadi telah membuktikan bahwa kami tidak salah total memilih kamu,” kilah Mira.

“Lalu siapa dari kalian yang mengajukan nama saya untuk direkrut?” tanya Barada.

“Itu rahasia. Misi ini bisa dikatakan adalah misi nasional, sebab kita bertugas untuk menyelamatkan aset negara. Ada sejumlah tokoh ulama nasional yang sangat berpengaruh di berbagai daerah di Indonesia yang akan menjadi target pembunuhan. Sebagian di antaranya adalah keturunan dari beberapa pahlawan nasional yang harus di selamatkan. Saya rasa ini merupakan misi mulia, karena menyelamatkan para ulama.”

“Apa konsekuensi yang saya terima jika saya menolak?” tanya Barada.

“Kamu hanya akan dipulangkan dan cukup lupakan kami. Kamu bisa menjalani hidup sebagaimana biasa,” jawab Mira.

Mereka akhirnya masuk ke sebuah ruangan cukup besar. Ruangan yang berisi beberapa deretan meja dan memiliki hamparan meja dapur yang lengkap dengan peralatan memasak. Ruangan itu mirip sebuah restoran.

Ternyata ruangan itu ramai oleh orang, kebanyakan wanita dan beberapa pria. Jumlahnya hampir 20 orang. Usia mereka pun beragam, meski rata-rata berusia muda. Mereka sibuk makan dan berbincang. Masuknya Mira dan Barada menjadi perhatian mereka.

“Assalamu ‘alaikum!” salam Barada kepada semua orang yang memandangnya. Ia lalu membungkuk hormat seperti orang Jepang, tapi tidang menunggu ada yang memberi bungkukan balasan baru tegak berdiri kembali.

“Wa ‘alaikum salam warahmatullaahi wa barakaatuh!” jawab mereka semua sambil sebagian tersenyum, bahkan ada beberapa yang tertawa setelah itu.

Mira dan Barada duduk di kursi dan meja yang kosong.

“Kang Asep!” teriak Mira sambil memandang ke arah dapur.

“Siaaap!” teriak seorang pria berusia 40-an dari dapur dengan ayunan logat Sunda yang kental.

Seorang wanita yang bekerja di dapur bersama pria berpakaian koki bernama Kang Asep segera menyiapkan makanan untuk dua orang.

“Jika kamu memilih tugas ini, maka bukan hanya kebaikan dan bakti yang kamu berikan kepada negara dan orang lain, tapi lembaga ini juga akan memberikan hadiah materi yang tidak sedikit. Tentunya materi itu akan sangat berguna untuk kamu gunakan kepada keperluan yang positif untuk pribadi dan keluarga-keluarga kamu. Tentunya kamu, nantinya akan diberi berbagai pelatihan khusus untuk melengkapi kemampuan kamu ke tingkat ahli,” ujar Mira.

Barada terdiam berpikir. Namun, ketika ia melihat jam dinding, tiba-tiba muncul pertanyaan yang membawa ekspresi tidak senang di wajahnya. Barada melihat jam menunjukkan pukul tiga.

“Jam tiga apa sekarang?” tanya Barada.

“Ini waktu sahur. Mereka semua sedang makan sahur,” jawab Mira.

“Berapa lama saya pingsan?” tanya Barada lagi dengan sorot mata yang tajam.

Mira melihat gelagat yang tidak baik dari wajah dan nada pertanyaan Barada, tapi dia harus menjawab jujur, “Tiga puluh jam.”

“Astaghfirullah!” ucap Barada cukup keras, membuat semua orang memandang kepadanya.

Barada berdiri dari duduknya dan mendorong kursi hingga jatuh ke lantai. Beberapa wanita yang duduk di dekat Barada segera berdiri siap melakukan tindakan. Namun, Mira segera memberi isyarat tangan agar tidak bertindak apa pun kepada Barada.

“Apa sebenarnya yang kalian pikirkan? Ulah kalian membuat saya harus kehilangan satu hari lebih pengabdian kepada Allah. Gara-gara kalian saya tidak salat seharian. Gara-gara kalian, saya tidak puasa seharian, gara-gara kalian saya tidak ingat Allah seharian!”

Barada berteriak menunjukkan kemarahannya.

“Oke, saya minta maaf karena terlalu banyak dosis obat untuk membiusmu. Saya minta maaf!” kata Mira lembut dengan wajah berharap.

Barada berdiri diam menatap Mira. Dalam hati ia membatin, tidak seharusnya ia berbicara kasar kepada orang tua.

Sementara itu, seorang wanita berambut disanggul datang membawa nampan berisi dua porsi makanan.

“Maafkan saya, saya sudah kasar kepada orang yang lebih tua,” ucap Barada.

“Alangkah baiknya jika kita sahur bersama. Kita selesaikan dengan dialog,” kata Mira.

Sebelum pergi, wanita pembawa makanan menyempatkan diri membangunkan kursi yang jatuh di lantai. Barada pun memilih kembali duduk.

“Jika kamu menolak, pagi ini juga kamu kami pulangkan,” kata Mira.

“Baik, saya terima, tapi untuk misi yang satu ini saja,” kata Barada akhirnya.

Jawaban Barada itu membuat Mira segera mengeluarkan ponselnya dan menelepon.

“Barada setuju untuk misi ini saja!” lapor Mira kepada ruang Peri Data yang memantau sejak tadi melalui kamera CCTV yang ada di setiap sudut di ruangan dan lorong tempat rahasia itu.

Laporan Mira juga didengar langsung oleh Kumbang dan Monorama.

“Perintahkan agar melatih Barada mulai besok pagi!” kata Kumbang.

“Latihan Barada dimulai pagi ini,” kata A kepada Mira.

“Baik,” ucap Mira patuh lalu menutup komunikasinya. Lalu katanya kepada Barada, “Ayo makan!”

Barada yang memang faktanya menahan rasa lapar, segera memulai makannya dengan membaca kalimat basmalah.

“Saya baru saja memberi tahu kepada pemimpin tentang kesiapanmu. Mulai pagi ini kau akan menjalani pelatihan dan pendidikan sebagai agen,” kata Mira.

“Lalu bagaimana dengan keluargaku dan sekolahku?” tanya Barada.

“Hingga misi ini selesai, kamu tidak diizinkan berkomunikasi dengan seluruh kerabat dan orang-orang yang kamu kenal selama ini. Untuk orangtuamu, kami akan mengirimkan pesan khusus agar mereka tidak risau. Jangan khawatirkan tentang sekolah, itu urusan mudah bagi kami,” jawab Mira.

Maka, di pagi harinya, Barada mulai mendapat pendidikan khusus untuk menjadi agen.

Barada dididik ilmu cara mengumpulkan informasi, cara membaca suatu area dengan detail, ilmu komunikasi, mempelajari berbagai macam alat komunikasi, hingga melatih otak kanan dan otak kiri. Ia juga diajarkan bela diri kung fu jenis Wing Chun. Dengan guru yang berbeda, Barada juga diajarkan kung fu Tai Chi. Pada akhirnya, ia ditargetkan bisa memadukan silat Tapak Emas miliknya dengan Wing Chun dan Tai Chi.

Latihan militer pun ia jalani, dari latihan fisik hingga latihan penggunaan berbagai macam senjata api, termasuk berbagai jenis granat.

“Rupanya dia gadis pekerja keras,” kata Kumbang pada suatu waktu mengomentari Barada. Ia selalu memantau perkembangan Barada dari balik layar.

Seiring berjalannya hari demi hari di tempat itu, Barada dengan cepat cair dan membaur dengan anggota Tentara Ilusi lainnya. Bahkan ia akrab dengan hampir semua anggota, terlebih dengan Mira.

Untuk menunjang penampilannya dalam misi, Barada yang berkulit agak hitam, harus menjalani terapi lulur khusus sehingga dalam waktu beberapa pekan, kulitnya hitamnya telah berubah menjadi putih bersih. Hal itu membuatnya semakin cantik.

Namun, ada beberapa hal yang tidak bisa ia rubah, yaitu budaya hormat ojiginya, ditambah karakternya yang gampang tertawa. (RH)

1
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Waah... Barada ini sepertinya ada keturunan Ambon manise, biasa mereka hitam manis dan sedap dipandang mata 🤭😁
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
Ha Ha.. gimana gak batal kalo nyicip ya semangkok habis sendiri 🤣🤣
🐼𝓐𝓡 -𝓡𝓾𝓶𝓲
kek orang Jumatan aja, separoh jalan umum dipake buat sholat 😁🤭
delete account
semoga sukses om Rudi🤲🏼
delete account
aduhh malah jadi pendiam gimana mau jujur dong 🤔
delete account
melihat keadaan lemah diramai warga itu maksud nya apa🤔
delete account
aduhh jadi gini bolong puasa nya?
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
aku kira kebun nanas yang di lampung om
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
apa yang mereka incar
ˢ⍣⃟ₛ🇸𝗘𝗧𝗜𝗔𝗡𝗔ᴰᴱᵂᴵ🌀🖌
kenapa mereka di pisah kan
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ya Alloh ternyata cantik ala telur rebus udh sejak di novel ini 🤣🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
dih.. kok Joko 😅😅 bang Fathul loh... bukan Joko Tenang 😅😅😅
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
kalo buang sial di situ boleh nggak? 🤣🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
weh.. benda apa?
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
slow rock Malaysia itu unik sih menurut ku 😁
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
ah dahlia.. benar-benar lucu ludes 🤣🤣
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
seru.. seru.. kek nonton film mata2 😍😍
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
pasti nampak sangat kuning si Badar😁
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
Badar emang sesuatu
🍁мαнєѕ❣️💋🅂🅄🄼🄰🅁🄽🄸👻ᴸᴷ
high quality janda... gimana bang Fat? 😅😅😅


gak heran kalo jandanya sekaliber bunda Maia dapatnya duda sekaliber Irwan Mursi 🤣🤣 eh kok malah ngelantur gue 🤣🤣🤣
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!