Shasy yang sudah menjalani pernikahannya selama dua tahun,harus menabahkan hatinya saat sang mertua dan kerabat menghinanya Mandul. Karena keadaan yang membuatnya stres dan merasa tersakiti. Sashy yang sedang kalut dan rapuh memilih untuk bersenang-senang bersama temannya. Hingga dirinya terjebak dengan pria yang membuatnya melampiaskan amarah dan kecewanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lautan Biru, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 9
"Belum! Dan yang kita lakukan ini salah!"
Sashy mendorong dada Arga membuat pria itu terhempas, Sashy pun langsung bangun dan menyambar pakaiannya yang tercecer, dan langsung masuk ke bilik kamar mandi di ujung ruangan Arga.
Arga menatap tubuh polos Sashy sampai menghilang di balik pintu, pria itu menghela napas dan memgguyar rambutnya lalu ikut mengambil pakaiannya yang tercecer.
Arga sendiri hanya bisa tersenyum geli saat melihat sofa di ruang kantornya tampak basah. Pria itu geleng kepala.
"Liar sekali aku, baru masuk kerja udah buat ruangan untuk mak siat." Gumamnya tak habis pikir.
Satu bulan nyatanya membuat Arga tak bisa menahan miliknya untuk reproduksi. Arga bisa saja melampiaskan kesenangannya dengan wanita diluar sana, namun tidak ia lakukan karena isi kepalanya hanya ada Sashy dan percintaan panas mereka malam dulu.
Sungguh Arga dibuat mabuk kepayang dengan servis Sashy yang sangat membuatnya gila.
Setelah beberapa saat Sashy keluar dengan penampilan yang cukup rapi, meskipun pakainya terlihat sedikit kusut namun Sashy tida peduli. Saat keluar ia melihat Arga yang sudah memakai celana dan kemeja putihnya tanpa di kancing, Sashy melirik sekilas hendak menuju pintu, namun suara Arga membuatnya mematung.
"Bagaimana jika aku membantumu bercerai."
Sashy menoleh, menatap Arga yang bersandar di meja kerjanya, tangannya ia lipat kedepan dada.
"Saya rasa anda tidak masuk dalam masalah saya pak, dan anda tahu batasan."
Setelah mengatakan itu Sashy pun keluar.
Arga hanya mengangguk saat melihat Sashy pergi.
"Tapi kamu tidak bisa lari lagi, aku tidak akan melepaskan mu Sash." Gumam Arga sungguh-sungguh.
Arga meraih ponselnya, menghubungi Mirza.
"Belikan pakaian perempuan ukuran Sashy, untuk dalam carikan 36b. Dan ganti sofa ruangan tempat kerja saya."
Diseberang sana Mirza menelan ludah, menatap ponselnya yang baru saja mendapat panggilan dan sudah dimatikan.
"Apa aku tidak salah dengar, Sashy! 36b? Sofa baru?" Ucapnya pada diri sendiri yang bingung dan bertanya-tanya.
"Apa mereka?" Mirza tampak memikirkan sesuatu membuat pikiranya kemana-mana. "Main kuda-kudaan." Gumamnya lagi dengan pikiran liarnya.
...
"Sayang, besok aku akan datang menemui salah satu klien dari Angkasa grub. Apa bisa kamu saja yang menemuiku."
Sashy membaca pesan dari suaminya yang sudah tak di anggap, Fatur baru saja mengirim pesan padanya.
Ting
Sebuah pesan masuk lagi, saat Sashy hendak menaruh ponselnya.
"Aku ada di lobby kantor mu, ayo makan siang bersama."
Sashy mendelikkan matanya, niatnya akan memesan makanan lewat go food karena badannya yang lelah. Tapi Fatur justru mengirim pesan ingin makan siang bersama.
Saat Sashy ingin membalas pesan, tiba-tiba pintu ruangannya di ketuk.
"Ya!"
Ceklek
Mirza muncul dengan senyum canggung, di tangannya terdapat sebuah paperbag.
"Ini dari pak Arga. Untuk mbak Sashy." Ucap Mirza dengan senyum anehnya.
Sashy tampak ragu namun wanita itu mengambilnya.
"Apa ini pak?" Tanya Sashy.
"Em, anda bisa melihatnya sendiri. Saya hanya disuruh. Kalau begitu saya permisi."
Mirza buru-buru pergi, pria itu tak tahan jika Sashy membukanya dan tahu isinya. Bisa-bisanya dirinya yang di pandang mesum.
Sashy yang penasaran membuka paperbag itu, dan saat mengeluarkan isinya mata wanita itu membeliak lebar dengan bibir terbuka.
"Arggaaa!!!" Pekiknya dengan mata melotot dan wajah memerah, antara malu dan marah mengingat Mirza yang memberikan pakaian itu apalagi ada dalaman di dalamnya yang memang ukuranya.
Sedangkan pemilik nama yang diteriaki mendadak bersin membuatnya merasa tidak nyaman.
Hacimm!!
"Arrgh, kenapa jadi bersin-bersin gini sih." Gerutunya sambil mengusap hidungnya dengan tisu.
...
Fatur menatap layar ponselnya, sudah lima belas menit dirinya menunggu, jam Istirahat tiga menit lagi, namun beberapa karyawan sudah keluar satu persatu untuk pergi.
Duduk dengan tenang Fatur menunggu Sashy di lobby, pria itu terlihat sedang membaca majalah untuk mengusir kebosanannya. Hingga sosok yang dia tunggu berdiri didepannya dengan kedua tangan di lipat.
"Sayang."
Fatur menyambutnya dengan senyum lebar, kedua tangannya hendak memeluk Sashy namun wanita itu lebih dulu menghindar membuat Fatur mengurungkan niatnya.
"Kapan kamu tanda tangani surat cerai itu Mas."
Ucapan Sashy bagai angin lalu untuk Fatur, pria itu sama sekali tak terusik.
"Kita makan siang, sudah lama kita ngak makan siang bareng." Fatur hendak berbalik namun suara Sashy membuatnya mengurungkan niatnya.
"Kalau kamu ngak mau tanda tangan, aku akan katakan pada orang tua ku mas!"
Sashy sudah lelah, hati dan batin nya merasa terluka, namun banyak hal yang ia pikirkan. Tapi tidak ada jalan lain jika Fatur tak mau menandatangani surat cerai itu.
Nyatanya Sashy sudah mengirim surat cerai sejak kemarin, sebelum pergi dari rumah. Dan kini wanita itu megambil keputusan besar dalam hidupnya, lebih sulit dari pada dulu saat menerima Fatur untuk menjadi suaminya.
Fatur menatap Sashy datar, "Katakan saja pada ibu mu, kalau kamu ingin kehilangannya."
Kedua mata Sashy mengembun, wanita itu tersenyum penuh luka.
"Jika kamu tahu akan seperti itu, kenapa kamu mengkhianati ku dengan jal ang itu Mas! Kamu tega!. Kamu bukan hanya membuat ku hancur tapi juga ibuku."
Suara Sashy tegas, namun sebisa mungkin ia redam agar tidak terdengar orang-orang. Sebisa mungkin Sashy tak mengeluarkan air matanya, meskipun dadanya sudah bergemuruh hebat dengan mata memerah.
"Sashy, kamu tahu alasan kenapa aku dengan Celine, karena ibu dan karena anak." Fatur mencoba menyentuh kedua bahu Sashy, tapi wanita itu lagi-lagi menghindar.
"Alasan! Kamu memang baji*Ngan!"
Sashy pun meninggalkan Fatur, membuat Fatur memanggilnya berulang kali dan mengejarnya.
Di belakangnya ada dua pria yang sejak tadi mengamati mereka dengan jarak aman.
"Mirza mereka bicara apa?" Tanya Arga saat keduanya sudah muncul dari persembunyian.
"Eh, saya juga ngak tau bos, ngak denger." Balas Mirza kaget saat tiba-tiba Arga menoleh kebelakang, hampir saja keduanya berciuman. Waduhhh
"Ck, menyebalkan! Cari tahu mereka bicara apa! Dan cari tahu informasi suami Sashy!"
"Ba-baik bos!"
Arga pun pergi di ikuti oleh Mirza.
....
Sashy memilih untuk pulang ke apartemen, karena jaraknya yang dekat membuat Sashy memilih pulang. Sedangkan Fatur kehilangan jejak Sashy yang lebih dulu bersembunyi mengindari Fatur. Dan kini wanita itu ada di apartemen.
Sashy baru saja menaruh mangkok berisi mie Korean yang baru saja matang, asapnya mengepul ke udara dan degan aroma yang khas.
"Siapa? Apa Gita pulang? Tapi selain Gita tidak ada yang tahu tempat tinggal ku." Ucapanya pada diri sendiri.
Sashy berjalan menuju pintu, tidak melihat siapa yang datang lebih dulu dari lubang kecil, Sashy justru membuka pintu lansung, saat dibuka Sashy di kejutkan dengan buket bunga besar membuat wanita itu kebingungan.
"Maaf, cari siapa mas?" Tanya Sashy yang melihat postur dibalik buket seorang laki-laki terlihat dari sepatunya yang pantofel.
"Cari calon istri."
Mata Sashy terbelalak lebar, bibirnya terbuka membuat Arga justru tersenyum lebar.