NovelToon NovelToon
ARUNA

ARUNA

Status: sedang berlangsung
Genre:Identitas Tersembunyi / Bullying dan Balas Dendam
Popularitas:1.1k
Nilai: 5
Nama Author: bund FF

Tidak ada yang bisa memilih untuk dilahirkan dari rahim yang bagaimana.
Tugas utama seorang anak adalah berbakti pada orang tuanya.
Sekalipun orang tua itu seakan tak pernah mau menerima kita sebagai anaknya.

Dan itulah yang Aruna alami.
Karena seingatnya, ibunya tak pernah memanjakannya. Melihatnya seperti seorang musuh bahkan sejak kecil.

Hidup lelah karena selalu pindah kontrakan dan berakhir di satu keadaan yang membuatnya semakin merasa bahwa memang tak seharusnya dia dilahirkan.

Tapi semesta selalu punya cara untuk mempertemukan keluarga meski sudah lama terpisah.

Haruskah Aruna selalu mengalah dan mengorbankan perasaannya?
Atau satu kali ini saja dalam hidupnya dia akan berjuang demi rasa cintanya?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon bund FF, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

angket

Sekolah hari ini berjalan lancar, Aruna sangat terlihat jika menjaga jarak dari Tyo sejak kemarin pagi saat Mina sangat kesal karena hampir bertabrakan.

Siang ini, Aruna sudah di toko Acing dan hujan lebat membuat toko itu nampak lengang. Acing bersama anaknya sedang sibuk dengan kertas masing-masing.

Sudah tak segan Aruna datang menghampiri kakak kelasnya yang beda sekolah itu, untuk ikut belajar bersama. Sementara pegawai lainnya sibuk dengan kegiatan masing-masing.

Brum... Brum...

Nampak sebuah mobil memasuki pelataran toko Acing meski hujan masih tak mau reda.

Seseorang keluar dengan tergesa dari dalam sana untuk menerjang hujan. Kedatangannya sudah disambut baik oleh Rini si mbak kasir dengan senyum mautnya.

"Permisi mbak, saya mau cari kran yang buat wastafel" sebuah suara nampak familiar di telinga Aruna hingga membuatnya menoleh.

"Kak Tyo" gumamnya sedikit nyaring hingga membuat Acing dan anaknya ikut melihat ke arah pandang Aruna.

"Kran wastafel, Zal" kata Rini dari balik meja kasir.

"Itu pegawai sini juga kan, mbak?" tanya Tyo sengaja menunjuk Aruna yang melongo saja daritadi.

"Run, masnya mau Lo yang layani, nih" kata Rini yang terdengar ada nada ledekan di dalamnya.

Tyo jadi menggaruk tengkuknya dengan senyum malu.

"Cie... Laku cewek sangar kayak Lo, Run" ejek Rizal dan membuat Wanto bersiul kencang.

Suasana toko mendadak ramai. Sementara Aruna jadi panas dingin. Belum pernah dia berada di posisi seperti ini sebelumnya. Tentu dia akan merasa grogi.

"Dicari pembeli Run, malah bengong" kata anak Acing sambil menepuk pundak Aruna sedikit kencang.

"Aduh, iya kak" kesal Aruna yang jadi bahan olokan.

Beranjak dari duduk nyamannya, Aruna lantas menghampiri Tyo.

"Kran sebelah sana, kak" ajak Aruna sementara Tyo mulai mengekor padanya.

Pandangan penuh ledekan tertuju sempurna ke arah Aruna dari semua orang.

"Kenapa menjauh, sih?" tanya Tyo yang seharian ini serasa kucing-kucingan dengan Aruna saat di sekolah.

"Siapa?" tanya Aruna saat keduanya sudah di rak display, sedikit jauh dari pegawai lainnya.

"Lo menjauh dari gue. Salah gue apa?" tanya Tyo.

"Nggak ada yang salah, kak. Biasa saja sih" jawab Aruna.

"Terserah Lo deh. Gue mau beli kran" kata Tyo lagi, memilih kran yang memang mamanya suruh beli untuk mengganti kran dapur yang rusak.

Sengaja Tyo menawarkan diri untuk membeli kran itu demi bisa bertemu Aruna. Entahlah, ada yang kurang saat tak melihat wajah datar itu meski sehari saja.

"Kran buat wastafel yang mana?" tanya Tyo.

"Itu. Banyak pilihannya kan" jawab Aruna menunjuk deretan kran yang berjejer dengan berbagai bentuk dan rupa.

"Pilihin dong, buat kran dapur" kata Tyo usil, hanya ingin lebih banyak berinteraksi dengan Aruna.

"Biasanya kran dapur pakai yang itu" kata Aruna mengambil satu kran di dekat Tyo.

Aruna hendak mengambil kran di depan Tyo saat Rizal dengan sengaja datang dan mengagetkan. Hingga Aruna harus jatuh dalam pelukan Tyo agar tak jatuh tersungkur.

Baru pertama kali bagi Aruna berada di posisi seperti ini. Rasa dag dig dug dalam hatinya sudah tak bisa dia cegah lagi. Sedikit gemetaran membuatnya harus segera melepaskan diri.

Dan suasana menjadi canggung.

"Lo ngapain sih, bang" kesal Aruna sambil berlagak akan melempar kran padanya.

"Takut gue Run, sumpah" kata Rizal dengan muka meledeknya.

Tyo hanya memasang senyum, rekan kerja Aruna ternyata asik. Pantas saja Aruna betah kerja disini.

"Sudah kak pilih krannya? Mending cepetan deh kak, disini banyak garong" kata Aruna lantas berdiri agak menjauh dari Tyo.

"Yang ini saja deh" ujar Tyo dengan kran di tangannya, lantas berjalan ke kasir untuk membayar.

Aruna kembali ke tempat Acing dan anaknya. Sementara Tyo masih tertahan di kasir dan ditawari berbagai macam tetek bengek untuk memasang kran yang tentu saja Tyo iya kan.

"Lo sudah gue daftarin ke latihan pengecatan, Run. Senin depan sudah mulai acaranya. Jangan sering bolos, ya. Ada hadiahnya juga kok. Lo pasti suka" ujar Acing yang ingat dengan janjinya sebelum kemarin mudik.

"Iya ko" jawab Aruna setuju, selama tidak menggangu sekolah dan kerjanya. Kapan lagi dapat pengalaman gratis dan berhadiah.

Tyo mencuri dengar, pelatihan apa yang mereka sedang bicarakan? Cowok itu malah penasaran.

Selesai dengan transaksinya, Tyo menyempatkan untuk berpamitan pada Aruna yang sudah tentu kembali mendapatkan ledekan maut dari semua pekerja Acing. Bahkan anak Acing yang biasanya pendiam ikut mengoloknya juga.

Tyo pergi dengan senyum lega, sementara Aruna harus menyembunyikan mukanya yang sudah merah padam karena malu.

"Ada ya cowok yang mau sama Lo, Run" ujar Rizal sambil tertawa.

"Ganteng lagi" lanjut Rini.

"Kelihatannya juga tajir" sahut Wanto.

"Cuma kakak kelas gue doang kali. Heboh banget" kesal Aruna yang merasa terdzolimi. Masih duduk di samping anak Acing yang kini sudah nampak nyaman dengan para pegawainya.

Beruntung mereka dipertemukan dengan atasan sebaik Acing yang tak memandang rendah karyawannya. Acing sadar tanpa anak buahnya maka usahanya tak akan berjalan dengan baik, dan kenyamanan yang Acing berikan membuat karyawannya betah hingga kinerja mereka tentu lebih baik dan menjadi lebih loyal.

...****************...

Upacara kali ini, Aruna bisa ikut karena tadi pagi sudah sarapan beberapa kue pemberian Ferdi. Tak pernah bosan mereka saling memberi dan menguatkan satu sama lainnya sebagai seorang sahabat sejati.

"Anak-anak, sebelum masuk kelas nanti kalian akan diberi dua lembar angket, tolong nanti kalian isi dengan benar dan kembalikan lagi kepada OSIS karena itu sangat penting untuk program study baru yang akan sekolah kita adakan demi pendidikan kalian" ujar guru BP setelah pacaran selesai.

Membuat para murid mendesah pelan karena lelah, tapi masih harus menunggu lagi sampai guru itu selesai bicara.

Tapi tak lama, karena beberapa anggota OSIS mulai bertebaran untuk memberikan angket yang dimaksud.

Semua nampak penasaran setelah menerimanya. Tapi kembali menyimpan lembaran angket itu dan segera kembali ke kelas masing-masing.

Rasa pegal di kaki yang mendominasi membuat mereka memilih abai akan suara yang kembali terdengar dari podium kecil. Lagipula sudah diutus untuk kembali ke kelas masing-masing.

"Uwah, ada program pertukaran pelajar" samar-samar Aruna mendengar temannya berkomentar setelah membaca lembaran yang baru mereka dapatkan.

"Iya, Bu guru bilang programnya diadakan lagi setelah sempat vacum karena pergantian Mentri pendidikan. Mentri yang baru kali ini mengadakan lagi program itu" ujar salah satu teman sekelas Aruna yang menjadi anggota OSIS.

"Kalau gue sih nggak butuh ikutan program seperti ini buat bisa ke luar negeri, secara bokap gue asli Korea" ujar Mina, karena memang Kim asli negri ginseng.

"Lo sendiri sudah pernah ke sana apa belum, Mina?" tanya temannya.

Nampak sekejap gadis itu gelagapan. Namun segera bisa diatasi.

"Belum sih, papa selama ini kan tinggal disana untuk urusan bisnis keluarga. Kita sempat LDR gitu. Makanya setiap ada kesempatan bertemu, papa selalu mintanya quality time keluarga di Indonesia saja" telinga Aruna jadi ikut mencuri dengar, tapi sepertinya memang Mina sengaja menaikkan volume suaranya demi bisa bercerita tentang Kim yang asli Korea.

"Yah, gue kira Lo sering ke sana. Gue kira sudah pernah makan di restoran papanya Jimin gitu. Ternyata belum ya" ujar salah satu temannya yang membuat Mina mendengus sebal.

"Nanti liburan semester deh, gue minta pergi ke sana. Kalian harus siap lihat foto gue bareng member BTS ya" ujar Mina menggebu, temannya tentu bersorak senang.

Memangnya semudah itu?

Sementara Aruna sendiri memilih untuk tetap diam, padahal kelakuan papanya Mina itu sangat kelewatan. Tapi untuk bersuara akan lebih menyakiti banyak orang. Aruna akan membuat perhitungan dengan jalan lain saja kelak jika ada kesempatan.

"Pertukaran pelajar?" gumam Aruna merasa tertarik.

"Tapi masih lama banget. Kenapa harus di kelas sebelas sih programnya. Coba saja kalau di semester depan sudah boleh ikut, pasti gue daftar paling depan" kata hati Aruna yang harus kembali memasukkan dua lembar kertas itu karena guru kelas sudah datang.

Keributan yang daritadi terdengar mendadak sepi dan kegiatan belajar mengajar sudah mulai dilakukan. Semua nampak serius kali ini.

1
Azizah Hazli
Luar biasa
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!