Kinara seorang gadis tomboy yang baru saja lulus kuliah harus menerima kenyataan jika dirinya di jodohkan dengan seorang Duda yang seharusnya menikah dengan kakaknya, Adisty. Tapi kakaknya menolak dengan alasan harus bekerja di luar kota. Padahal alasan utamanya adalah karena dia mendengar gosip jika calon suaminya seorang Duda dan juga bisu.
Abizar seorang Duda yang akan di jodohkan. Dan dia juga terpaksa menerima perjodohan itu karena tekanan dari kedua orang tuanya. Padahal dia masih menunggu kedatangan dari mantan istrinya yang pergi meninggalkannya sudah lima tahun.
Akankah pernikahan mereka yang tanpa cinta itu bertahan. Akankah ada cinta di antara mereka? Bagaimana jika mantan istri Abizar datang?
Apalagi selain bersaing dengan mantan istri yang masih selalu di hati Abizar, Kinara juga harus bersaing dengan banyak wanita yang datang silih berganti mendekati suaminya.
Mampukah Kinara bertahan ataukah dia menyerah? Ikutin terus yuk ceritanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yam_zhie, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
26
"Kinara... buka pintunya... Kamu lagi apa di dalam lama sekali." teriak Abidzar menggedor pintu kamar mandi. Tapi tak ada jawaban dari Kinara.
"Kinara jangan bercanda kamu. Ini gak lucu." Abidzar kembali menggedor dengan tidak sabar.
"Kinara... Jangan seperti anak kecil. Cepat buka pintunya. Kalau tidak aku dobrak nih. Buka atau aku dobrak..." teriak Abidzar kembali. Tiba-tiba dia merasa khawatir takut terjadi apa-apa dengan Kinara yang ada di dalam sana dan tak menyahut dari tadi. Bahkan dia berada di dalam kamar mandi sudah lebih dari satu jam. Abidzar akhirnya memutuskan untuk mendobrak pintu kamar mandi. Biarlah jika di tegur dan harus ganti rugi oleh pihak hotel. Yang penting dia bisa melihat keadaan Kinara. Takutnya dia berbuat nekad dan berfikiran pendek.
BRUGHHH
Pintu kamar mandi akhirnya terbuka. Betapa kagetnya Abidzar saat melihat Kinara terbaring di dalam bathtub. Abidzar berlari mendekat dan melihat keadaan Kinara.
"Astaghfirullah..." Abidzar geleng kepala sambil terkekeh. Yang dari tadi dia khawatirkan ternyata malah tidur nyenyak.
"Bisa-bisanya dia tidur di dalam sini. Dasar pelor." Ujar Abidzar sambil menggendong Kinara dan membawanya keluar dari dalam kamar mandi.
Sreett
Saat Abidzar membaringkan Kinara di atas tempat tidur. Wanita itu malah menarik Abidzar dan memeluknya. Kinara mengira sedang memeluk guling. Abidzar hanya bisa menahan nafas karena posisi dia yang sangat rapat. Kinara bahkan kini sudah sangat menempel dengannya. Tangannya memeluk erat pinggang Abidzar dan kepalanya berada di dada bidangnya.
"Apa-apa anak ini." ujar Abidzar mencoba melepaskan tangan Kinara. Karena dia merasa sangat sesak. Dengan perlahan Abidzar melepaskan tangan dan kaki Kinara yang membelit badannya.
"Akhirnya. Udah kaya anaconda aja dia tuh membelitnya." ujar Abidzar dan masuk kedalam kamar mandi untuk berganti baju. Tak lama dia kembali dan ikut berbaring di sebelah Kinara. Menatap wajah cantik Kinara. Tangannya terulur membelai pipi Kinara dan turun menyentuh bibirnya dengan ibu jarinya.
"Kenapa ini sangat manis rasanya." Abidzar kembali mengecup bibir Kinara yang sedang terlelap.
"Kamu cantik dan baik, walau kadang menyebalkan dan keras kepala. Aku tak tau apa yang terjadi padaku. Walau bibirku mengatakan untuk kamu bisa memilih pria yang akan menikah denganmu kelak. Tapi entah kenapa hatiku rasanya kesal baru melihat kamu mengobrol dan tersenyum dengan pria lain saja. Apa yang terjadi padaku." ujar Abidzar sambil membawa Kinara kedalam pelukannya.
Hangat, nyaman dan juga tenang. Itu yang Abidzar rasakan saat memeluk Kinara seperti ini. Hingga akhirnya diapun ikut terlelap dan tidur. Menjelang subuh Kinara terbangun dia baru ingat jika tadi ketiduran di kamar mandi. Tapi saat terbangun kenapa ada di atas tempat tidur dan malah dirinya sedang memeluk Abidzar.
"Astaghfirullahalazim..." ujar Kinara pelan saat menyadari dirinya memeluk Abidzar.
"Kamu siapa..." teriak Kinara saat melihat wajah pria yang memeluknya bukan suami culunnya dengan rambut belah tengah dan kumis lebatnya.
"Kamu siapa? Kenapa ada disini?" Kinara menarik tangan Abidzar dan memiting kepalanya. Abidzar terbangun dan kaget mendapat perlakuan seperti itu dari istrinya. Dia juga belum sadar kalau tadi sebelum tidur dia ke kamar mandi mencuci muka lupa memakai kumis palsunya lagi.
"Nara, kamu mau bunuh suamimu?" teriak Abidzar yang mulai sesak nafas karena Kinara.
"Apa? Suamiku? Suamiku punya kumis tebal. Kamu siapa? Jangan ngadi-ngadi." Kinara emosi. Abidzar menyentuh bibirnya. Dia menghela nafas, ternyata dia lupa. Dan mungkin sekarang adalah waktunya dia jujur kepada istrinya.
"Duduk dulu." ajak Abidzar karena Kinara berdiri dengan kuda-kuda di depan Abidzar.
"Aku adalah suamimu. Kumis dan kacamata tebal itu bohongan. Aku menyamar." jawab Abidzar. Kinara memperhatika wajah suaminya. Dia mendekatkan wajahnya dengan wajah Abidzar membuat Abi malah semakin gemas dan mencuri ciuman dari istrinya.
"Astaghfirullah. Kenapa main nyosor mulu tuh bibir." kesal Kinara memukul bahu Abidzar. Kemudian Kinara mengendus aroma tubuh suaminya. Untuk memastikan sesuatu.
"Jangan menggodaku." bisik Abidzar membuat Kinara mendelikkan matanya.
"Otakmu." kesal Kinara.
"Apa kamu dan Pak Abi, Atasanku adalah satu orang? Dan kenapa kamu malah berbohong padaku dengan kumis dan kacamata juga rambut bete mu itu hem?" Tanya Kinara kesal dengan kedua tangan menyilang di dadanya. Abidzar tersenyum melihat istrinya kesal seperti itu.
"Jangan senyum-senyum. Jawab yang bener." kesal Kinara.
"Ya, aku orang yang sama dengan atasanmu. CEO di perusahaan tempat kamu bekerja." jawab Abidzar.
"Baik, terus jujurlah dengan kebohonganku yang lain wahai pak suami sementara." ujar Kinara masih dengan kekesalannya merasa di bohongi oleh Abidzar. Abidzar menahan tawa melihat istrinya kesal.
"Bicara dan jangan tertawa. Aku serius Mas Bizar." kesal Kinara.
"Saat kedua orang tua kita bertemu dan membawa Adisty aku juga ikut. Hanya saja aku berada di meja berbeda yang tak jauh dari mereka. Aku memperhatikan gerak gerik dan bahasa tubuh Adisty. Aku ingin menguji apa benar dia setulus itu. Makanya aku meminta Mama dan Papa mengatakan jika aku juga bisu. Dan aku memberikan potret penampilan culun kepada Adisty. Akhirnya terbukti kan? Jika kakakmu itu menolakku dan memintamu menggantikannya. Artinya dia bukan wanita yang baik dan tulus menerima pria apa adanya." jelas Abidzar. Kinara manggut-manggut.
"Kamu ternyata memang pria yang paling egois yang pernah aku temui. Kamu mencari wanita yang tulus menerima kamu apa adanya. Tapi kamu sendiri malah tidak melakukan hal yang sama dengan masih mengharapkan wanita di masalalumu. Apa kamu sadar? Jika kamu juga tak jauh beda dengan Kak Adisty?" jawab Kinara tanpa ekspresi.
Ucapan Kinara bagai pisau yang menghujani jantung Abidzar. Sesak dan sakit. Itu yang dia rasakan saat ini. Kenyataan memang begitu adanya. Kinara yang sudah menerima dia apa adanya tapi malah dia yang belum bisa menerima Kinara.
"Baiklah, karena topengmu sudah terbongkar. Bagaimana kalau kita akhiri saja semuanya." Ujar Kinara membuat Abidzar mengerutkan keningnya.
"Kenapa?" Tanya Abidzar.
"Karena tak ada harapan untuk kita memperbaiki rumah tangga kita. Jika hanya aku saja yang berjuang sedangkan kamu tidak. Jika kamu takut dan ragu berbicara kepada kedua orang tua kita. Biar aku yang bicara kepada mereka. Aku gak akan bilang jika kamu masih mengharapkan mantan istrimu. Jadi kamu jangan khawatir." ujar Kinara kemudian turun dari atas tempat tidur mengambil baju dan masuk kedalam kamar mandi. Tak lama Kinara keluar dan mengambil tas miliknya.
"Kamu mau kemana?" tanya Abidzar.
"Pulang." jawab Kinara santai. Abidzar masih diam terpaku di tempatnya. Di lihatnya jam sudah menunjukkan lewat tengah malam.
outhor jgn lama2 s abizar jd bedegong na,,, cepet otw bucin akut sm Kirana ya 🫰🫰🫰