Demi menutupi skandal adik dan tunangannya, Haira terpaksa menerima pertukaran pengantin. Dia menikah dengan pria yang akan dijodohkan dengan adiknya, yaitu Aiden yang merupakan orang biasa.
Bagaimana jika Haira mengetahui bahwa Aiden adalah CEO Alexan Group yang terkenal tajir melintir?
Dan apa yang melatarbelakangi penyamaran Aiden menjadi orang biasa?
Yuk kita simak kisahnya.
Follow instagram @yenitawati24 untuk mendapatkan informasi terupdate.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yenita wati, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Insiden
Haira dan Aiden sudah berada di tempat kerja masing-masing.
Di kantor Alexander.
"Jadi maksudmu wanita itu sangat dekat dengan ayah?" tanya Aiden.
"Begitu lah tuan. Jika melihat foto tuan William, dia langsung tenang. Namun sebaliknya saat melihat foto kakaknya, dia langsung histeris seperti orang ketakutan," tutur Dean.
"Hmm, ini semakin membuat ku penasaran. Sebenarnya masa lalu apa yang dia punya. Dean, jagalah dia. Hanya dia saksi kunci kita yang bisa membantu mengungkap misteri kecelakaan orang tuaku. Ya, sepertinya kita harus meminta bantuan orang yang tidak waras. Tapi aku tau Wina orang yang sangat hebat. Dia pasti bisa membuat ingatannya kembali," ucap Aiden penuh keyakinan.
"Tuan, bisakah anda memberi saya waktu membantu Wina? Saya ingin turun tangan langsung menangani wanita itu," usul Dean.
"Baiklah, aku akan menjadwalkan urusan ke luar negeri. Biar si botak saja yang mewalilkanku selama kau pergi. Apa seminggu cukup?" tanya Aiden.
"Cukup tuan. Anu sebenarnya rambut pak Feri sudah tumbuh meskipun hanya sedikit, tuan."
"Terus apa masalahmu? Mau aku panggil dia tuyul pun itu bukan urusanmu. Lakukan saja tugasmu. Dan jangan banyak bicara dengan istriku!" Aiden menatap tajam.
"Baik tuan, saya tau anda sangat mencintai nona Haira," ucap Dean sambil tersenyum.
"Sepertinya sekarang kau suka mengurus urusan orang," gerutu Aiden.
"Hahaha, maafkan saya tuan. Kalau begitu saya permisi dulu." Dean menunduk memberi hormat dan pergi.
Aiden langsung membuka ponsel rahasia nya dan mengirim pesan kepada wakilnya, yaitu Feri. Setelah itu, dia pergi ke bawah dan menjadi karyawan biasa.
Sementara itu...
"Sayang, pergilah ke kantor Atmajaya. Kau akan mewakili ayah dalam meeting hari ini. Karena ayah, wakil dan sekretaris sedang menangani proyek penting, ayah tidak bisa pergi kesana," ucap Harsya.
"Tapi yah, aku tidak mau bertemu dengan Ziko," gerutu Haira.
"Ayolah sayang, ayah mohon. Kau harus profesional. Jangan libatkan masalah pribadi dengan pekerjaan." Harysa memegang tangan Haira.
Haira menghembuskan nafas pelan. "Baiklah yah," ucapnya dengan pasrah.
Setelah mempersiapkan semua berkasnya, Haira pun langsung pergi ke kantor Atmajaya, perusahaan Ziko dan ayahnya, Zen.
Sesampainya disana, Haira langsung masuk ke dalam kantor itu dan mengikuti meeting menggantikan ayahnya. Dan tentu saja, disana ada Ziko dan beberapa bawahan Ziko.
Mereka pun memulai meeting nya. Hingga tiba, giliran Haira melakukan presentasi dan membuat para bawahan Ziko bertepuk tangan setelah nya.
"Dia hebat sekali. Sudah cantik, pintar lagi. Sayang sudah punya suami. Janda nya pun aku mau." Berbisik.
"Sadarlah, istrimu saja sudah dua. Aku yang masih lajang ini baru pantas bersamanya. Kira-kira siapa mantan kekasihnya ya, aku yakin mantannya pasti sangat menyesal meninggalkannya."
Ziko yang berada disamping mereka langsung memelototi mereka agar mereka diam.
Meeting telah selesai. Haira bersiap untuk pulang.
"Haira." Sebuah panggilan menghentikan langkah kaki Haira. Dia pun menoleh ke sumber suara dan ternyata itu adalah Ziko.
"Ada apa?" tanya Haira dengan ketus.
"Aku...ingin minta maaf," ucap Ziko dengan gugup.
"Sudah lah, memori otakku tidak menyimpan apapun tentangmu."
"Aku tau selama ini aku sudah salah padamu. Aku meninggalkanmu tepat di hari pernikahan kita dan menghianatimu."
"Sudahlah, aku tidak mau mengingat nya lagi. Bagiku kau itu hanya masa lalu yang tidak perlu aku ingat lagi. Jika tidak ada lagi yang ingin kau katakan, aku punya pekerjaan yang lebih penting. Selamat siang." Haira berbalik dan berjalan meninggalkan Ziko yang terlihat sangat kesal.
Haira sudah sampai parkiran. Dia membuka pintu mobil yang merupakan mobil ayahnya yang selalu dia pakai saat ada tugas keluar.
Haira sudah mengendarai mobilnya menuju jalan raya yang padat pengendara. Hatinya masih berkecamuk karena perkataan Ziko tadi. Bagaimana Ziko bisa berkata seperti itu. Apa dia berusaha mengungkit masa lalu? Apa maksudnya? Mau mengulang perihnya masa itu. Masa dimana Haira tau bahwa Ziko lari dengan adiknya sendiri di hari pernikahan mereka. Sakit? Tentu saat itu sangat sakit. Rasa kecewa yang menyelimuti hatinya karena dihianati orang-orang yang dia cintai.
Haira sudah sampai di kantor ayahnya. Dia akan menaiki lift namun didepan lift sudah penuh antrian para karyawan yang akan naik ke atas. Karena ini baru selesai jam istirahat, maka semua karyawan akan silih berganti memakai lift untuk naik ke atas. Tak mau egois dan dianggap anak bos yang sesuka hati, Haira memilih menunggu saja. Namun, karena tidak sabar menunggu dia pun memilih menaiki tangga. Haira menapaki anak tangga ke lantai ruangannya.
Saat menapaki anak tangga, sepertinya Haira tidak hati-hati hingga saat mencapai puncak anak tangga, kakinya keseleo dan dia pun jatuh dari tangga.
Karyawan yang mendengar suara teriakannya langsung datang menolong. Haira pingsan dengan luka di kepalanya dan langsung dibawa ke rumah sakit.
*****
Aiden menggebrak meja kerjanya saat menerima telepon dari teman Haira. Dia tampak sangat marah dan terlihat sedang menahan emosi nya. "Baiklah, saya akan segera kesana. Terima kasih," ucapnya.
Dia segera beranjak dari duduknya dan pergi begitu saja. Sedangkan Salsa dan Roby terlihat memegangi dada mereka yang jantungan karena gebrakan meja dari Aiden tadi.
"Hei, kenapa dia?" tanya karyawan yang lain.
"Tidak tau, jantung kami hampir copot karenanya," sahut Salsa.
Aiden segera melajukan motornya ke rumah sakit. Sesampainya di sana, dia langsung menemui resepsionis dan menanyakan perihal Haira.
Setelah mengetahui kamar rawat Haira, dia segera berlari menuju lokasi itu. Sesampainya dikamar itu, dia melihat dokter baru saja selesai memeriksa Haira yang sudah siuman dengan kepala yang diperban.
"Haira, kau tidak apa-apa kan. Apa masih ada yang sakit? Bagian mana?" Aiden mendekati Haira dan membelai rambutnya.
Haira masih diam saja. Dia terus menatap Aiden dengan serius.
"Haira!" Kali ini Aiden mengeraskan volume suaranya.
Haira langsung tersentak. "Eh, iya aku tidak apa-apa," sahut Haira.
"Bagaimana kau bisa jatuh dari tangga kantor?" tanya Aiden masih dengan tampang khawatir.
"Aku tadi tidak hati-hati saat menapaki anak tangga," sahut Haira.
"Lain kali lihat-lihat lah kalau jalan. Kenapa kau selalu ceroboh?" Aiden membuang nafas kasar.
"Kau tau darimana kalau aku selalu ceroboh?" Haira menatap heran.
"Eh, itu kau kan memang ceroboh. Sejak kita menikah sudah berapa banyak gelas yang pecah saat kau cuci," ucap Aiden.
"Ah maaf, aku tidak menghitung berapa banyak gelas yang aku pecahkan."
"Sudahlah, lebih baik kau istirahat saja. Ayah dan Ibu akan segera kesini," ujar Aiden.
Haira mengangguk. Dia tersenyum melihat Aiden yang sangat perhatian padanya.