Li Mei, putri sah dari Jenderal Besar, dijebak oleh saudara tirinya dan selir ayahnya atas tuduhan pengkhianatan.
Di tengah hujan deras, di hadapan rakyat yang mencemoohnya, Li Mei berlutut di atas panggung eksekusi, menunggu algojo mengayunkan pedangnya. Keluarganya hanya menatap dingin ke arahnya.
Namun, saat bilah tajam hampir menyentuh lehernya, suara dingin dan mekanis tiba-tiba menggema di kepalanya:
[“Sistem Reinkarnasi Aktif. Apakah Anda ingin hidup kembali dan membalas dendam?”]
Ya!
Saat Li Mei membuka mata, dirinya terbangun di saat usianya masih 17 tahun. Di mana ia belum bertunangan dengan putra mahkota. Li Mei bersumpah untuk tidak mengejar cinta keluarga dan putra mahkota.
INGAT! KALAU TIDAK SUKA SILAHKAN SKIP! TIDAK PERLU MEMBERIKAN RATING BURUK.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yulianti Azis, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kakek
Langit biru membentang luas di atas Akademi Tapak Langit, menyinari ribuan murid yang berkumpul di lapangan utama. Hari ini adalah awal perjalanan mereka di akademi, tempat di mana bakat diasah dan kekuatan diuji.
Di depan lapangan, para tetua sekte berdiri berbaris rapi dengan jubah mereka yang melambangkan status dan pengalaman bertahun-tahun. Namun, perhatian utama tertuju pada seorang pria tua yang perlahan naik ke atas panggung.
Pria itu mengenakan jubah panjang berwarna biru gelap dengan sulaman awan emas di tepinya. Rambut putihnya tertata rapi, dan meskipun usianya sudah lanjut, sorot matanya masih tajam dan penuh wibawa.
Dialah Guo Mao, Ketua Sekte Tapak Langit—dan juga kakek dari Li Mei, Li Yuan, serta Li Shimin dari pihak ibu mereka.
Saat sosoknya berdiri tegak di atas panggung, keheningan menyelimuti lapangan. Para murid menatapnya dengan penuh hormat, sementara para tetua sekte sedikit menundukkan kepala.
Di antara kerumunan murid, Li Mei menatap kakeknya dengan mata yang sedikit berkaca-kaca. Hatinya terasa sesak saat mengingat kehidupan pertamanya.
Kakek…
Di kehidupannya yang lalu, pria ini adalah satu-satunya orang yang benar-benar peduli padanya.
Berkali-kali Kakek Guo mengajaknya untuk tinggal di kediaman Guo, jauh dari kediaman Jenderal Li yang penuh tipu muslihat. Namun, Li Mei yang bodoh saat itu menolak. Ia masih berharap mendapatkan kasih sayang dari ayahnya.
Masih percaya bahwa keluarganya akan menerimanya.
Dan karena kebodohannya, Li Mei tidak ada di sisi sang kakek ketika konspirasi keji merenggut nyawanya.
Racun yang perlahan-lahan melemahkan tubuh Kakek Guo berasal dari orang-orang yang seharusnya setia kepadanya—tetua sekte yang berkhianat dan … Ling Zhi.
Li Mei mengepalkan tangannya.
Tidak lagi. Kali ini, aku tidak akan membiarkan siapapun menyakitimu, Kakek.
Di atas panggung, Guo Mao membuka tangannya, suaranya menggelegar penuh kebanggaan.
“Selamat datang di Akademi Tapak Langit!”
Suaranya menggema di seluruh lapangan, membuat semua murid terdiam dan memperhatikan.
“Di tempat ini, kalian bukan lagi anak bangsawan, bukan lagi keturunan keluarga terhormat, bukan lagi orang-orang yang hidup dalam bayang-bayang leluhur kalian. Di sini, hanya ada bakat dan kerja keras yang menentukan masa depan kalian.”
Para murid saling bertukar pandang. Beberapa tampak percaya diri, sementara yang lain mulai merasa gugup.
Guo Mao melanjutkan, “Aku berharap kalian bisa mengasah kemampuan kalian sebaik mungkin. Jangan takut menghadapi tantangan, karena hanya mereka yang berani melangkah ke depan yang akan mencapai puncak.”
Tepuk tangan bergema.
Di antara kerumunan, Li Mei tetap diam, matanya masih tertuju pada pria tua itu. Kali ini, ia tidak akan membiarkan masa lalunya terulang. Kali ini, ia akan melindungi sang kakek.
Kini para murid membubarkan diri, untuk ke asrama masing-masing. Mereka beristirahat terlebih dahulu sebelum melaksanakan pembelajaran esok hari.
Li Mei bersama Xiao Lan menuju ke arah timur di mana asrama mereka berada. Li Mei melewati murid-murid yang masih menatapnya dengan tatapan berbeda-beda.
Begitu juga dengan Putra mahkota Qian Feng dan kedua kakaknya.
******
Malam telah menyelimuti Akademi Tapak Langit, namun di sebuah rumah sederhana di sudut asrama, cahaya lentera masih menerangi ruangan kecil itu. Rumah ini sebenarnya bisa dihuni oleh empat murid, tetapi Li Mei tinggal di sana sendirian.
Di dalamnya, Li Mei tengah membereskan barang-barangnya dengan bantuan Xiao Lan. Meski sederhana, rumah ini terasa lebih nyaman dibandingkan kediaman keluarga Li yang penuh dengan tipu daya.
Saat Li Mei tengah melipat pakaian, suara ketukan pintu tiba-tiba terdengar. Xiao Lan menoleh dengan bingung, sementara Li Mei sedikit terkejut. Tak banyak orang yang mengenalnya di akademi, siapa yang datang malam-malam begini?
Dengan langkah hati-hati, ia berjalan menuju pintu dan membukanya.
Begitu melihat siapa yang berdiri di hadapannya, mata Li Mei membelalak.
“Kakek .…”
Guo Mao berdiri di sana dengan jubah biru gelapnya yang elegan. Wajahnya tetap tenang, tetapi sorot matanya memancarkan kehangatan yang sulit dijelaskan.
Tanpa ragu, Li Mei langsung melangkah maju dan memeluknya erat.
Guo Mao terkejut.
Sang cucu yang selama ini bersikap acuh, yang selalu sibuk mengejar perhatian ayahnya dan Putra Mahkota, kini memeluknya dengan penuh kasih sayang. Untuk sesaat, ia tak tahu harus berkata apa.
Perlahan, ia mengangkat tangannya dan membalas pelukan itu.
“Ada apa, Mei-er?” tanyanya lembut.
Li Mei menggeleng pelan, tetapi pelukannya semakin erat.
Kakek masih hidup…
Di kehidupan pertamanya, ia terlalu buta untuk melihat siapa yang benar-benar peduli padanya. Kini, saat kesempatan kedua telah datang, ia tidak akan mengulangi kesalahannya.
Setelah beberapa saat, Li Mei melepas pelukannya dan menatap sang kakek dengan mata berkaca-kaca.
“Kakek, ayo masuk,” katanya dengan suara hangat.
Guo Mao mengangguk dan melangkah masuk ke dalam rumah sederhana itu. Ia duduk di kursi kayu yang ada di tengah ruangan, sementara Xiao Lan dengan cepat menyiapkan teh.
“Kakek tidak menyangka kau akan memilih tinggal di asrama sederhana seperti ini,” ujar Guo Mao sambil mengamati sekeliling.
Li Mei tersenyum tipis. “Tempat ini lebih nyaman daripada kediaman keluarga Li.”
Guo Mao menatapnya lama, lalu menghela napas. “Kau banyak berubah, Mei-er. Dan kakek mendengar sesuatu yang mengejutkan.”
Li Mei tahu apa yang dimaksud oleh kakeknya.
“Kau menolak perjodohan dengan Putra Mahkota.”
Gadis itu menyesap tehnya perlahan sebelum menjawab, “Dulu aku memang bodoh, kakek. Aku hanya melihat apa yang ingin kulihat, tanpa menyadari betapa banyak orang yang memanfaatkanku. Tapi kali ini, mataku terbuka lebar. Aku sadar siapa yang benar-benar peduli padaku dan siapa yang hanya ingin menghancurkanku.”
Guo Mao terdiam sejenak, lalu bibirnya melengkung dalam senyuman.
“Bagus,” katanya akhirnya. “Kakek sudah lama berharap kau menyadarinya.”
Li Mei menggenggam cangkir tehnya erat-erat. “Kakek … aku ingin memperbaiki segalanya. Aku ingin menjadi lebih kuat.”
Guo Mao mengangguk penuh kebanggaan. “Jika itu keinginanmu, kakek akan mendukungmu sepenuhnya.”
Ia lalu menatap Li Mei dengan serius. “Kakek datang ke sini bukan hanya untuk melihatmu, tapi juga untuk menanyakan sesuatu. Apakah kau mau tinggal bersama kakek di kediaman Guo?”
Dulu, Li Mei pasti akan menolak. Tapi sekarang, jawabannya sudah jelas.
Ia menatap kakeknya dengan mantap. “Aku mau, kakek.”
Wajah Guo Mao langsung dipenuhi kelegaan. “Baik. Mulai besok, kau akan tinggal di kediaman Guo. Dengan begitu, kau bisa lebih fokus melatih dirimu.”
Li Mei mengangguk. Ia tahu, ini adalah langkah pertama menuju masa depan yang lebih baik.
Malam itu, untuk pertama kalinya setelah sekian lama, hatinya merasa damai.
jangan pernah ada penyesalan di kemudian harinya
menyesal pun sudah tak ada artinya lagi buat keluarga Li😤😤😤😤😤
demi hasutan dari seorang selir and anak tiri, dengan tega nya membuang anak kandung nya😤😤😤😤😤😤😤
and jangan sampai menjilat ludah sendiri
karena tu akan sangat memalukan🤣🤣🤣🤣🤣
bikin ketagihan baca
update nya juga ngga pelitt