Raina cantika gadis berusia 23 tahun harus menerima kenyataan jika adiknya sebelum meninggal telah memilihkannya seorang calon suami.
Namun tanpa Raina ketahui jika calon suaminya itu adalah seorang mafia yang pernah di tolong oleh adiknya.
Akankah Raina menerima laki-laki itu untuk menjadi suaminya?
Apakah Raina dapat bahagia bersama laki-laki yang tidak dia kenal?
Ikuti kisah mereka selanjutnya, ya!
Jangan lupa untuk follow, like dan komentarnya!
Terima kasih 🙏 💕
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mommy jay, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
Melihat Arsenio dan Morgan pergi. Raina pun memilih diam, di kamar. Dia pun berharap fero, tidak benar-benar membawanya pergi dari sana.
Raina pun sedikit penasaran dan memutuskan, untuk melihat dari celah gorden.
Di halaman rumah, Arsenio berjalan dengan wajah datar dan dinginnya. dia dapat melihat fero, yang berdiri dengan sorot mata yang tajam.
"Ada angin apa, sampai kau berani datang ke sini?" Arsenio membuka suaranya, ketika berhadapan dengan fero.
Fero mendelik sinis. "Jangan berpura-pura arsenio! Cepat kembalikan dia pada, ku!" sahutnya marah.
Arsenio tersenyum sinis. "Apa maksud mu, fero? Aku sama sekali tidak menyembunyikan apa pun, dari mu."
"Jangan bohong, Arsenio! Aku tahu, jika Raina ada di dalam rumah mu! Saat ini aku minta pada mu, untuk mengembalikannya pada, ku!" balas fero sengit.
"Sudah ku bilang, jika di rumah ku tidak ada perempuan yang bernama, Raina. Jadi aku minta, sebaiknya kau segera pergi dari sini! Sebelum aku menghancurkan mu, fero!" Arsenio menatap fero, dengan tajam.
Di saat berhadapan dengan fero, seketika bayangan kejadian pada Fikri terulang lagi dalam ingatan, Arsenio. hal itu pun, membuat seketika Arsenio emosi.
"Dasar pembohong!" umpat fero marah. "Aku akan terima, saat kalah dari mu Arsenio. Begitu pun dengan keadaan ku, saat ini yang sudah kau hancurkan. Tapi jangan kau bermain licik seperti ini, Arsenio. Kamu sengaja, menyekap wanita yang aku cintai." sambung fero lantang.
Arsenio menatap tajam fero. kini dia pun tahu, alasan kedatangan fero kerumahnya. bahkan Arsenio tidak menyangka, bahwa fero mengira dirinya sedang menyekap Raina.
"Atas dasar apa kau menuduh, ku?" tanya arsenio, datar.
Fero tersenyum miring. "Aku tahu informasi, tentang diri mu. Dan aku juga tahu, bahwa Raina tinggal di rumah mu ini. Maka dari itu suruh Raina keluar, karena aku akan membawanya kembali ke rumah, ku!" jawabnya kesal.
Arsenio tersenyum miring. "Aku bilang di sini, tidak ada perempuan bernama Raina. Lebih baik, sekarang kau pergi dari sini!" ucapnya penuh penekanan.
Fero menggeram marah, karena Arsenio tidak membiarkan Raina keluar dari rumahnya. dia juga yakin, jika Raina benar-benar ada di dalam rumah arsenio.
"RAINA... KELUARLAH! AKU TAHU KAMU DI DALAM, RAINA! KEMBALILAH KE RUMAH KU. AKU BERJANJI, AKAN MEMPERLAKUKAN MU DENGAN BAIK! BAHKAN AKU SUDAH BERENCANA, UNTUK MENIKAHI MU, RAINA! AKU MOHON, PULANGLAH!" Fero yang kesal pun berteriak, dengan lantang. dia berharap, Raina dapat mendengar perkataannya.
Mendengar Fero berteriak, membuat Arsenio kesal dan marah. andai saja Fero tahu, jika wanita yang dia ajak menikah itu adalah istri dari, Arsenio Gaozan.
"Jangan membuat keributan di rumah, ku! Aku bilang pergi!" Arsenio menatap tajam fero, yang sedang mencari keberadaan Raina. dia sangat kesal, dengan sikap fero yang sangat keras kepala.
"Biarkan aku bertemu dengan dia, Arsenio!" Fero yang marah pun, mendekati Arsenio dan melayangkan pukulan.
Arsenio yang sigap pun, menghindari serangan Fero. bahkan Arsenio tersenyum sinis, melihat sikap Fero saat ini.
"Kau memang keras kepala!" Arsenio pun, mendekati Fero dan melakukan hal yang sama.
Kini mereka pun terlibat perkelahian satu lawan satu.
Raina yang sejak tadi mengintip, terlihat ketakutan. apalagi sekarang dia harus menyaksikan suami, dan orang yang terobsesi padanya sedang berkelahi.
Raina sangat tidak menyangka, dengan sikap Fero. dia semakin takut dengan Fero, yang memperlihatkan sifat aslinya.
Di halaman rumah, Arsenio dan Fero terlihat sama-sama babak belur. Para anak buah dari masing-masing pun, kini sudah bersiap untuk saling menyerang.
"CUKUP! Sekarang kita kembali." Fero memberikan isyarat, pada anak buahnya untuk tidak menyerang arsenio. Dia pun memilih pergi, dan menyusun rencana lain untuk membawa Raina kembali ke rumahnya.
"Ingat Arsenio! Kau jangan senang dulu! Karena aku akan kembali, untuk membawa Raina, ku!"
Setelah mengatakan hal itu, Fero pun pergi meninggalkan halaman rumah Arsenio. dia berjanji, akan membawa kembali Raina bagaimana pun caranya.
Arsenio pun masuk kedalam rumah, dengan keadaan beberapa luka memar di wajahnya. baru kali ini, dia dan fero berkelahi karena seorang perempuan.
Pada sebelumnya, mereka berdua selalu bersaing dalam hal bisnis dan juga kekuasaan. namun sekarang, mereka harus saling menyerang karena memperebutkan satu wanita yang memang hadir di dalam hidup mereka.
Arsenio tidak masuk ke kamarnya, melainkan ke ruangan pribadinya. di sana dia duduk di sofa, sambil memejamkan mata. perkataan fero ingin menikahi Raina, masih terngiang-ngiang di telinganya. Arsenio pun tidak akan membiarkan itu terjadi, karena saat ini Raina adalah istrinya.
Di kamar, Raina beranjak dari duduknya. setelah mengetahui Fero sudah pergi, dia pun langsung ke luar dari kamar.
Raina melihat apa yang terjadi pada Arsenio dan juga Fero, sehingga dia yakin jika saat ini keadaan Arsenio tidak baik-baik saja.
"Kamu mau kemana, Raina?" Morgan yang berjalan sambil membawa kotak obat pun, berhenti di hadapan Raina.
"A-aku ingin melihat keadaannya. Apa yang kamu bawa?" Raina pun melihat kotak obat, yang di bawa oleh Morgan.
Morgan tersenyum tipis. "Aku bermaksud untuk mengobati luka, Arsen. Tapi sebaiknya, kamu saja yang mengobatinya." paparnya menjelaskan.
Raina mengangguk pelan. dia pun mengambil kotak obat itu, dan pamit pada Morgan.
Morgan tak berhenti tersenyum. dia senang, melihat perhatian Raina pada Arsenio. dia berharap Arsenio, dapat menerima Raina dengan tulus begitu pun dengan sebaliknya.
(Di ruangan Arsenio)
Raina yang khawatir, masuk begitu saja ke dalam ruangan Arsenio. dia pun, mencari keberadaan suaminya itu.
Langkah Raina terhenti, saat melihat Arsenio sedang duduk di sofa dengan wajah penuh luka. tak menunggu lama, Raina pun berjalan mendekati Arsenio.
"Ya ampun, wajah mu terluka!" Raina seketika terkejut, melihat wajah tampan Arsenio yang penuh luka lebam. dia pun mengulurkan tangannya, untuk menyentuh wajah Arsenio.
"Apa yang kamu lakukan, di sini?!" tanya Arsenio, yang tiba-tiba membuka matanya.
Raina membulatkan mata, saat melihat tatapan tajam Arsenio. dia pun seketika, menjauhkan dirinya.
"Ma-maaf. Aku hanya ingin mengobati luka di wajah, mu." jawab Raina tergagap.
"Pergilah! Aku bisa mengobati luka ku sendiri!" balas Arsenio dingin.
Raina menggenggam erat kotak obat, yang di bawanya. dia benar-benar tulus, ingin mengobati lukanya Arsenio.
"Aku percaya, kamu bisa mengobati luka mu sendiri. Tapi izinkan aku sebagai istri mu, untuk mengobatinya." ujar Raina, dengan tegas.
Tanpa meminta persetujuan dari Arsenio, Raina pun duduk di sampingnya. setelah itu, dia mulai membuka kotak obat.
Arsenio menatap tajam Raina, yang tidak mendengarkan penolakannya. Dia pun terpaksa, menerima sikap peduli Raina kepadanya. sebab memang seharusnya, Raina lah yang merawatnya saat ini.
"Awww, pelan-pelan!" pekik Arsenio, marah.
Raina menatap Arsenio, yang terlihat kesakitan. tak lama kemudian, Raina pun tersenyum tipis.
"Ternyata, di balik sikap dingin mu, tersimpan sifat lemah karena luka mu." ucap Raina, setengah mengejek.
Arsenio memicingkan mata. dia merasa tidak suka, dengan perkataan Raina yang ditunjukkan kepadanya.
"Apa maksud mu?!" tanya Arsenio, dingin.
Raina malah tersenyum, melihat sikap Arsenio saat ini. dia pun dengan sengaja, menekan kuat luka pada sudut bibir, Arsenio.
"Arrgh! Apa yang kamu lakukan?" rintih Arsenio, kesakitan.
"Itulah, yang ku maksud. Jadi apa yang aku katakan benar, kan?"
Arsenio yang kesal pun, mencengkram tangan Raina. dia pun menariknya, sehingga Raina jatuh ke pelukannya.
"Rupanya, kamu sudah berani bermain-main dengan, ku! Apa kamu tidak takut, jika aku melakukan hal yang buruk pada, mu?" Dengan nada beratnya, Arsenio sedikit memberikan ancaman. dia semakin mendekatkan wajahnya, dengan mata yang tertuju pada bibir ranum Raina.
"Apa yang kamu lakukan? Lepaskan!" gertak Raina, berusaha mendorong tubuh Arsenio supaya menjauh.
Arsenio sama sekali tidak mendengarkan perkataan, Raina. kini dirinya semakin mendekatkan wajahnya.
Cup...
Arsenio pun berhasil mencium bibir Raina.
Hal itu pun, membuat Raina terdiam membeku dengan jantung yang berdebar kencang.
makin seru ceritanya
seru banget ceritanya 😁😍
semangat