Di Nikahi Mafia Pilihan Adikku

Di Nikahi Mafia Pilihan Adikku

Bab 1 Awal pertemuan

Dinginnya malam yang sepi, seorang laki-laki bertubuh tinggi,tampan dan mempunyai rahang yang tegas, terlihat berjalan tertatih dengan sekujur luka di badannya. dia berjalan menelusuri hutan belantara, yang pada akhirnya membawanya ke sebuah pedesaan yang terlihat sangat sepi.

Dia Arsenio Gaozhan, seorang ceo sekaligus pimpinan Mafia yang terkenal dingin dan kejam. saat ini dia sedang mencari jalan keluar, akibat pesawat helikopter yang dia tumpangi jatuh karena berhasil di serang oleh musuh.

Arsenio menyusuri jalan menuju, ke sebuah rumah kecil dan sederhana. dia pun mendekatinya dan mengetuk pintu, berharap ada seseorang yang mau menolongnya.

Tok Tok Tok

Tidak ada sahutan dari dalam, membuat Arsenio mengetuk kembali pintu rumah itu.

"Ma- maaf anda siapa?" Seorang pemuda berusia 18 tahun berpakaian sederhana, terlihat ketakutan saat melihat keberadaan Arsenio di ambang pintu. apalagi saat ini pemuda itu, melihat keadaan Arsenio yang terluka parah.

"Tolong saya." Arsenio, menodongkan senjata kepada pemuda.

Pemuda itu sontak menjauhkan dirinya, saat melihat senjata yang di arahkan kepadanya. dia pun memberanikan diri untuk berkata ,"Ja- jangan bunuh saya, tuan," pekik pemuda, yang di ketahui bernama fikri itu.

Laki-laki itu pun menatap tajam fikri, yang terdiam dengan tubuh yang gemetar ketakutan. " Tolong saya." ucapnya dingin, tak lama kemudian laki-laki itu pun jatuh pingsan, tidak sadarkan diri.

"Tuan." Fikri menghampiri laki-laki itu, meskipun rasa takut masih menyelimuti benaknya. namun di sisi lain, fikri tidak tega melihat keadaan laki-laki itu. apalagi saat ini dia melihat, jika seluruh tubuh laki-laki itu penuh dengan luka. fikri pun bergegas membawanya ke dalam rumah, meskipun sedikit kesusahan.

*

*

*

Keesokan harinya...

"Selamat pagi tuan." Fikri tersenyum, menyapa laki-laki itu.

Laki-laki itu menatap sekilas, pada fikri. "Di mana, kamar mandi?" tanyanya dingin.

"Ka- kamar mandi? Oh... pasti anda mau membersihkan diri. Mari, saya antar!" Fikri yang takut pun, mengantar arsenio pergi ke kamar mandi.

"Maaf tuan, di sini kamar mandinya seperti ini. Jika anda kurang nyaman, harap di maklumi."

Arsenio masuk ke dalam kamar mandi, tanpa menyahuti perkataan fikri. dirinya ingin menuntaskan panggilan alamnya, meskipun merasa tidak nyaman dengan keadaan kamar mandi yang terlihat berbeda, dengan yang ada di rumahnya.

Setelah memastikan arsenio masuk, ke kamar mandi. Fikri pun bergegas ke dapur, untuk membuat sarapan. dia hanya membuat makanan seadanya, sebab keadaannya memang serba kekurangan.

"Maaf tuan, sebaiknya anda sarapan dulu. Saya sudah membuatkan bubur, untuk anda." Fikri menghampiri arsenio, yang duduk di kursi bambu miliknya.

Arsenio melirik sekilas pada Fikri, yang tersenyum canggung kepadanya. dia bangkit berdiri dengan jalan tertatih, akibat luka pada kakinya lumayan parah. namun keadaannya lumayan membaik, setelah semalam Fikri mengobatinya dan merawatnya.

Mereka pun duduk berhadapan, dengan semangkok bubur nasi yang berteman kan kecap dan kerupuk saja. Fikri tersenyum kikuk, saat arsenio hanya memandang bubur itu dengan tatapan, sulit di artikan.

"Maaf, tuan. Hanya bubur ini, yang saya punya. Jika memang anda tidak terbiasa, biar saya carikan saja makanan lain, di warung." sahut Fikri canggung.

"Tidak perlu," balas arsenio, dingin. mulai memakan buburnya meskipun terpaksa, karena perutnya saat ini benar-benar lapar.

Fikri mengangguk pelan, kemudian segera memakan buburnya.

"Siapa nama, mu, " tanya arsenio menatap Fikri tajam.

Fikri menelan salivanya kasar, ketika arsenio menatapnya tajam. "Na-nama ku Fikri, tuan." jawabnya, sedikit gemetar.

"Apa, kamu tinggal di sini sendirian?" Arsenio kembali bertanya.

Fikri menggeleng pelan. "Aku tinggal berdua, dengan kakak perempuan, ku. Tapi sekarang, dia sedang bekerja di kota, sebagai asisten rumah tangga. Kami hanya tinggal berdua saja, karena kedua orang tua kami sudah meninggal." jawabnya lirih.

Arsenio seketika tersentak, saat mendengar jawaban Fikri. dia tidak menyangka, keadaan Fikri sangat memprihatinkan seperti ini. bahkan Arsenio dapat melihat keadaan rumah Fikri, yang kecil dan jauh dari kata bagus.

"Apa, kamu masih sekolah?"

Fikri tersenyum. "Aku baru saja lulus, tuan. Dan sekarang, aku sedang mencoba mencari pekerjaan. Aku ingin membantu kakak, supaya dia tidak perlu bekerja di kota lagi." Kali ini fikri menjawab pertanyaan arsenio, dengan penuh semangat.

Arsenio mengangguk pelan, melihat perubahan sikap fikri yang memang bersemangat untuk bekerja.

"Apa, kamu punya ponsel? Jika kamu punya, aku ingin meminjamnya sebentar." ujar arsenio dingin.

"Aku hanya ponsel ini, tuan. Tapi masih bisa di gunakan untuk menelpon, kok." Fikri memberikan ponsel jadul miliknya, pada arsenio.

Arsenio lagi-lagi hanya menatap ponsel jadul milik fikri, dengan tatapan yang sulit di artikan.

"Tuan. Apa anda jadi, untuk menggunakan ponsel ku?" tanya Fikri bingung.

Arsenio yang tersentak pun ,langsung mengambil ponsel milik Fikri. dia pun segera menghubungi seseorang, untuk menjemputnya.

"Terima kasih." ucap arsenio dingin.

Fikri tersenyum. "Sama-sama, tuan." balasnya sopan.

"Jangan panggil aku, tuan. Nama ku, Arsenio Gaozhan. Panggil saja, aku arsenio." titahnya, tanpa ekspresi.

Fikri Mengernyitkan dahi, mendengar perkataan Arsenio. dia tahu, jika usia Arsenio lebih tua darinya. maka dari itu fikri pun tidak akan melakukan apa, yang di katakan arsenio.

"Maaf tuan. Aku tidak akan memanggil mu, dengan sebutan nama. Aku akan memanggil mu, abang. Bo- boleh kah?" Fikri menundukkan kepala, setelah mengungkapkan keinginannya. dia takut, jika arsenio akan marah kepadanya.

"Terserah." Satu kata keluar dari mulut arsenio, membuat Fikri tersenyum senang.

"Terima kasih, bang Arsenio." Fikri yang senang pun, refleks memeluk tubuh atletis arsenio. dia senang, mendapatkan sosok laki-laki yang bisa dia anggap seperti kakak sendiri.

Arsenio tersenyum tipis nyaris tidak terlihat, ketika melihat sikap Fikri kepadanya. dia pun berdehem keras, supaya Fikri melepaskan pelukannya.

"Ma- maaf bang. Aku terlalu senang." Fikri tersenyum kikuk, kemudian menjauh dari Arsenio yang memasang wajah datar.

Di saat keadaan menjadi canggung, tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu dari luar. Fikri pun segera membukanya. betapa terkejutnya dia, saat melihat ada dua orang laki-laki berbadan tinggi dan berwajah sangar berdiri, di ambang pintu. seketika dia pun, berlari dan bersembunyi di belakang tubuh arsenio.

"Bang, sepertinya mereka orang jahat! Sebaiknya, kita pergi dari sini!" Tubuh Fikri gemetar, merasa terancam.

Arsenio tersenyum tipis, kemudian memberi kode kepada kedua anak buahnya supaya pergi dari sana.

"Fikri, aku harus pergi. Terima kasih, karena kamu sudah menolong, ku. Maaf, jika kedua teman ku membuat mu takut. Aku berharap, kita bisa bertemu lagi." ucap Arsenio, tegas.

"Abang bercanda. Mereka orang jahat, bang. Aku takut mereka akan menyakiti, abang!" sahut Fikri khawatir.

Arsenio menepuk pundak Fikri. "Mereka, bukan orang jahat. Mereka teman-teman, ku."

Setelah mengatakan hal itu, arsenio pun keluar dari rumah Fikri. sebelum pergi, arsenio menatap Fikri dan rumahnya dengan tatapan sulit di artikan. mereka pun pergi dari sana, meninggalkan Fikri yang kini sendiri lagi.

"Yah... sendiri lagi. Padahal aku senang, punya teman ngobrol. Kak Raina... kapan kamu pulang?" lirih Fikri, yang tiba-tiba saja rindu pada kakak perempuannya.

Terpopuler

Comments

PengGeng EN SifHa

PengGeng EN SifHa

cerita yang ku tunggu tentang MAFIA💞

2025-02-01

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal pertemuan
2 Bab 2 Aku rindu kakak
3 Bab 3 Mulai bekerja
4 Bab 4 Naik helikopter
5 Bab 5 Keinginan fikri
6 Bab 6 Kekejaman arsenio
7 Bab 7 Tertembaknya fikri
8 bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9 Bab 9 Kembalikan adik ku !
10 bab 10 Kesedihan Raina
11 Bab 11 Kesedihan Raina 2
12 Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13 Bab 13 Sikap dingin arsenio
14 Bab 14 Berusaha meminta maaf
15 Bab 15 Hasil pencarian Raina
16 Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17 Bab 17 Perjanjian pernikahan
18 Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19 Bab 19 Masa lalu Raina
20 Bab 20 Malam yang gagal
21 Bab 21 Bertemu dengan fero
22 Bab 22 Kekesalan arsenio
23 Bab 23 Pengakuan arsenio
24 Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25 Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26 Bab 26 Anak buah fero
27 Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28 Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29 Bab 29 Arsenio mulai berulah
30 Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31 Bab 31 Kemarahan Andreas
32 Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33 Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34 Bab 34 Drama di pagi hari
35 Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36 Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37 Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38 Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39 Bab 39 Tanda merah
40 Bab 40 Kembali ke indonesia
41 Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42 Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43 Bab 43 Selamatkan Raina
44 Bab 44 Perhatian Arsenio
45 Bab 45 Kemarahan Arsenio
46 Bab 46 Antara rindu dan candu
47 Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48 Bab 48 Kejutan di pesta
49 Bab 49 Rencana licik Joana
Episodes

Updated 49 Episodes

1
Bab 1 Awal pertemuan
2
Bab 2 Aku rindu kakak
3
Bab 3 Mulai bekerja
4
Bab 4 Naik helikopter
5
Bab 5 Keinginan fikri
6
Bab 6 Kekejaman arsenio
7
Bab 7 Tertembaknya fikri
8
bab 8 Pernikahan Arsenio dan Raina
9
Bab 9 Kembalikan adik ku !
10
bab 10 Kesedihan Raina
11
Bab 11 Kesedihan Raina 2
12
Bab 12 pesan fikri untuk kakak
13
Bab 13 Sikap dingin arsenio
14
Bab 14 Berusaha meminta maaf
15
Bab 15 Hasil pencarian Raina
16
Bab 16 Pertemuan arsenio dan Andreas
17
Bab 17 Perjanjian pernikahan
18
Bab 18 Kesepakatan Arsenio dan Raina
19
Bab 19 Masa lalu Raina
20
Bab 20 Malam yang gagal
21
Bab 21 Bertemu dengan fero
22
Bab 22 Kekesalan arsenio
23
Bab 23 Pengakuan arsenio
24
Bab 24 Datang ke kantor arsenio
25
Bab 25 Datang ke kantor arsenio 2
26
Bab 26 Anak buah fero
27
Bab 27 Perdebatan Arsenio dan Raina
28
Bab 28 Pertikaian Arsenio dan Fero
29
Bab 29 Arsenio mulai berulah
30
Bab 30 Kedatangan Tuan johan
31
Bab 31 Kemarahan Andreas
32
Bab 32 Malam pertama Arsenio dan Raina
33
Bab 33 Pertemuan Fero dan Andreas
34
Bab 34 Drama di pagi hari
35
Bab 35 Rencana Andreas yang gagal
36
Bab 36 Terungkapnya rencana Andreas
37
Bab 37 Pergi Bersama Arsenio ke Swiss
38
Bab 38 Bertemu klien Swiss menyebalkan
39
Bab 39 Tanda merah
40
Bab 40 Kembali ke indonesia
41
Bab 41 Rencana jahat Andreas dan Fero
42
Bab 42 Pilihan sulit bagi Raina
43
Bab 43 Selamatkan Raina
44
Bab 44 Perhatian Arsenio
45
Bab 45 Kemarahan Arsenio
46
Bab 46 Antara rindu dan candu
47
Bab 47 Undangan untuk Arsenio
48
Bab 48 Kejutan di pesta
49
Bab 49 Rencana licik Joana

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!