NovelToon NovelToon
Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Menjadi Istri Dari Seorang Gus

Status: sedang berlangsung
Genre:Beda Usia
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: pinkberryss

Akibat kenakalan dari Raya dan selalu berbuat onar saat masih sekolah membuat kedua orangtuanya memasukkan Raya ke ponpes. setelah lulus sekolah.

Tiba disana, bukannya jadi santri seperti pada umumnya malah dijadikan istri kedua secara dadakan. Hal itu membuat orangtua Raya marah. Lalu apakah Raya benar-benar memilih atau menolak tawaran seperti orangtuanya?

Tingkah laku Raya yang bikin elus dada membuat Arsyad harus memiliki stok kesabaran yang banyak.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon pinkberryss, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Jalan-jalan with paksu

Paginya Fira banyak muntah berkali-kali. Rasanya sangat tidak enak di badannya. Suaminya sudah dari tadi berangkat ke tempat pengajian karena diundang. Dan kini hanya ia saja dirumahnya dengan berbaring diatas ranjang.

Raya yang tengah mengantarkan makanan ke rumah Fira tak kunjung datang juga orangnya, sudah ia panggil berkali-kali. Dia memberanikan diri masuk ke dalam kamar. Raya melihat tubuh lemah Fira berbaring.

"Kak Fira," panggilnya pelan.

Fira membuka matanya, "Eh Raya." dia bangun dari baringnya.

"Kak Fira sakit?" tanyanya sembari menempelkan punggung tangannya di dahi Fira. Fira menggeleng hanya rasa mual di perutnya.

"Enggak Ray, hanya nggak enak saja perutku soalnya banyak mual sejak tadi pagi,"

"Yasudah baring aja, udah makan? Kalau belum nih ada makanan dari umi," dia meletakkan diatas laci dan ikut duduk disamping ranjang. Umi yang dimaksud Raya disini ya Bu Sofiyah.

"Kak Fira nggak lagi ngidam aneh-aneh kan?" Raya mencondongkan badannya sambil berbisik.

Fira terkekeh mendengarnya, "Enggak kok, kenapa? Takut banget ya aku suruh suruh," bibir Raya mengerucut.

"Emang hamil enak?"

"Kalau rasanya pertama kali pasti ada nggak enaknya kayak mual-mual begini, tapi yakinlah kalau menunggu sang buah hati lahir itu pasti mengharukan dan bikin bahagia,"

Lantas Raya melihat perutnya yang masih rata, ia tak bisa bayangkan bagaimana kalau dirinya mengandung.

"Kenapa geleng-geleng gitu?"

"Enggak kok kak,"

"Lagi menghayal ya?"

"Ish nggak lah! Ini aku taruh di meja makan aja?" dia bertanya mengenai makanan yang dibawanya.

"Iya taruh saja disitu,"

"Ditinggal balik nggak papa kak?" Fira mengangguk mantap. badannya juga agak enakan kalau dipakai istirahat.

"Iya aku udah mendingan kok, butuh istirahat saja, tadi udah sarapan dikit nanti kalau lapar juga pasti ambil makanan lagi,"

"Yaudah Raya balik ya kak." Fira mengangguk lalu melanjutkan istirahatnya kembali dengan berbaring.

'Ya ampun nggak bisa dibayangin nanti perut gue menggelembung gede ada isinya bayi, iiihhhh takuuuutt!!!' Saat diperjalanan balik Raya malah membatin sambil membayangkan hal itu terjadi padanya hingga dua menggeleng-gelengkan kepalanya karena rasanya aneh saja.

"Kenapa begitu, sakit kepala?"

Eh

Siapa tuh?

Raya mendongak mendapati suaminya yang muncul.

"Ngapain?" tanya Raya.

"Saya yang harusnya tanya, ngapain geleng-geleng begitu?"

"Lagi migrain!" jawabnya asal.

"Sudah minum obat? Kalau belum ayo minum dulu," dia menepis tangan Arsyad.

"Nggak kok becanda doang tadi, sorry. Lah Gus nya nggak ngajar kah?"

"Belum jamnya," Raya manggut-manggut.

"Yaudah gue mau balik," namun alih-alih Raya melanjutkan langkahnya ia malah dicegat Arsyad.

"Ada apa sih Gus?!" namun yang ditanya malah diam, ini yang membuat Raya geram.

"Temani saya dulu," Raya menatap bingung namun hanya sebentar sebelum akhirnya dia mengangguk setuju.

Mereka berdua duduk di kursi panjang sekolah. Hanya berdiam diri saja membuat Raya bete karena ya emang 'nggak ngapa-ngapain'.

Namun atensi Raya tepat mengenai Zalima berjalan dari asrama menuju kemari dengan membawa beberapa lembar kertas.

'Oh mungkin mau ke ustadzah Rina'

Namun dugaan Raya salah besar, Zalima justru kearah mereka yang sedang duduk. Zalima memberikan lembaran kertas itu pada Arsyad.

"Gus tadi ketinggalan di sana," dia menunjuk arah datangnya Arsyad saat kesini.

"Sepertinya terjatuh namun Gus tidak melihatnya," lanjutnya.

"Hm makasih," jawaban datar Arsyad membuat Raya tersenyum menang. Apalagi melihat raut wajah Zalima yang nampak kurang memuaskan. Dia tetap berdiri disana alias tidak pergi-pergi.

"Mbak Zalima udah selesai kan?" Zalima menatap Raya lalu mengangguk.

"Yaudah kalau begitu bisa tinggalkan kami disini? Soalnya pemandangan kami tertutup oleh badan mbak Zalima, tuh saya lagi lihat siswa olahraga," ucapan Raya mampu membuat Zalima meminggir, bukan malah pergi.

'Dia emangnya mau ngapain lagi?'

Raya menoel pinggang Arsyad memberi kode bahwa dia akan balik ke rumah namun bukannya disetujui malah Arsyad ikut dengannya.

"Bukannya habis ini mengajar dikelas, ngapain malah ikut sih!"

"Saya hanya mau mengantarkan kamu agar selamat,"

"Ini bukan lagi kemana-mana, bukan mau naik kendaraan atau apa, cuma mau jalan ke rumah udah pasti selamat," namun tak lama Raya mau tersandung dan untungnya ditangkap oleh Arsyad dengan cepat. Pandangan mereka bertemu satu sama lain. Terlihat romantis sekali walau background mereka gedung sekolah. Zalima yang tak sengaja melihat mereka langsung pergi begitu saja. Duh Zalima mending kamu di hempas aja deh, jangan sampai jadi ulat bulu yang ke gatel an.

Ehem

Suasana canggung menyertai mereka.

"Tuh kan apa yang saya bilangin,"

"Ini gara-gara Gus Arsyad sendiri ya yang bikin gue jadi tersandung!"

"Kok saya?" Arsyad melongo mendengar pengakuan Raya.

"Ya iya lah. Kan situ ngajak ngomong, kalo gue diajak ngomong sih nggak fokus pas jalan." Raya berjalan cepat dengan ekspresi kesal. Langkahnya terlihat lucu di mata Arsyad, seperti bocah cilik yang sedang kesal oleh ayahnya.

...----------------...

Sorenya Raya mendapati Farah bersama dengan ustadz Zaidan. Mereka tengah berbincang di samping asrama laki-laki, namun tidak hanya ada Farah saja melainkan ada pengurus salah satu asrama putra.

Setelah pengurus asrama putra balik, kini hanya tersisa mereka berdua. Raya langsung menuju kesana dengan menatap mereka jahil.

ehem ehem

"Eh kak Raya," Farah tersenyum canggung dan dia mengamati penampilan Raya yang sedikit berbeda, baju yang dipakainya apalagi kerudung yang tampak berantakan.

"Lagi ngomongin apa nih?" Raya menaik-turunkan alisnya.

"Nggak kok kak, hanya ngobrol biasa sekaligus ustad Zaidan bertanya-tanya soalnya baru ngajar disini sama disekolah,"

"Oh jadi bakal tinggal di asrama khusus juga kayak ustad yang bapak-bapak itu?" Farah mengangguk. Ada seorang ustadz yang seumuran dengan Malik dan Arsyad, iya kalau Malik memang pantas dipanggil bapak-bapak, ini suaminya sendiri belum punya anak dan masih kelihatan muda sudah dilabeli bapak-bapak olehnya.

"Awas jangan berduaan begini, katanya yang ketiga itu syaiton!" ucap Raya seraya menakut-nakuti dengan nada yang dibuat-buat.

Zaidan mengalihkan pembicaraan Raya karena dia sedikit takut dengan tatapannya, "Ini istrinya Gus Arsyad ya?" Farah mengangguk.

"Iya, dia kak Raya namanya,"

"Raya?" panggil seseorang.

Raya menoleh, "yaudah Farah gue mau keluar dulu ya, nggak mau nitip sesuatu?"

"Emang mau kemana?"

"Kemana aja sih, sesuka ku hehe,"

"Apa aja deh kak. Eh tapi gratis beneran kan?" ucapnya setengah berbisik.

"Ada jasa ongkirnya! Yang namanya dibeliin ya udah pasti gratis semuanya," Raya sampai gemas sama Farah.

"Iya deh, yang banyak ya!!" dasar Farah kalau soal jajan sama aja kayak Raya, bedanya Farah tahu diri sedangkan Raya apapun yang penting dia suka.

Kini Raya tengah dibonceng sepeda motor oleh Arsyad. Menikmati angin di sore hari, berkeliling-keliling kemanapun yang Raya mau.

"Loh kenapa berhenti?" Raya memperhatikan sekelilingnya.

"Ini ada taman kamu pasti belum pernah kesini, iya kan?"

"Belum sih, biasanya ada di pusat kota tapi disini juga ada nggak kalah bagus," Arsyad mengangguk setuju.

"Kita kesana," Arsyad meraih tangan Raya dan menggandengnya menuju ke dalam taman itu, banyak ditanami bunga-bunga apalagi sedang bermekaran semua. Sayangnya Raya tidak bawa hp nya.

Arsyad yang sangat super peka akhirnya mengeluarkan hp dalam saku kemejanya dan menyuruh Raya berpose cantik diantara bunga-bunga itu.

"Saya foto," Raya menatap Arsyad.

"Saya akan foto kamu pakai hp ini," sudahlah daripada nanti sampai sumah malah ngambek karena nyesel tidak berfoto ditempat yang sebagus ini. Fakta tentang Raya salahsatunya ya memang dia sangat suka berfoto di tempat yang menurutnya bagus, Arsyad pernah tanpa sengaja mendapati galeri foto Raya yang terbuka di hpnya ternyata isinya full foto dia sendiri. Namun jarang di up di sosmed.

Beberapa kali jepretan ditangan Arsyad, dia sangat effort sekali apalagi Raya terlalu mengaturnya harus apa dan bagaimana. Namun demi sang istri kecilnya, dia bersedia melakukan apapun itu.

"Yang ini hapus aja deh, jelek." Raya menghapus foto yang dirasanya sangat tidak layak disimpan. Dia lalu meminta kembali foto ditempat berbeda, dan ada foto yang sangat menggemaskan dalam posenya, buru-buru Arsyad memindahkan foto itu dipindah di album yang berisi foto keluarga. Karena kalau tidak begitu, sudah pasti Raya akan menghapusnya.

Setelah mengelilingi taman selama beberapa menit Raya meminta Arsyad untuk mencari jajanan disekitaran. Memang sekitar taman ada pedagang yang jual tapi tetap rapi bukan yang semrawut, tentunya menjaga kebersihan.

"Buk saya mau Sempol nya dua puluh ya,"

"Iya dek bentar ya saya buatkan,"

"Bawa uang lebih kan?" dia berbisik pelan pada Arsyad.

"Kenapa?"

"Ck malah kenapa sih, ya mau jajan banyak lah, nanti juga aku kasih ke Farah udah janji tadi." Arsyad mengangguk.

Setelah selesai di pesanan sempol Raya beralih ke yang lain, dilihatnya ada somay, telur gulung, cilok, dan pisang coklat semuanya Raya beli, dan tentunya semuanya Arsyad yang bayar. ATM berjalan memang.

"Sudah nggak ada yang dibeli lagi?" Raya menggeleng.

"Balik aja pengen cepet makan ini semua, nanti keburu maghrib." Dituruti lah permintaan sang ratu, Arsyad mengambil motornya yang tertata rapi, disini tidak ada yang namanya bayar parkir ya, jadi aman.

'Foto tadi sepertinya bagus kalau dipakai wallpaper hp, akan ku ganti nanti' Arsyad membatin saat dirinya ingat foto Raya yang tanpa sengaja dia foto, pipi Raya yang chubby terlihat imut dan dia sedang membawa bunga ditangannya. Hanya foto bagian atasnya saja, bukan keseluruhan.

Kalau kayak gini author bisa apa? Bisa mengkhayal!!! Enak kali ya punya pasangan yang peka dan bisa romantis, selalu jadi yang pertama.

Next deh kelanjutannya kayak apa...

Follow & like author ya!

1
Sena Kobayakawa
Gemesin banget! 😍
_senpai_kim
Sudah berhari-hari menunggu update, thor. Jangan lama-lama ya!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!