Dikhianati oleh ibu tiri dan saudara tirinya, Daisy yang baik hati menjadi tawanan di tempat tidur pemimpin mafia terbesar.
Benjove Haghwer, memiliki tinggi badan 190cm, dengan tubuh yang ideal dan wajah yang sempurna... Di balik penampilannya yang mempesona adalah iblis berhati dingin.
Daisy melarikan diri, Benjove terus mengejarnya.
Bagaikan kucing dan tikus, Benjove menikmati permainan ini, tapi tanpa disadari, dia sendiri jatuh cinta!
Akankah malaikat yang baik hati dan cantik ini bahagia?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Newbee, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
EPISODE 7
Beberapa jam sebelum Daisy melarikan diri
Malam itu Geraldo dan para pengikutnya sudah berada di tanah perbatasan.
Pria tua itu menghisap cerutu besarnya dengan sombong.
"Hey nak! Daripada kau kehilangan kakimu lebih baik kau berikan bagian kami, katakan pada boss mu, bahwa dia harus memberikan ku upeti atau ganti rugi yang pantas karena telah membuat material-material runtuhan bangunan jatuh di tanahku." Kata Geraldo sembari memasukkan sebelah tangannya ke dalam saku dan memamerkan perut besarnya.
Traver hanya diam, wajahnya tanpa ekspresi sedikitpun.
"Hey... Apa kau tuli?" Kata Geraldo lagi.
"APA KAU BUTA DAN TULI SEHINGGA TIDAK MENJAWAB SAAT TUAN GERALDO BERBICARA PADAMU!" Yaron berteriak karena baru kali ini ada orang yang sangat berani menyepelekan Tuannya.
"Tuan Ben akan segera datang, anda harus berbicara sendiri dengan nya." Kata Traver santai.
"Aku tidak punya waktu, kau pikir akupunya banyak waktu luang untuk mengurusi cacing-cacing kremi rendahan seperti kalian! Aku sibuk!" Teriak Geraldo.
"Ku rasa kau sangat senggang karena sudah beberapa jam kau berdiri di sini, hanya untuk mengemis." Kata Traver.
"Jaga mulutmu kepparat!" Teriak Yaron lagi.
"Ha... Ha... Ha... Berani juga nyalimu." Geraldo tertawa hingga matanya berair.
Tak berapa lama mobil panjang nan mewah berhenti tak jauh di belakang Traver, dan pengawal membuka kan pintunya. Pria itu keluar dengan kaki nya yang panjang lebih dulu, sepatu hitam mengkilap menghentak di atas jalan yang berdebu.
Cahaya lampu yang besar untuk penerangan pembangunan menyoroti siapakah yang keluar dari mobil.
Pria dengan rambut yang di tata rapi, keluar dengan setelah jas mahal dan sangat mewah, sedang mantel besar menggantung di kedua bahunya. Auranya sangat kuat sehingga membuat angin terasa lebih dingin.
Cerutu Geraldo masih tertancap di bibirnya, dan pria itu mendekat tepat di samping Traver, lalu mengambil cerutu yang ada di mulut Geraldo, dan membuangnya ke tanah kemudian menginjaknya.
Pria tua itu melongo dan termenung, sedangkan Yaron dan anak buahnya yang lain, serasa mendapatkan hawa dingin yang membekukan tubuh mereka.
Hanya dengan tatapan nya, pria itu mampu memberikan tekanan dan intimidasi.
"Perkenalkan, Tuan Benjove Haghwer pemimpin kami, silahkan Tuan Geraldo, anda bisa mengatakan maksud anda datang kemari." Kata Traver.
"Aa... Aanuu..." Geraldo terbata, namun ia berfikir, yang di hadapannya hanyalah anak muda ingusan, anak yang lebih cocok menjadi putranya, bahkan dia pasti tidak berpengalaman dalam bisnis, hanya tubuhnya saja yang tinggi dan ideal, serta hanya tatapannya saja yang menakutkan, sisanya pasti dia bodoh dalam bisnis, itulah yang Geraldo pikir.
"Tuan Geraldo..." Bisik Yaron.
Bisikan Yaron membuat Geraldo kembali tersadar.
"Aahh... Ya, aku ingin kau memberikan ganti rugi, kau membangun tepat di perbatasan dan tidak memberikan jarak, hingga sisa-sisa materialmu jatuh di tanahku, jika kau tidak membayar kami, maka kami akan menghancurkan bangunan ini."
Ben masih diam, wajahnya semakin gelap.
"Apa kau dengar!! Apa kalian semua tuli!!!" Teriak Geraldo.
"Cobalah..." Satu kata yang keluar dari mulut Ben dengan suara yang datar dan menakutkan.
"Ap... Apa??" Geraldo bertanya dan mulai merasa aneh dengan suasana liar yang timbul.
"Cobalah kau merubuhkan bangunannya, jika bangunannya rubuh, aku akan membayar 10 kali lipat dari yang kau minta, jika bangunannya tidak bisa rubuh, kau harus menyerahkan wilayahmu."
"Ha... Ha... Ha... Ha...! Bocah ingusan ini sedang bercanda!!!" Geraldo tertawa hingga menggelar.
Yaron dan pengikut yang lain pun ikut tertawa.
Kemudian dengan kecepatan kilat, Ben mengambil pistolnya dan langsung mengarahkannya ke dalam mulut Geraldo.
Pistol itu masuk tepat di dalam mulut Geraldo.
Yaron dan para anak buah Geraldo panik, dan mereka semua dengan gagap mengeluarkan senjata dan menodongkan pada Ben serta Traver.
Sedangkan para pengawal di belakang Ben yang jumlahnnya hanya beberapa orang mengeluarkan senjata mereka pula.
Sedangkan Traver pun mengeluarkan senjatanya dengan santai.
"Aku penasaran, pistol ku yang lebih cepat menembus tenggorokanmu atau pistol anak buah mu yang lebih cepat membunuhku." Kata Ben.
"Umm... Ummm....Ummmmm!!!" Geraldo tidak dapat berbicara namun, tangannya melambai-lambai meminta para anak buahnya untuk menurunkan senjata mereka.
Kemudian senjata para anak buah pun tergeletak di atas pasir di bawah mereka termasuk milik Yaron.
"Hmm... Sebenarnya aku sedang tidak selera membunuh orang, karena malam ini begitu indah, di sini adalah tempat paling indah melihat bintang, aku juga tidak ingin mengotori lahanku, jadi apa kau masih ingin berdebat denganku?"
Geraldo menggelengkan kepala dengan cepat, dan mulutnya sudah mengeluarkan banyak air liur.
"Menyedihkan." Kata Ben.
Kemudian Ben menaruk pistolnya dari mulut Geraldo, lalu melemparnya kepada anak buahnya, agar pistol itu di bersihkan.
Ben mengulurkan tangannya pada Traver, dan Traver memberikan sapu tangan, lalu Ben mengelap tangannya, ia pun melemparkan sapu tangan itu pada wajah Geraldo.
"Aku paling benci parasit menjijikkan." Kata Ben.
Tak berapa lama panggilan masuk, dan Yaron mengeluarkan ponselnya, itu adalah kabar jika Daisy telah melarikan diri.
"Tuan Geraldo kita harus pergi, Daisy melarikan diri." Kata Yaron.
"Berengsekk...!" Gumam Geraldo sembari menggertakkan gigi.
"Sesuai maumu, aku akan pergi." Kata Geraldo.
Kemudian Geraldo hendak pergi namun Ben mengulurkan tangannya pada pengawal, dan pengawal memberikan pistol milik Ben.
"Sesuai maumu juga, aku akan memberikan hadiah untukmu." Kata Ben tenang.
Geraldo tidak mengerti, namun ketika Ben menodongkan pistolnya ia baru paham dan hendak pergi.
"DOORR!!"
Tembakan pun melesat menembus lutut milik Gerlado.
"Aaarggg!!! Siaalaann, bangsaatt!!!" Teriak Geraldo.
Kemudian para pengawal Ben lebih cepat dan lebih gesit dari para pengawal Geraldo, bahkan Yaron sendiri tidak bisa menandingi kecepatan Traver.
"DOOORRRR!!!"
"DOOORRR!!!"
"DOORRR!!!"
Para pengawal Geraldo pun semuanya tumbang di tempat. Sedangkan Yaron tidak dapat menggunakan tangannya karena Traver menembak telapak tangan Yaron.
"Okey... Okey... Tuan Ben!!! Anda menang!!! Maafkan saya, saya akan pergi, tapi saya mohon jangan bunuh saya....!" Teriak Geraldo.
"Bermimpilah." Kata Traver.
"Jangan... Saya mohon... Tolong lepaskan saya... Jika anda mau saya akan memberikan perempuan milik saya yang paling berharga."
"Kau pikir Tuan Ben mau dengan perempuan bekas milikmu! Kau memandang tinggi dirimu sendiri!!!" Kata Traver naik darah.
"Ampun Tuan... Dia bukan bekas, tapi dia masih perawan, belum tersentuh sedikitpun, saya baru saja mendapatkannya siang tadi, dan dia sangat cantik. Sayangnya, dia kabur, tapi saya yakin dia kabur menuju kemari, para pengawal saya sedang mengejarnya."
"Omong kosong apa yang kau katakan!!!" Traver menendang kepala Geraldo.
"DORRR....!!!"
"DOORR...!!!"
"BRUUUMM.... BRUUMMM...BRUUMMMM....!!!"
Terdengar suara tembakan dan suara mobil saling mengejar.
"Itu mereka Tuanku... Percayalah padaku, gadis itu seperti malaikat....Wajahnya sangat cantik!!" Geraldo menggebu-gebu, wajah dan kepalanya sudah berdarah-darah.
"BRAAKKKK!!!"
Salah satu mobil masuk ke dalam material bangunan dan menghantam tumpukan besi, membuat mobil itu terguling, sedangkan Yaron serta Geraldo kemudian menyusuri jalanan perbatasan untuk menangkap Daisy.
Geraldo berjalan dengan kaki pincang, dan memberikan perintah pada anak buahnya yang melakukan pengejaran.
"Periksa mereka!" Kata Geraldo.
"Tapi... Tuan... Mereka ada di wilayah timur." Kata salah satu anak buah Geraldo.
bersambung