Tak mau anaknya tumbuh menjadi mafia, Erika nekat pergi meninggalkan Ervan, suaminya sendiri. Mengingat sang suami adalah ketua mafia yang paling ditakuti dan kejam.
Demi sang anak, Erika rela meninggalkan kehidupan mewah dan dunia gelapnya. Namun kaburnya Erika tentu tak lepas dari perhatian Ervan. Karena itu, Erika beberapa kali harus berpindah-pindah tempat tinggal untuk menghindari kejaran sang suami.
Suka dan duka dilalui Erika. Hidup di luar dari kebiasaannya tidak mudah. Apalagi saat dia harus bekerja di bawah pimpinan orang. Alhasil Erika mencoba membuat usaha. Ia pergi ke desa dan membeli lahan luas di sana. Erika memutuskan bercocok tanam buah dan sayuran sebagai mata pencaharian baru.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Desau, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 32 - Dari Wanita Ke Wanita
Sullivan memberikan tawaran uang pada Erika. Dengan jaminan kalau Erika harus memberikan lahannya pada Sullivan.
"Enak saja! Aku baru merintis kebunku beberapa hari yang lalu!" Erika tentu langsung menolak. Bahkan dengan raut wajah garangnya.
"Kalau begitu aku akan membayar dua kali lipat!" tawar Sullivan.
Erika terkekeh geli. Dia melipat tangan ke depan dada dan berucap, "Maaf, Mr. Tapi tetap tidak. Aku bahkan tidak akan menjualnya walaupun kau memberiku uang puluhan kali lipat!"
Mendengar itu, mata Sullivan langsung menyalang. Pitamnya seketika naik. Kedua tangannya mengepal kuat.
"Kenapa? Marah? Ingin memukulku? Cobalah! Aku ingin melihat bagaimana kemampuanmu. Jangan hanya bersembunyi dibalik perlindungan anak-anak buahmu!" pungkas Erika.
"Dasar wanita sialan!" Sullivan marah sekali. Dia sudah mengangkat tangannya ke udara karena ingin menampar wajah Erika. Akan tetapi terhenti karena Viona.
"Sullivan! Hentikan!" ujar Viona. Dia dan yang lain sejak tadi menyaksikan interaksi di antara Erika dan Sullivan.
Viona segera berjalan menghampiri Erika dan Sullivan.
"Sullivan! Biarkan aku yang bicara dengannya. Mungkin bicara dari wanita ke wanita akan berhasil," cetus Viona.
Sullivan tampak kesal. Namun dia kali ini menuruti perkataan istrinya. Sepertinya Sullivan memang sudah kehabisan cara untuk mengatasi Erika.
Kini Sullivan beranjak. Meninggalkan Viona dan Erika berdua. Viona segera merekahkan senyuman ramah pada Erika.
"Apapun tawaranmu, aku tetap tidak akan menjual lahanku pada lelaki itu!" tegas Erika.
"Aku tahu. Kalau jadi kau, aku mungkin akan melakukan hal sama," tanggap Viona. Dia mengulurkan satu tangannya. "Kenalkan aku Viona. Istrinya Sullivan..."
Kening Erika mengernyit sambil menyambut tangan Viona. Atensinya tak lepas dari beberapa titik tubuh Viona yang tampak lebam.
"Erika," ucap Erika. "Kau baik-baik saja? Aku yakin semua lebam itu adalah perbuatan Sullivan," tukasnya.
"Memang benar. Bisa dibilang kalau aku adalah orang paling menderita di desa ini. Punya suami kurang ajar dan suka bermain wanita sana-sini. Aku merasa seperti di neraka setiap hari," ungkap Viona.
"Lalu kenapa kau tidak kabur saja?" timpal Erika yang merasa tak habis pikir. Melarikan diri tentu adalah hal mudah bagi wanita kuat sepertinya. Namun itu tentu jelas berbeda dengan Viona yang lemah.
"Aku sudah mencoba kabur puluhan kali. Dan tidak pernah ada yang berhasil. Bisa dibilang aku terjebak di sini. Itulah alasan kenapa aku ada di depanmu sekarang," ucap Viona.
Mendengar perkataan itu, Erika langsung mengerti bahwa Viona ingin berkomplot dengannya. Jelas hal tersebut adalah angin segar bagi Erika. Memiliki komplotan dalam kelompok musuh, tentu adalah keuntungan luar biasa.
"Aku paham maksudmu. Aku dan Ethan sebenarnya sedang membuat rencana untuk membuat warga melawan Sullivan," imbuh Erika.
"Hal seperti itu sudah pernah dilakukan. Itu tidak akan berhasil!" sahut Viona.
"Benarkah? Kenapa? Apa sehebat itu kekuasaan Sullivan?" cecar Erika.
"Apa Ethan tidak memberitahu? Sullivan punya pengaruh besar pada polisi dan pemerintah. Dengan bantuan mereka, Sullivan mampu mempertahankan kekuasaannya dengan kokoh!" jelas Viona.
"Ethan sudah memberitahuku tentang itu. Tapi aku tidak menyangka dampaknya akan sebesar itu. Lalu bagaimana cara kita bisa mengalahkannya?" balas Erika.
Viona mendengus kasar. "Alasanku ke sini karena ingin meminta bantuanmu. Tapi kau malah menanyakan hal itu padaku," tanggapnya.
"Maaf..." Erika tersenyum singkat sembari mengangkat dua alisnya. Dia lalu mencoba berpikir untuk mencari solusi lain. Sampai akhirnya Erika terpikirkan tentang sesuatu.
feeling aku sih masih hidup dan entah sekarang ada di suatu tempat mungkin... kalau enggak lagi dalam masa penyembuhan...
mau kemana coba... anak buah udah pada dibantai sama evan
Penasaran akan tindakan Erika menyelesaikan masalah anak² 🤔💪
syukurlah.....
emang cinta itu rumit ya... kita nggak bisa milih mau jatuh cinta ke siapa...🥰🥰🥰