Clara Alaysya mahasiswi cantik dan pintar yang harus berjuang seorang diri untuk menyambung hidupnya. Clara terkenal dengan sikap keras kepala dan juga cerobohnya.
Suatu hari Clara mengalami kesialan yang sangat lengkap. Clara di pecat dari pekerjaannya dan juga terancam di keluarkan dari kampus karna telat membayar uang semester.
Hingga akhirnya dia mendapat tawaran bekerja di istana pengusaha ternama yang terkenal arrogant. Di tambah lagi pertemuan mereka yang sangat aneh membuat keduanya saling membenci satu sama lain.
"Kenapa ada pria kulkas seperti dia di dunia ini?" Clara Alaysya.
"Semua wanita sama saja! mereka tidak pernah menghargai cinta yang tulus. Mereka hanya menghargai harta dan tahta saja" Rafi Alexander
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Elprida Wati Tarigan, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Part 02
Rafi sedang duduk di tepi danau buatan yang berada di taman kota. Sudah menjadi kebiasaannya duduk menatap air danau yang begitu tenang untuk menenangkan pikirannya. Tapi, tiba tiba dia mendapatkan kejutan yang sangat mengejutkan. Satu sepatu kusam berhasil mendarat mulus di kepalanya sehingga membuat pria tampan itu meringis kesakitan.
"Aw! Sepatu siapa ini?" teriak Rafi mencoba mencari pemilik sepatu yang mengangu ketenangannya.
Hingga akhirnya Rafi melihat seorang wanita yang sedang panik lalu mencoba untuk kabur. Dengan penuh kekesalan Rafi mengejar wanita itu dan menarik tas ranselnya.
"Mau kemana kamu?" ucap Rafi dengan dinginnya.
"He..he saya mau pergi, Tuan. Memangnya tuan ada keperluan apa?" ucap Clara dengan polosnya sambil terkekeh kecil.
"Apa ini milikmu?" ucap Rafi memperlihatkan sepatu yang ada di tanganya.
"Bu...bukan! Itu bukan milik saya"
"Jadi ini milik siapa?"
"Mana saya tau, Tuan. Lihat di sini sedang banyak pengunjung" ucap Clara menunjuk ke arah taman yang sedang ramai pengunjung.
Rafi melihat ke sekelilingnya, benar saja keadaan taman kini sedang ramai. Tapi, tiba tiba Rafi menatap ke bawah dan melihat kaki Clara hanya mengunakan satu sepatu. Rafi mencoba mencocokkan sepatu yang ada di tangannya dengan sepatu yang menempel di kaki Clara.
"Sepatumu yang satu lagi di mana?" ucap Rafi menunjuk kaki Clara.
"Hem... Itu, Tuan" ucap Clara mencoba berpikir.
"Itu apa? Katakan ini milik siapa?"
"Kalau itu milik kaki saya, Tuan! Jika mau marah marah saja sama kaki saya" ucap Clara memperlihatkan wajah lugunya.
Mendengar jawaban dari bocah tengil di depannya Rafi langsung membuang napasnya kasar sambil mengacak acak rambutnya frustasi.
"Tuan! Apa itu?" ucap Clara menunjuk ke belakan Rafi.
Rafi yang penasaran dengan apa yang di tunjuk Clara mencoba menatap ke belakannya. Tidak mau membuang kesempatan Clara merampas sepatunya yang berada di tangan Rafi lalu berlari sekuat tenanganya. Melihat Clara yang mengerjainya Rafi mencoba mengejarnya tapi keburu wanita itu berlari jauh.
"Sial! Awas saja kamu jika bertemu lagi denganku" ucap Rafi menatap Clara yang telah berlari jauh darinya.
Rafi meninggalkan taman itu dengan penuh kekesalan. Rafi yang ingin mencari ketenangan di taman itu malah mendapatkan kesialan karna di permainkan oleh bocah tengil seperti Clara. Rafi terus saja mengumpat dalam hatinya mengingat kelakuan Clara yang mempermainkannya.
...----------------...
Sesampainya di kos kecilnya Clara menghempaskan tubuhnya di atas kasur kusamnya. Dia berpikir ke mana lagi dia mencari pekerjaan untuk membayar uang semester dan juga kebutuhannya. Hingga akhirnya Clara mendengar ponsel bututnya berbunyi, Clara mencoba menekal tombol hijau lalu meletakkan benda pipih itu di telinganya dengan malasnya.
"Hallo" ucap Clara jutek.
"Kamu di mana?" ucap Tika sahabat Clara dari sebrang sana.
"Aku di kos"
"Kamu datang ke kafe biasa ya. Aku tunggu"
"Aku tidak punya uang. Kamu teraktir?"
"Jangan bilang kamu di pecat lagi?"
"Jangan tanya kalau sudah tau jawabannya"
"Ha..ha.. Itu makanya jadi perempuan jangan ceroboh!"
"Jika kamu menghubungiku hanya untuk menertawaiku maka lebih baik matikan saja"
"Cupp! Gitu aja gambek. Ayo kamu ke sini aku yang teraktir"
"Ok! Kalau kamu yang teraktir aku akan segera ke sana" ucap Clara semangat lalu bangkit dari ranjangnya.
Bughh...
"Aw! Kenapa pintunya ada di sini sih" ucap Clara kesal sambil memijit keningnya yang mencium pintu.
"Kalau pintunya tidak ada bagaimana aku keluar ya?" gumam Clara sambil mengaruk kepalanya yang tidak gatal.
Tidak mau membuang waktu Clara langsung berjalan keluar untuk mencari angkutan umum. Dia pergi ke cafe favoritnya dengan Tika sahabatnya yang selalu ada di sampingnya. Benar saja Tika sudah menunggunya di cafe itu seorang diri.
"Hai, Tik. Maaf lama" ucap Clara langsung meminum minuman Tika sampai habis.
"Jangan bilang keningmu mencium pintu lagi" ucap Clara bisa menebak kenapa kening Clara membiru.
"Kalau sudah tau tidak perlu bertanya lagi. Ayo pesan makanannya aku sudah lapar"
" Aku sudah pesan kok. Jangan bilang kamu di pecat karna melakukan kesalahan lagi?" ucap Tika menatap Clara.
"Aku binggung kenapa aku bisa seceroboh ini. Padahal aku ingin sekali sepertimu yang selalu terlihat angun" ucap Clara memelas sambil menatap penampilan Tika yang selalu terlihat anggun dan cantik.
"Kamu bisa sepertiku! Hanya saja kamu tidak mau mempelajarinya. Oh ia! Aku ada pekerjaan bagus untukmu"
"Pekerjaan?"
"Ia pekerjaan. Tapi, kamu harus belajar meningalkan sikap cerobohmu itu terlebih dulu" ucap Tika tegas.
"Akan aku usahakan! Memangnya pekerjaan apa?"
"Pembantu sih, tapi gajinya lumayan besar lho"
"Pembantu?" ucap Clara berpikir.
"Kamu tidak mau? Tapi gajinya sebulan bisa membayar uang semester kita satu semester. Kamu juga mendapat fasilitas dari sana. Kamu bisa tinggal di sana dan juga makan di sana. Jadi gajimu semua aman bisa langsung masuk kantong tanpa harus membaginya dengan uang kos dan juga makanmu sehari hari"
"Memangnya istana mana yang harus aku bersihkan?"
"Istana keluarga Alexander"
"Uhuk..uhuk... Istana keluarga yang kaya raya itu?" ucap Clara kesedak makanannya.
"Minum dulu!" ucap Clara memberikan air minum kepada Clara.
"Ia! Tapi kamu tau sendirikan bagaimana keluarga itu? Kamu harus belajar meningalkan kecerobohanmu jika mau bekerja di sana"
"Aku akan berusaha meningalkan kecerobohanku. Aku akan segera membuangnya jauh jauh"
"Memangnya kenangan yang bisa di buang" ucap Tika terkekeh.
"Aku mau bekerja di sana. Tapi, kamu tau dari mana jika keluarga konglomerat itu butuh pembantu?"
"Tuan besar Alexander adalah sahabat papaku. Dia bercerita sedang butuh pembantu untuk membantu keperluan putranya yang baru pulang dari luar negeri. Aku rasa kamu cocok terlebih lagi dengan masakanmu yang sangat enak. Tapi, kamu jangan menghaguskan istana yang megah itu."
"He..he.. Ok! Kamu atur semuanya ya. Jangan sampai keduluan orang lain"
"Siap, Bos! Ayo cepat habiskan makananmu. Setelah itu kamu mandi dan harus terlihat rapi"
"Memangnya kita mau ke mana?"
"Ke hutan! Ya ke rumah aku lah. Aku akan menyuruh papa untuk berbicara dengan Tuan Alexander agar kamu bisa bekerja di sana sambil kuliah"
"Ok! Kalau begitu ayo"
"Tunggu! Aku belum makan"
"Itu makanya kamu harus belajar menghemat waktu. Waktu itu adalah uang, Tik. Makan saja lama bener"
"Ia ia... Ratu pemburu waktu" ucap Tika tersenyum kecil lalu melahap makanannya.
Sesuai janji Tika, mereka langsung pergi ke istana keluarga alexander bersama papa Tika. Tapi, sebelum ke sana Tika mengajari Clara bagaimana menjaga sikapnya di depan keluarga Alexander nantinya. Keluarga itu keluarga ternama dan terpengaruh di negeri mereka. Jadi, sudah di pastikan hanya orang terpilih saja yang bisa masuk ke istana mereka.
Bersambung....
apa kata maaf itu, menurunkan derajat kaum adam..
otak kerdil..
subhanallah.. apa susahnya mengakui.. takut dibully
sebelum di ip dak diteliti dulu