Judul Novel SEKAR
Sekar sangat penasaran, siapakah orang tua kandungnya, kenapa dia dibesarkan oleh keluarga Wawan. Dikeluarga Wawan Sekar sudah terbiasa menerima cacian, makian bahkan pukulan, segala hinaan dan KDRT sudah menjadi makanannya setiap hari, namun Sekar tetap bertahan, dia ingin tahu siapa orang tua kandungnya, kenapa dia dibuang
Sekar dijemput Cyndi untuk diajak bekerja di Jakarta, dia curiga bahwa kedua orang tua angkatnya menjualnya untuk dijadikan wanita panggilan. Sekar tidak berdaya menolaknya, disamping dia berhutang budi kepada keluarga Wawan dia juga diancam. Tapi Sekar agak merasa tenang, semalam dia bermimpi bertemu Kakek Buyutnya yang bernama Arya, Kakek Arya memberi sebuah Cincin dan Kalung ajaib, benda-benda tersebutlah yang akan membantu Sekar dikemudian hari
Bagaimana kisah Sekar selanjutnya, nasib apakah yang akan menimpanya, Adakah orang yang akan menolong Sekar keluar dari sindikat penculiknya. ikuti kisah Sekar yang mengharukan dan menegangkan
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nek Antin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dirga Dipenjara
Sesampainya ambulans di rumah sakit, Marta dan Ratna langsung di bawa ke IGD.
Marta langsung diperiksa dokter karena lukanya yang kelihatan parah.
Setelah dibersihkan luka-lukanya, dan diperiksa seluruh tubuhnya secara teliti, diketahui Marta mengalami gegar otak ringan, kaki dan tangannya patah.
Marta belum sadarkan diri, tangan dan kakinya di gips oleh perawat, mukanya pun penuh perban.
Sangat mengenaskan keadaan Marta saat ini. Dia terluka karena kebiadaban suaminya.
Sedangkan Ratna hanya dibersihkan lukanya yang ada dimuka yang penuh dengan darah yang sudah mongering, sementara itu giginya Ratna patah lima.
Ratna menangis, dia tidak sadar bahwa ketika tadi dibawa ke rumah sakit, dia belum sempat memakai baju, dia hanya melilitkan selimut yang dilemparkan salah satu ibu-ibu yang tidak ingin suaminya melihat tubuh telanjang Ratna.
Sementara Sekar hanya menunggu di tempat Marta di rawat, tiba-tiba ada seorang perawat yang menghampiri dan menyampaikan bahwa Ratna ingin bertemu.
“Nona, pasien sebelah sana yang datangnya berbarengan dengan Ibu Marta ingin bertemu dengan Nona."
“Tolong sampaikan kepadanya saya sedang sibuk, tidak punya waktu untuk menemuinya."
“Tapi Ibu Ratna butuh bantuan Nona untuk memberi khabar kepada anaknya, bahwa saat ini dia ada di rumah sakit."
“Baik kalau begitu, Suster pakai ponsel saya, tolong kasih tahu anaknya biar dia datang ke rumah sakit."
“Baiklah Nona, saya pinjam ponsel nya Nona sebentar."
Tak lama Suster rumah sakit menelepon Dina dan memberitahukan ibunya sedang ada di rumah sakit.
Suster tersebut sangat terkejut ketika pertama-tama Dina menjawab dengan suara bentakan dan marah-marah tanpa ada sebab.
“Sekar, ngapain kamu telepon saya, kamu mengganggu tahu , jangan sekali-kali kamu telepon-telepon saya lagi, saya muak mendengar suaramu."
“Maaf Nona, saya Suster rumah sakit, ini saya pinjam ponselnya Nona Sekar."
“Ada apa Suster telepon saya?, kalau tidak penting cepat tutup, saya tidak mau repot-repot mendengarkan hal-hal tentang Sekar."
“Nona Dina galak amat, pantesan nona Sekar malas menelepon anda, saya Suster rumah sakit Sehat Sentosa mengabarkan kalau ibunda Nona Dina di rawat di rumah sakit."
“Apa?, bunda saya ada di rumah sakit, kenapa Suster?”
“Datang saja anda ke sini, nanti bisa lihat sendiri apa yang terjadi dengan ibu anda."
Suster Lina namanya yang menelpon Dina langsung menutup telepon, dia juga malas bicara lama-lama dengan orang yang sombong.
“Ini ponselnya Nona, pantesan Nona tidak mau telpon nona Dina karena kesombongannya, terima kasih Nona, saya pamit, mau memberitahukan pada ibu Ratna bahwa nona Dina sudah kami telepon."
“Ya Suster terima kasih kembali."
Suster Lina langsung meninggalkan ruangan tempat Marta dirawat, dia langsung menuju kamar Ratna.
“Ibu Ratna putrinya sudah kami beritahu, mudah-mudahan cepat datang menjenguk Anda."
“Terima kasih Suster."
“Ya Bu sama-sama."
Dengan tergopoh-gopoh Dina menuju ke ruang IGD mencari tempat di mana Ratna di rawat.
Di IGD, Dina bertemu dengan Sekar yang habis dari kamar mandi.
“Sekar, kenapa kamu tidak cepat memberi khabar kalau bundaku dirawat?” marah Dina.
“Apa peduliku?” Sekar menjawab dengan ketus dan cuek.
“Sekar kamu itu sama orang yang lebih tua tidak ada sopan sopannya, kayak yang tidak pernah sekolah saja, ya dimaklumi juga sih namanya orang kampung."
“Saya akan sopan dan baik kalau orang itu baik sama saya, kalau orangnya sombong kayak kamu maaf-maaf saja, tidak sudi."
Dina sangat kesal sekali dengan jawaban Sekar, dia langsung pergi meninggalkan Sekar dan menuju ke tempat Ratna di rawat.
“Bunda apa yang terjadi?, kenapa jadi seperti ini?”
“Semua ini ulah Mama gila mu, dia yang membikin Bunda babak belur begini, gigi Bunda copot lima."
“Kurang ajar, akan saya balas dia, di mana Bun dia dirawat?”
“Dia lebih parah dari Bunda, papamu yang membalaskan nya, Marta dipukul dan ditendang hingga pingsan, mungkin tulangnya pada patah."
“Bagus itu, sekalian saja dia mati, biar Bunda yang menggantikan kedudukannya sebagai istri satu-satunya papa."
“Bunda berharap begitu, tapi karena tindakan papamu melukai Marta, papamu sekarang dibawa ke kantor polisi."
“Apa…, terus gimana ini kalau papa di penjara Bun?, nasib kita bagaimana?”
“Bunda tidak tahu Din, kemarin itu ketika Bunda sama papa sedang berduaan, Marta pulang dari rumah sakit."
"Melihat papa sama Bunda sedang berduaan dia langsung ngamuk, dan Bunda dihajar habis-habisan."
"Melihat Bunda terluka, papa tidak terima, mamamu langsung kena pukul dan tendangan papamu, malah sempet Bunda lihat mamamu diinjak-injak juga, papamu kayak kesetanan."
“Kalau begitu, nanti Dina coba nengok mama, siapa tahu Dina bisa merayu mama untuk tidak memperkarakan papa, dan melepaskan papa dari penjara."
“Ya dicoba saja, Marta sama Dina kan sayang, siapa tahu bisa mendengarkan kata-kata Dina, tolong papamu Din."
“Beres Bun, kalau begitu, Dina kesana dulu ya."
“Ya, hati-hati ngomongnya, jangan pakai emosi."
“Ok Bunda, Dina pergi dulu."
Kemudian Dina berjalan ke ruangan tempat Marta di rawat, disitu ada Sekar yang dengan setia menunggunya, Marta belum sadar juga.
“Sekar bagaimana kondisi mamaku."
“Masih peduli kamu sama tanteku?, urus saja itu pelakor, ibumu."
“Sekar mari kita lupakan perselisihan kita ya, Saya minta maaf kalau selama ini sering bersikap kasar sama Sekar, kita fokus ngurusin dulu mama sampai sembuh, saya tidak mau terjadi apa-apa sama mamaku."
“Mamamu?, masih berani kamu mengaku tanteku mamamu setelah kamu sumpahi mati?”
“Sekar kamu jangan mengada-ada, kapan Saya menyumpahi mamaku."
“Sekali lagi saya minta jangan kau sebut tanteku mamamu, dia bukan mamamu, ibumu adalah si pelakor Ratna."
Dina rasanya ingin menampar mulut pedas Sekar, tapi dia ingat papanya yang harus diselamatkan, sehingga dengan terpaksa dia harus sabar dan menerima penghinaan Sekar.
“Ok Sekar terserah kamu ngomong apa, saya titip mama, saya mau menengok keadaan papa di kantor polisi."
Dina berniat pergi ke kantor polisi untuk menengok Dirga, karena dia lihat Sandra masih belum sadar.
“Bodo amat, saya tidak peduli, kamu mau kemana itu urusanmu sendiri, tidak usah laporan sama saya."
Dina tidak menanggapi apa yang diucapkan Sekar, kalau dia jawab akhirnya nanti bisa jadi berantem.
Dina yang mengalah, dia langsung keluar dari ruangan tempat Marta dirawat.
Dina pergi ke tempat Ratna untuk pamit menengok papanya, dan Ratna mengijinkannya.