Lingga Sari tercipta sebagai makluk dalam dua wujud, bisa menjelma menjadi perempuan yang cantik jelita namun juga dalam wujud kera putih yang besar.
Lingga Sari jatuh hati pada Wanandi, pemuda desa manusia biasa, cinta terbalas, kebahagiaan mereka lengkap dengan hadirnya sang buah hati..
Akan tetapi kebahagiaan itu sirna saat Wanandi mulai tidak kerasan tinggal di kerajaan alam astral.
Kehancuran Lingga Sari semakin parah di saat dia dijadikan abdi oleh dukun sakti..
Suatu ketika Lingga Sari berhasil lepas dari dukun sakti dia lari sembunyi di hutan yang lebat dan bertemu dengan seseorang di hutan lebat itu, siapa dia akan mencelakakan atau membantu Lingga Sari?
Bagaimana perjuangan Lingga Sari untuk meraih lagi kebahagiaan nya, apakah dia bisa bersatu lagi dengan suami dan buah hatinya di alam astral atau di alam nyata????
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Arias Binerkah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 28.
“Lihatlah dengan seksama sosok di atas batu yang kamu kira Wanandi itu, Lingga Sari.” Suara berwibawa laki laki itu lagi..
Lingga Sari yang sudah menutup tubuh molek nya dengan daun talas, menatap sosok yang berdiri di atas batu besar itu.
Dada Lingga Sari berdetak lebih kencang saat kini yang dia lihat bukan sosok Wanandi suaminya, tetapi sosok makluk tinggi besar dengan wajah menyeramkan, tubuh hitam dengan bulu bulu yang sangat lebat. Lebih menakutkan dari pada sosok sosok jin monyet putih yang sering dia temui di Kerajaan Sang Ratu.
Lingga Sari memegang daun talas yang menutupi tubuh nya erat erat sambil berteriak..
“Pergi kamu dari batu itu, aku akan mengambil kain dan selendang ku!” Teriak Lingga Sari sekuat tenaga.
Sosok itu malah mengambil kain dan selendang sutra milik Lingga Sari yang sedang dijemur..
“Ha... ha... ha... Aku tidak akan pergi sebelum menikmati tubuh molek kamu itu cantik jelita...” suara sosok tinggi besar menyeramkan itu.
“Lihat lah cantik kain dan selendang kamu sudah aku bawa.. mau tak mau kamu harus nurut kepada ku..” ucap sosok tinggi besar menyeramkan itu sambil tersenyum menyeringai menatap Lingga Sari yang berdiri gemetaran sambil memegang erat erat daun talas yang menutupi tubuh molek nya, rambut panjang nya yang masih basah tambah membuat nya tampak segar dan membangkitkan gairah mata lawan jenis yang tidak bisa mengontrol nafsu birahi nya.
“Berikan kain dan selendangku, dan cepat kamu pergi dari tempat ini!” Teriak Lingga Sari lagi dengan lantang.
“Ha... ha... ha... ha... sudah ku bilang aku akan pergi kalau sudah menikmati tubuh molek kamu hmmm.” Ucap sosok itu sambil mengelap air liur yang sudah dlewer dari ujung bibirnya.
“Kenapa Bapa diam saja, apa sosok itu wujud Bapa yang sebenarnya..” gumam Lingga Sari di dalam hati dan bersiap siap akan kembali lagi mencebur di sungai untuk menyelam, berenang dan melarikan diri.
Akan tetapi sesaat telinga Lingga Sari mendengar suara berwibawa laki laki yang dia panggil Bapa tadi.
“Lingga Sari, kamu kan sudah melihat wujudku meskipun aku sudah tua tetapi aku masih ganteng tidak seperti sosok yang berdiri di atas batu itu. Kamu jangan takut, kamu tiup saja sosok tinggi besar itu akan kabur..”
“Benarkah?” Gumam Lingga Sari..
“Cepat kamu buktikan!” suara laki laki berwibawa itu.
Lingga Sari lalu menatap sosok tinggi besar yang masih berdiri sambil membawa kain dan selendang sutranya. Lingga Sari lalu meniup dengan sekuat tenaga ke arah sosok yang berdiri di atas batu itu..
“Ha... ha... ha... ha... Aku sudah tidak sabar untuk menikmati tubuhmu cantik ha... ha... ha... “ suara sosok itu sambil tertawa dan akan melangkah turun dari batu akan mendatangi Lingga Sari, sosok yang menyeramkan dan tanpa pakaian hanya bulu bulu hitam panjang yang menyelimuti seluruh tubuhnya itu terlihat bagian tubuh bawahnya sudah menegang, panjang dan besarnya sebesar botol air mineral satu setengah liter.
Lingga Sari benar benar sangat takut dan khawatir...
Akan tetapi belum juga dia melangkahkan kakinya untuk turun dari atas batu.. terjadi angin yang sangat kencang menerpa tubuhnya..
“Haahhh! Haaaahhhh!.. aaaaaaaaaaaaaaaa.....” teriak sosok tinggi besar itu terbang melayang di langit.
“Kain dan selendangku.” Ucap Lingga Sari sambil menatap kain dan selendang nya yang ikut terbang di langit..
“Haduh kain dan selendang ku ikut terbang jauh.” Gumam Lingga Sari lagi
“Jangan khawatir.. panggil lah kain dan selendang kamu itu, mereka akan datang ke arah kamu..” suara berwibawa laki laki itu lagi..
Tidak menunggu lama Lingga Sari pun cepat cepat mempraktikkan nya..
“Wahai selendang dan kain ku datanglah ke sini!” teriak Lingga Sari.
Dan benar kain dan selendang Lingga Sari terbang melayang datang menuju ke arah Lingga Sari berdiri. Tidak lama kemudian kain dan selendang sutra berwarna putih itu sudah menempel di tubuh Lingga Sari.
“Sudah kering kain dan selendang ku.” Ucap Lingga Sari sambil memegang kain dan selendang nya. Hati Lingga Sari pun sangat lega..
“Pakailah dan segera kembali ke tempat pohon tadi.” Suara berwibawa laki laki yang tidak terlihat sosok nya oleh Lingga Sari.
“Baik Bapa.. terima kasih...” ucap Lingga Sari dengan santun. Lingga Sari segera memakai kain panjang batiknya.. lalu menutup pundak nya dengan selendang sutra berwarna putih.
Lingga Sari cepat cepat melangkah menuju ke pohon besar tempat dia bersemadi.. tubuh Lingga Sari terasa segar dan perut nya tidak merasa lapar.
“Kenapa perut ku tidak merasa lapar ya.. apa karena buah yang aku makan itu.. padahal hanya satu buah kecil saja...” gumam Lingga Sari di dalam hati sambil terus melangkah.. padahal tadi dia ingin mengambil ikan dan ubi untuk makan tetapi sang Bapa sudah menyuruhnya cepat cepat kembali dan juga perut nya tidak lapar.
Sesaat kemudian Lingga Sari sudah berada di dekat pohon besar tempat dia bersemedi.. kedua mata Lingga Sari kini melihat lagi sosok Sang Bapa. Laki laki setengah baya memakai jubah putih dan bermahkota raja itu duduk bersila di bawah pohon sambil tersenyum menatap kedatangan Lingga Sari.
“Duduklah..” suara berwibawa laki laki itu..
“Salam Bapa.. terimakasih Bapa sudah menolong aku..” ucap Lingga Sari yang sudah duduk simpuh di depan laki laki itu. Di dalam hati Lingga Sari masih sangat penasaran siapa sebenar nya sosok di depan nya itu.
“Salam Lingga Sari.. semedi kamu sudah berhasil.. sekarang ikuti aku.. Akan aku bawa kamu menuju ke suatu tempat yang itu nanti akan kamu gunakan untuk menyembunyikan jasad suami kamu yang masih akan terus diburu oleh Mona.. Kamu harus menyiapkan dulu tempat itu karena kamu juga harus merebut dulu tempat itu dari makluk makluk yang sekarang berada di tempat itu, yang sebenar nya mereka tidak berhak pada tempat itu.” Ucap laki laki itu dengan nada serius sambil menatap Lingga Sari.
“Bapa tapi saya sudah sangat ingin melihat dan bertemu anak saya dan melihat makam suami saya..” ucap Lingga Sari, kedua matanya memerah dan berkaca kaca karena dia memang sangat rindu dengan anaknya dan sangat kuatir dengan jasad Sang suami.
“Percayalah pada ku anak mu Windy Wanandi baik baik saja.. bahkan dia juga sudah melindungi jasad Ayah dan Nenek nya dari kuasa si Mona. Tetapi selama jasad itu masih berada di sana Mona masih terus akan mencari nya.. dia punya jimat yang membuat orang akan nurut pada kemauannya... apa lagi suami dia kaya bisa menyuap orang orang juga.. Untuk sementara waktu jasad suami kamu masih aman.” Ucap laki laki itu lagi..
“Baiklah Bapa...” ucap Lingga Sari.
“Ayo.. pegang lah jubahku.” Ucap laki laki setengah baya itu lalu bangkit berdiri. Lingga Sari pun bangkit berdiri dan memegang jubah putih yang dipakai oleh laki laki setengah baya itu. Tangan Lingga Sari kini bisa merasakan halus nya kain putih bersih yang dipakai oleh laki laki setengah baya itu.
“Pejamkan kedua mata kamu!” Perintah laki laki setengah baya baya itu saat merasa Lingga Sari yang berdiri di belakang nya sudah memegang jubahnya. Lingga Sari pun cepat cepat memejamkan kedua matanya..
Dan...
CLING. Dua sosok itu sudah hilang lenyap dari hutan lebat yang sudah digunakan oleh Lingga Sari bersembunyi dan bersemedi......
....
othor sedih cover mama lingga diganti ntoon 😭😭😭😭😭😭😭😭😭