Bismillahirrohmanirrohim.
Siapa sangka dirinya akan terjebak di dalam novel buatan kakaknya sendiri, selain itu, sialnya Jia harus berperan sebagai Antagonis di novel sang kakak, yang memang digambarkan untuk dirinya dengan sifat yang 100% berbanding terbalik dengan sifa Jia sebenarnya di dunia nyata
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hainadia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pembunuh bayaran
...Bismillahirrahmanirrahim....
...Sebelum baca jangan lupa bismillah dan shalawat dulu 🤗...
...بسم الله الر حمن الر حيم...
...Allahumma soli ala sayyidina Muhammad wa ala ali sayyidina Muhammad....
...اللهم صلي عل سيدن محمد و عل ال سيدن محمد...
...🍒Selamat membaca semua🍒...
Di malam hari hujan turun sangat deras, memecah kesunyian kota dengan suara tetesannya yang menghantam aspal. Di tengah lorong sempit yang gelap, Jia berlari terengah-engah. Nafasnya memburu, tubuhnya basah kuyup, dan jantungnya berdetak seakan akan meledak saat itu juga. Dia tahu, lima pria bayaran sedang memburu nyawanya.
"Jangan sampai mati lagi," Jia berpikir jika di dunia asalnya mungkin dia sudah mati.
Walaupun begitu Jia tetap berharap bisa bertemu dengan keluarganya kembali entah itu akan terjadi atau tidak yang jelas harapan itu adalah dalam benak Jia.
Semua yang dialaminya malam ini Jia tau jika ini perbuatan Sania. Siapa lagi yang ingin dirinya segera mati kalau bukan Sania. Bagi Sania, Jia adalah penghalang dalam kehidupan gadis itu.
Pemikiran Sania yang sempit sekali itu membuat Jia sungguh tak habis pikir, Sekarang dia yang harus berakhir susah karena otak kecil Sania.
“Kamu tidak bisa lari lagi!” ucap salah seorang pembunuh bayaran.
Namun, Jia tidak menggubris ancaman itu, hingga malam Jia masih bisa menghindari dari mereka, ketika lima pria bertopeng tiba-tiba muncul ketika Jia hendak pulang ke rumah setelah seharian mencoba mencari pekerjaan. Tidak ada waktu untuk berdebat dengan para pembunuh bayaran ini, tanpa pikir panjang Jia segera melarikan diri menjauh dari pada penjahat.
Di lorong sempit itu, Jia menoleh ke belakang. Bayangan pria-pria itu semakin mendekat, sepatu mereka menghentak genangan air, mengepungnya seperti predator mengincar mangsa.
“Cepat atau mati, sial sekali diriku. Kalau saja hanya satu orang aku pasti bisa mengalahkannya, tapi ini sudah lebih dari 2 orang merepotkan sekali.” bisik Jia kepada dirinya sendiri, mencoba melawan rasa panik yang semakin mencekik.
Dia menemukan pintu besi tua di ujung lorong. Dengan sekuat tenaga, dia mendorongnya hingga terbuka. Di balik pintu itu, sebuah gudang tua yang dipenuhi rak-rak besi dan barang-barang tak terpakai. Dia masuk, menutup pintu dengan perlahan, berharap keheningan bisa menjadi sekutunya.
Namun, suara langkah kaki pria-pria itu semakin dekat. Salah satu dari mereka berbicara dengan nada dingin, “Dia di sini. Jangan sampai dia lolos.”
Jia merasakan darahnya membeku, tapi juga kesal. Dia bersembunyi di balik salah satu rak, mencoba menahan napas. Suara decitan pintu yang terbuka membuat jantungnya seakan berhenti. Salah satu pria itu masuk lebih dulu, membawa senter yang menyoroti sudut-sudut gelap gudang. Yang lain mengikutinya, senjata mereka terlihat berkilauan dalam temaram cahaya.
"Kalau kau menyerah sekarang, kami akan membunuhmu dengan cepat tenang saja, kami hanya ingin menyelesaikan tugas kami itu saja tidak lebih," salah satu dari mereka berteriak, suaranya menggema di ruangan besar itu.
Jia tidak menjawab, otaknya terus berputar memikirkan cara agar bisa keluar dari dalam ruangan ini sekarang. Dia meraba kantong jaketnya dan menemukan sebuah pisau kecil yang selalu dia bawa untuk perlindungan diri. Itu bukan senjata yang hebat, tapi malam ini, itu satu-satunya harapan untuk Jia.
Walaupun dia bukan seorang perempuan lemah, tapi tetap saja Jia tidak bisa menghadapi 5 orang sekaligus dalam waktu yang bersaman.
“Aku harus mengecoh mereka dulu, agar bisa melawan mereka satu persatu,” ucap Jia sambil menatap dalam pisau yang dia pegang dengan erat.
Mata Jia berubah tajam, dia terlihat berbeda dari sebelumnya. “Sania, lihat saja aku akan membalas semua ini berkali-kali lipat! Kau sudah mencari lawan yang salah,” Ingin rasanya Jia berteriak kencang untuk meluapkan semua amarahnya, sayangnya untuk saat ini Jia tidak bisa.
“Pisau, kamu satu-satunya teman yang datang ke dunia ini bersamaku. Jadi tolong bantu aku, oke.”
Tak butuh waktu lama Jia merayap pelan ke arah pintu lain di ujung gudang. Namun, suara gesekan sepatunya dengan lantai basah menarik perhatian salah satu pria itu. “Di sana!” teriaknya.
Mereka mulai mengejar Jia lagi ketika mendengar langkah kaki. Jia menendang sebuah tong logam di depannya, menciptakan suara gaduh yang membuat para pria itu berhenti sejenak untuk melihat apa yang terjadi. Memanfaatkan momen itu, dia berlari ke pintu lain dan keluar ke gang belakang.
Tapi dia tidak sendirian. Salah satu pria itu berhasil mengejarnya dan menarik lengannya dengan kasar. Jia melawan, pisau kecilnya berhasil menggores tangan pria itu, membuatnya mengerang kesakitan. Namun, itu tidak cukup untuk melumpuhkannya. Dengan gerak cepat Jia segera membereskan salah satu pembunuh bayaran itu.
Seerrt
Sejenak Jia tak percaya jika dia berhasil. “Pembunuh bayaran amatir rupanya.” Jia tak menyangka akan semudah ini membunuh salah satu dari mereka.
“Lumayan untuk saat ini sudah selesai,”
Namun, ketika Jia berhasil melumpuhkan salah satu dari mereka, penjahat lain datang mendekat. Jia yang menyadari bukan hanya ada satu suara langkah kaki, dia bergegas pergi meninggalkan tempat tersebut sejauh-jauhnya.
"Tidak bisa begini terus, jika aku sendiri pasti nyawaku akan benar-benar melayang ditangan 4 orang itu ditambah lagi salah satu dari mereka telah aku buat lumpuh. Walaupun mereka sepertinya masih sangat amatir tetap saja aku harus waspada."
Tak ingin tertangkap lalu mati dengan sia-sia, Jia terus berlari mencari tempat aman, sehingga ketika dia sampai dijalan umum. Jia melihat sebuah mobil terparkir tak jauh dari tempatnya saat ini, bergegas dia mendekati tempat mobil tesebut.
Pintu mobil terbuka membuat Jia tanpa permisi pada pemilik mobil langsung bergegas naik tidak sadar jika ada dua orang yang menatapnya aneh, ditambah lagi Jia seperti sedang dikerja-kerja penjahat.
Dia masih belum menyadari situasinya saat ini, sekarang yang Jia pikirkan memastikan dirinya sudah aman dari incaran para pembunuh bayaran.
"Aku harus lebih waspada dan mencari rencana yang baik, kalau-kalau orang-orang itu datang lagi."
Memastikan para pembunuh bayaran itu sudah kehilangan jejaknya, Jia baru bisa bernafas lega setelah keempat orang bertopeng itu pergi karena tidak mendapatkan keberadaan Jia lagi.
"Syukurlah, akhirnya aku bisa bernafas lega," ucap Jia menyandarkan tubuhnya di bahu seorang dengan sangat santai.
'Ampun, berani sekali dia. Sebentar sepertinya perempuan ini tidak asing, aku pernah melihatnya. Tapi apa dia tidak sadar jika salah masuk mobil. Bahkan dengan santai duduk disebelah bos dan kepalanya menyender di bahu bo...'
Hmmmm
Belum selesai membatin suara deheman seorang membuat Jia terlonjak kaget sampai reflek berteriak kencang.
"Ayam jantan!!!"