Orang tua yang bercerai, keluarga yang berantakan, cinta yang menyakitkan di masa lalu sampai meninggalkan trauma yang mendalam, membuatnya tumbuh menjadi gadis yang nakal, suka membangkang, sering mabuk-mabukan, dan mengikuti balap liar. Sering kali dia ingin menyerah atas hidupnya, tetapi dia tidak senekat itu untuk mengakhiri nyawanya sendiri.
Marsya hanya sering menyakiti dirinya sendiri seperti menyayat lengannya, hanya untuk menyamarkan rasa sakit di hatinya.
Setelah lelah hidup di lingkungan yang menurutnya berantakan, ia memutuskan untuk pulang ke kota kelahirannya, menempati rumah mendiang neneknya,
akankah setelah merantau kehidupan Marsya akan membaik dan bisa melupakan traumanya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rainy_day, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bermalam dirumah Riana
Setelah sekian lama Rayhan menundukkan kepalanya dan berfikir, akhirnya dia menatap Marsya lagi.
"Maaf Marsya, aku cuma, aku gamau kamu sama orang lain, maaf kalau aku memaksa" ucapnya menundukkan kembali kepalanya sambil terus memainkan jemari tangan Marsya.
"apa kamu bisa membuktikan ucapan kamu Ray? Kamu bilang aku bisa mempercayai kamu kan?" ucap Marsya menyandarkan kepalanya pada bahu Rayhan.
"iyaa, kamu bisa percaya sama aku Marsya, aku akan berusaha sekuat mungkin untuk nggak nyakitin kamu, aku akan membersamai kamu sampai kamu melupakan trauma masa lalu kamu, kita lalui semuanya bareng-bareng sampai kamu sembuh, kita hadapi bersama ya?" ucapnya memiringkan kepalanya untuk menatap wajah Marsya yang bersandar pada bahunya, Marsya hanya menganggukkan kepalanya saja.
"jadi, apa kamu bisa terima aku di sisi kamu? Aku sayang kamu Marsya, memang belum lama waktu yang kita lalui bersama, tapi kamu sudah mencuri hatiku sejak pertama kali kita bertemu" ucapnya lagi.
Deg deg deg
Marsya tersipu mendengar ucapan Rayhan, mendengar suaranya yang berat dan sedikit serak terlebih menguar aroma alkohol yang pekat dari mulutnya, membuat udara di sekitarnya kian terasa memanas.
"hmmm iya" ucap Marsya.
Marsya tak menolak, karena sebenarnya Marsya pun menyukai Rayhan, dan merasa nyaman jika bersama dengannya, dia hanya perlu waktu untuk menyembuhkan trauma masa lalunya.
"jadi sekarang kamu adalah milikku Marsya, aku juga milikmu" ucap Rayhan mengecup puncak kepala Marsya lalu mengusap lembut rambut panjang Marsya.
Marsya dan Rayhan terus mengobrol di balkon kamar milik Riana, menghabiskan waktu mengenal satu sama lain, mereka tidak ingin mengganggu teman-temannya yang sedang asik melakukan hal yang iya-iya, apalagi Marsya takut traumanya terpicu lagi jika menyaksikan temannya yang berbuat seperti itu.
"Syaa, kayaknya yang di dalem udah gak kedengeran suaranya lagi deh" ucap Rayhan, Marsya menegakkan tubuhnya lalu menajamkan indra pendengarannya, dan benar saja tidak terdengar suara teman-temannya dari dalam kamar.
"lagi pada ngapain ya? Apa udah pada tidur?" ucap Marsya lalu melihat jam tangan yang melingkar di pergelangan tangan kanannya, jam sudah menunjukkan pukul 11.25 hampir tengah malam. Marsya dan Rayhan pun memutuskan untuk masuk kembali ke dalam kamar Riana, dan benar saja ternyata mereka sudah tertidur dengan pasangannya masing-masing, dengan lampu yang sudah dimatikan, meskipun di dalam kamar sangat gelap tetapi cukup terlihat karena cahaya bulan yang masuk melalui celah ventilasi.
"ughh apa gapapa seperti ini?" ucap Marsya merasa tidak nyaman melihat pemandangan di depan matanya, itu berarti dia akan tidur bersebelahan dengan Rayhan karena tidak ada tempat lagi yang tersisa.
"kenapa?" ucap Rayhan yang menangkap gelagat tidak nyaman dari kekasih barunya itu, Marsya hanya menggelengkan kepalanya saja.
"tidurnya kenapa ga misah aja sih kenapa mesti pasangan gitu" gumam Marsya.
"Gapapa, kamu tidur aja, aku jagain ya" Rayhan mengambil posisi di sebelah pacarnya Mona, lalu mempersilahkan Marsya tidur di samping kanannya dekat tembok. Jadi posisinya adalah di dekat tembok sebelah kiri ada pacarnya Riana, lalu Riana, Mona, pacarnya Mona, Rayhan, dan di ujung dekat tembok kanan ada Marsya, yaa mereka berjajar, untung saja kasur Riana ini ukurannya besar.
Marsya merebahkan dirinya menghadap Rayhan yang tertidur terlentang menghadap langit-langit kamar, Marsya merasa tidak nyaman tetapi apa boleh buat, sudah hampir tengah malam, memaksa untuk pulang pun dia khawatir ada kendala di perjalanan, karena daerah rumah Riana ini cukup sepi, dan kawasan yang sering di lalui oleh geng motor yang sering kali meresahkan warga.
"Hei kata Riana kamu kerja jam 11 besok?" ucap Rayhan membalikkan tubuhnya menghadap Marsya.
Deg deg deg
'ughh sialll, ini terlalu dekat, jangan sampe dia denger suara jantung gua' batin Marsya.
"Iyaa, kenapa?" ucap Marsya sambil menghalangi dadanya dengan kedua tangannya berharap suara detak jantungnya tak terdengar oleh Rayhan, beruntung Riana mematikan lampunya sehingga tidak terlihat wajah Marsya yang sedang tersipu.
Yaaa suasana yang cukup intim, sepertinya Riana memang sengaja membangun suasana seperti ini, apalagi dia sengaja mengumpulkan temannya bersama pasangannya masing-masing, entahlah apa yang dia pikirkan.
"Besok pulang kerumahku ya, ganti baju kerja dirumah aku" ucapnya.
"gabisa Rayhan, aku kan kerjanya pake seragam, aku mesti balik kerumah, seragam aku dirumah" ucapku
"yaudah besok aku antar, sekarang tidur" ucapnya lalu mengusap lembut kepala Marsya.
"tapi aku gabisa tidur Ray, aku takut tangan pacarnya Mona meluk kamu, nanti tangannya kesini" ucap Marsya sedikit mendongakkan kepalanya untuk berbisik pada telinga Rayhan.
"ahhh Marsya"
Marsya tertegun mendengar suara desahan Rayhan yang terdengar begitu sexy menurutnya.
"diam, jangan banyak bergerak" ucapnya lagi dengan suara yang berat dan serak, membuat Marsya mematung di tempatnya.
"kamu gausah khawatir, kamu tidur aja, aku jagain ya" ucapnya lagi.
"tapi kamu juga jangan macem-macem ya Ray" ucap Marsya dengan tubuhnya yang masih diam mematung.
"Iya sekarang tidur" ucap Rayhan
'astagaaa bahaya banget posisi begini, dia gak ngerasa apa? dia gerak dikit, kakinya nyentuh sesuatu yang seharusnya gak di sentuh, duh mana sempit banget lagi' batin Rayhan.
Setengah jam berlalu, tepat tengah malam, Rayhan melihat Marsya sudah terlelap dalam tidurnya, begitupun dengan teman-teman dan para pasangannya, sedangkan dia terus menahan diri ketika melihat Marsya yang tengah tertidur. Cahaya yang temaram, tubuhnya yang panas akibat alkohol, apalagi melihat Marsya yang tengah tertidur lelap terlihat sangat cantik dan sexy membuat dirinya semakin bergairah.
Glek
'siall' Rayhan menelan ludah dan mengumpat di dalam hati, dia sekuat mungkin menahan diri dan menekan gairahnya, dia tak ingin membuat Marsya kembali ketakutan saat bersamanya.
Rayhan meraih guling dan disimpannya di sebelah Marsya, lalu dia bangkit menekan saklar lampu, dan seketika ruangan yang temaram berubah menjadi terang benderang.
"sssshhh astagaaaa silau banget" ucap Riana menutupi matanya dengan kedua tangannya.
Sedangkan Rayhan mengambil air dingin dari kulkas mini milik Riana dan meminumnya.
"ngapain sih Ray? Astagaaa silau banget" ucap Riana terbangun dari tidurnya.
"Haus Ri, gerah banget sumpah, engap, gabisa di nyalain aja apa lampunya?" ucap Rayhan menyandarkan tubuhnya pada dinding dekat kaki Marsya.
"kalo lampunya di nyalain malah tambah gerah Rayhan, tambah engap, matiin lagi lampunyaa" jucap Riana terlihat kesal kepada Rayhan.
"ck iyaaa" Rayhan tidak bisa menolak perintah tuan rumah, Rayhan kembali mematikan lampunya, karena Rayhan merasa kegerahan, akhirnya dia membuka bajunya, dan merebahkan kembali tubuhnya di samping Marsya.
"Kamu cantik" ucap Rayhan memainkan rambut panjang Marsya.
Rayhan terus terjaga sepanjang malam, selain dia menahan gejolak di dalam dirinya, dia juga ingin menjaga Marsya yang sedang tertidur.
jika berkenan mampir juga dikarya baruku trimakasih😊