Obsesi Mafia kondang pada seorang gadis yang menjadi jaminan hutang kontrak nya dengan ayah gadis tersebut.
Kisah keluarga yang saling menyakitkan namun menyembuhkan kedua nya saat bertemu. Sang kakek yang mempunyai rencana lain untuk menyatukan kedua nya, untuk mengatur Cucu nya dia butuh Gadis itu.
Tak disangka Mafia tersebut membawa gadis itu keluar dari dunia nya yang tidak baik-baik saja.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon OrchidCho, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Psikopat
Wajah datar yang siap menghunus pisau dipundak pria yang mulutnya dibungkam oleh handuk. Tangan cepatnya mendekat tepat sebelum ujung pisau mendekat ke kulit.
"Mmm..tungg..uuu" meski suara dibungkam Leon mengerti sinyal nya, ia menaruh pisaunya dan membuka buntelan handuk dari mulut pria tersebut.
"Ini salah paham, aku menyuruh orang untuk mengikutinya, tapi malam itu ada perampok masuk dalam rumah putrinya, orang ku memberikan foto ada Robby ayah nya itu ada dalam foto. Aku telah lama mencarinya untuk mendapatkan uang ku kembali, sungguh..ini salah paham" jelas pria tersebut.
"Kenapa kau mengincar putrinya?" Tanya Leon yang masih kurang puas dengan jawaban nya.
"Kupikir putri nya tahu dimana keberadaan ayah nya itu, sungguh!" Ujar pria tersebut.
"Karena foto, kau juga menyiksanya?" Tanya Leon dengan tatapan tajamnya.
"Itu aku hanya berusaha untuk membuat putrinya bicara" ceplos pria tersebut tanpa tahu konsekuensinya.
Leon marah, hanya melihat anak buah nya pun mengerti mengambil handuk dan membungkam pria tersebut.
"Hmm..mmm!!!" Pria itu ketakutan, ia tidak mengerti salahnya.
Leon kembali memegang bahu pria tersebut dengan pisau ditangan nya.
"Kesalahan mu, ketika tangan mu menyentuh sehelai rambutnya" jawab Leon sambil mengatupkan giginya.
Seeeekkk... Crrruuaatt
"Hmmmm!!!!!!!"
Leon menusuk dan mengiris sedikit daging di bahu pria tersebut, tanpa anastesi darah pun keluar begitu saja meski hanya satu aliran darah, hingga beberapa darah muncrat ke wajah pucat nya, pisau membuat rasa sakit luar biasa mengenai kulit nya.
Tanpa sarung tangan operasi terlihat tangan Leon penuh darah, sampai peluru terlihat mencuat dengan santai Leon menaruh pisau begitu saja dibawah, menggunakan jarinya ia mengambil peluru mencuat itu dengan tangan yang berlumuran darah.
"Hmm..hhh.." jeritan tertahan terdengar, wajahnya pun penuh keringat mengalir panas dingin karena tak kuasa menahan sakit luar biasa itu.
Leon menunjukkan sebesar apa peluru itu pada pria tersebut.
"Jangan marah padaku, aku hanya berusaha menolong mu, bukan kah aku sangat baik..haha" tawa Leon meski hanya sebentar memperlihatkan giginya.
Namun itu terlihat tawa mengerikan, pria ini bisa saja membunuh lebih kejam.
Tang
Leon menaruh peluru tersebut dalam nampan besi, lalu ia menyiram kembali disinfektan ke luka pria tersebut, suara erangan kesakitan itu terus menggema di seluruh gudang.
Tanpa anastesi lagi Leon menjahit luka tersebut dengan benang khusus operasi, meski wajahnya datar tidak ada terlihat tanda kesusahan apalagi terlihat serius, Leon menjahitnya dengan rapih luka pun tertutup sempurna. Anak buah nya pun melepas pria tersebut bahkan handuk berada di mulutnya juga.
Dengan handuk Leon mengelap tangannya yang penuh darah. Ia mengambil kembali peluru tersebut.
"Lihat ini, peluru ini dari bahu mu, lain kali peluru ini akan bersarang dikepala mu" terang Leon memperlihatkan peluru tadi pada pria tersebut.
Kling .. Kling..
Leon melempar peluru didepan pria tersebut, membuat peluru menggelinding, mata pria tersebut melihat peluru di depan nya.
"Pergi, perlihatkan peluru itu pada pria yang menyuruh mu, dan katakan datanglah ke padaku" perintah Leon melihat ke kiri ada senapan hitam didekatnya.
"Jika kau tidak mau melakukan nya, jangan khawatir senapan ini akan lebih bersahabat dengan kepala mu" lanjut Leon ia tersenyum.
Artinya ada penembak jitu yang selalu mengikuti nya kemana pun ia berada.
Setelah itu Leon sudah memakai Jaz nya ingin pergi dengan mobil sendiri.
"Oh iya Bos, orang yang mencuri uang kita harus apakan?" Tanya orang tangan kanan nya.
"Hahhh" Leon menghela nafasnya ia baru teringat.
"Kau saja yang urus" perintah Leon yang sudah pasti terserah keputusan itu untuk orang tangan kanan nya.
"Baiklah, hati-hati dalam perjalanan" patuh anak buahnya.
Leon pun masuk dalam mobil dan segera pergi dari sana.
...
Ditempat lain dijam yang sama, Hana turun dari mobil hitam ia berada dirumahnya untuk mengambil beberapa pakaian dan barang ia butuhkan.
Dari tadi Jey sudah menunggu Hana yang datang ke sini, dengan motor Harley nya.
"Kak Jey" panggil Hana.
"Ingin kemasi barangmu?" Tanya Jey.
Didalam Hana merapihkan barang yang penting saja, ia membawa sedikit barang nya.
"Apa ini sungguh keputusan mu? Kita tidak bisa lagi bertemu" ujar Jey yang hanya berdiri melihat Hana yang mondar-mandir mencari barang penting untuk dibawa.
"Kenapa tidak bisa? Aku akan berkunjung kesini" menghentikan gerakkan nya Hana bahkan menoleh itu adalah hal tidak mungkin.
"Menurutmu apa Leon mengijinkannya? Pria itu tidak bisa dipercaya" balas Jey yang mendekat.
Hana melihat ke arah Jey sambil terdiam, berpikir kenapa Jey begitu keras melarangnya pergi, dan terus menganggap kalau Leon tidak baik.
"Tidak bisa begini, aku akan pesan tiket pesawat untuk kita pergi, ayo" Jey menarik pergelangan tangan Hana, namun baru tiga langkah Hana menahan tangan nya, membuat Jey menoleh dan melihat tangan Hana.
"Tidak Kak Jey, aku tidak bisa pergi bersama mu, aku.." ucapan Hana menggantung jelas menolak usul Jey.
"Kau.. jangan bilang..kau suka padanya?" Tebak Jey yang mana tebakkan nya benar.
Dengan perlahan Jey melepaskan tangan nya dari pergelangan tangan Hana.
"Itu diluar kendali ku, kak Jey tidak usah khawatir" jawab Hana dengan menatap Hey didepan nya.
"Aku sudah katakan padamu, Leon adalah pria berbahaya. Dia seorang Mafia" ceplos Jey begitu saja, ia ingin Hana melihat pahitnya. Hana melebarkan matanya setelah mendengar itu.
"Buka matamu, kau tahu mafia seperti apa, membûnūh, narkóbá, bahkan senjátá, kau bisa dalam bahaya" jelas Jey yang memegang pundak Hana.
Hana teringat waktu kejadian barada di villa milik Leon, saat itu Leon menyembunyikan senjátá dibawah bantalnya. Lagi dia pandai bela diri, dan mengobati dirinya tanpa perlu ke rumah sakit.
"Dia sangat sempurna kan, yang terlihat sempurna belum tentu baik, aku diam selama ini karena aku takut kau ikut terluka, dan entah bagaimana cara nya ia bisa menemukanmu, itu bukanlah kebetulan karena dia mampu melakukan itu, tanpa pandang bulu dia bisa membunuhmu juga" jelas lagi Jey, berhasil membuat Hana ragu.
"Tidak mungkin, dia melakukan itu pasti ada alasan nya" jawab Hana menepis segala argumen Jey.
"Semua hal pasti ada alasan, kau bersikeras pergi bersamanya pun ada alasan nya. Tapi.. Hana, awal nya biasa dia bisa menjadi sangat brutal, bahkan menjadikannya psikôpát" terang Jey.
Bagaimana jika itu benar yang dikatakan Jey kalau Leon adalah Mafia, Hana berusaha tetap memikirkan dirinya.
"Kak Jey, aku kini tidak punya tujuan lagi, aku terlalu lelah menanggapi ancaman, lelah untuk melapor bahkan segalanya, aku tidak keberatan dengan apapun itu mafia, atau pémbûnûh sekalipun, tapi..satu-satu nya pria yang bisa menarik ku keluar, hanya dia" jelas Hana yang mengeluarkan semuanya, yang bahkan tidak keberatan hal itu.
"Jika dia mafia, sangat terhormat bisa bertemu dengan nya.. Jangan khawatir jika Leon mémbûnúhku, kak Jey tolong tangkap dia, dan bûnúh dia untukku" senyum Hana pada Jey.
"Hana" tak menyangka Jey, kenapa Hana mengatakan hal tak pernah ia bayangkan.