Setelah melalui malam panas bersama dengan seorang pria yang dia sewa, Zhia tiba-tiba hamil. Zhia melahirkan sepasang anak kembar yang sangat genius. Tapi dia tidak pernah menyangka pria yang dia sewa dulu adalah seorang Ceo dari perusahaan terbesar didunia bahkan seorang ketua Mafia! Rayden Cano Xavier, Ceo tampan yang memiliki sifat dingin, arogan dan sangat kejam.
Hay, kak!😄😄😄
Novel ini masih On Going 'yah, kak! Dan akan Update 1 Bab/hari.
Jadi, mohon dukungannya 'yah!🙏🙏😄
Jangan lupa tinggalkan like, Coment, Vote dan kasih bintang 5 juga 'yah! Biar semakin bersinar novelnya!😘
Novel ini hanya ada dan akan update di Aplikasi Noveltoon/Mangatoon saja. Yang ada ditempat lain itu semua plagiat. Jadi, mohon dukungan untuk novel orisinilku ini 'yah!😉
Dan jangan Lupa berikan ❤💕💖 untuk Author tersayang kalian ini!😘😘😘
Tambahkan ke rak novel favorit kalian 'yah! supaya tidak ketinggalan kisah seru Double L!😉
Terima kasil All!😉😘😚😙
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Pertemuan Rayden dan Si Kembar
Sementara itu, Zhia tengah menghubungi atasannya yang bernama Evan Joseph untuk memberitahu bahwa dirinya ingin mengurkan diri dari Program IT yang sedang berlangsung itu dan meminta untuk segera Kembali ke negara B secepatnya.
Zhia tidak bisa tinggal diam saja, setelah mengetahui kebenaran tentang ayah kandung si kembar.
“Hallo, Tuan Evan!” sapa Zhia begitu sambungan teleponnya diterima oleh bossnya.
“Iya, ada apa Zhia?” sahut Evan yang langsung menanyakan tujuan Zhia menhubunginya terlebih dahulu.
“Begini, Tuan Evan! Saya ingin mengundurkan diri dari Program ini dan meminta secepatnya untuk bisa kembali ke negara B.” Zhia pun langsung memberitahu niatnya itu.
“Hah? Kenapa, Zhi? Apa alasannya, bukankah semuanya berjalan lancar disana? Aku bahkan telah memberikan rumah yang lebih besar seperti yang kau inginkan selama berada disana!” ujar Evan yang terdengar sangat terkejut dengan keputusan Zhia yang tiba-tiba saja menyerah pada Program itu.
Padahal seeblumnya Zhia bersikeras untuk menanganinya seorang diri.
“Iya, semuanya berjalan dengan lancar disini. Akan tetapi, ada masalah pribadi yang tidak bisa saya beritahukan kepada anda,Tuan Evan!” ujar Zhia nada bicaranya terdengar seperti terjadi masalah besar didalm hidupnya.
“OK, saya dapat mengerti tentang itu. Tapi kau tidak bisa seenaknya seperti ini.” Ujar Evan yang terdengar sedang tertekan dan frustasi karena Zhia.
“Begini saja, berikan saya waktu untuk mencari penggantimu disana. Mungkin 4-5 hari untuk mengurunya, bisakah kau bertahan sampai saat itu disana?” lanjut Evan lagi yang memberikan sebuah solusi untuk sementara waktu saja dia meminta Zhia untuk tetap tinggal.
Zhia terdiam, dia tengah mempertimbangkan permintaan bossnya itu. Disatu sisi, Zhia ingin segera meninggalkan tempat ini dan disisi lain, dia merasa bersalah pada bossnya.
“Zhi, kau masih disana?” ujar Evan menyadarkan Zhia dari lamunannya.
“Baiklah, Tuan Evan! Saya akan bertahan disini selama beberapa hari lagi. Hubungi saya, jika orangnya sudah berangkat.” Ujar Zhia yang akhirnya menyetujui permintaan bossnya untuk mengurangi rasa bersalahnya.
Setelah itu, Zhia memutuskan sambungan teleponnya.
Diruangan Rayden, Will muncul dari balik pintu dengan membawa beberapa berkas yang diminta oleh Tuannya itu.
“Tuan, saya sudah mendapatkan datanya!” ujar Will sambil menyerahkan berkas yang ada ditangannya pada Rayden.
“Data milik siapa? Hacker itu atau anak kembar itu?” tanya Rayden sembari membuka dan membaca berkas itu satu persatu.
“Itu adalah data anak kembar yang mirip dengan Tuan.” Jawab Will yang membuat Rayden langsung menatapnya dengan tatapan dinginnya.
“Luca Maverick dan Lucia Maverick!” ujar Rayden dengan kening berkerutnya, dia merasa tidak asing dengan nama itu.
“Iya, Tuan! Itu nama mereka berdua, usianya baru 6 Tahun.” Sahut Will dengan cepat.
“Siapkan mobil! Ayo, kita pergi melihat mereka sekarang!” perintah Rayden pada Will masih dengan ekspresi dinginnya.
“Baiklah, Tuan!” sahut Will yang selalu cepat tanggap.
Rayden pun langsung beranjak dari tempat duduknya dan berjalan meninggalkan ruangannya diikuti oleh Will beserta para pengawal dibelakangnya. Mereka pun langsung tancap gas menuju dimana Luca dan Lucia sedang bersekolah saat ini.
Mendengar tentang kunjungan seorang Ceo besar kesekolahnya, Pak kepala sekolah pun langsung menyiapkan penyambutan yang sangat meriah. Sesampainya disekolah tersebut, Rayden pun langsung melangkah turun dengan elegannya begitu Will telah membukakan pintu mobil mewahnya.
“Selamat datang disekolahan kami ini, Tuan Xavier!” sapa Kepala Sekolah yang menyambut dengan senyuman yang sangat merekah.
“Hmmm, Dimana mereka?” ujar Rayden yang langsung menanyakan keberadaan Luca dan Lucia.
“Mereka sudah ada didalam, Tuan! Silahkan ikuti saya, Tuan!” Kepala Sekolah pun langsung mengantar sendiri keruangan dimana Luca dan Lucia disuruh menunggu disana.
Semua guru wanita langsung terpesona dengan ketampanan Rayden begitu melihatnya, Sebagian besar mereka berbisik pada satu sama lain. Bahkan Will pun tidak luput dari ghibahan mereka.
“Silahkan, Tuan! Mereka sudah berada didalam.” Ujar Kepala sekolah yang langsung mempersilahkan Rayden untuk masuk.
“Will, kau ikut masuk denganku. Untuk yang lainnya tetaplah berjaga disini!” perintah Rayden pada para pengawalnya.
“Baik, Tuan!” sahut Will dan para pengawal yang lainnya secara serentak.
“Silahkan, Tuan!”
Will pun membukakan pintu untuk Tuannya. Rayden pun langsung masuk kedalam Bersama dengan Will yang berada dibelakangnya.
Begitu masuk, bola mata Rayden dan Will seketika membulat. Mereka benar-benar tidak bisa percaya bahwa Luca dan Lucia memang sangat mirip dengan Rayden saat masih kecil.
Sementara reaksi Luca dan Lucia terlihat biasa saja, mereka bahkan menatap Rayden dengan sangat intens seakan sedang menilai penampilan ayah mereka dari bawah sampai atas.
“Siapa sebenarnya mereka? Kenapa sangat mirip denganku? Apakah benar mereka adalah anak-anakku? Lalu siapa ibunya? Kenapa ibunya tidak mencariku untuk meminta pertanggung jawaban dariku?” Segudang pertanyaan seketika muncul dibenak Rayden.
“Woah, Tuanku sungguh sangat hebat! Baru saja memutuskan untuk menikah, sekarang anaknya sudah sebesar ini bahkan sekaligus dua.” Batin Will yang takjub begitu melihat Luca dan Lucia.
“Kak, ternyata mamah berbohong! Lihatlah, dia sangat tampan dan juga keren.” Celetuk Lucia yang memecah suasana canggung diantara mereka.
“Luci, Diamlah!” bisik Luca yang meminta adiknya agar tidak bicara sembarangan.
“Tuan, lihatlah! Putrimu sedang memuji penampilanmu sekarang!” celetuk Will tanpa sadar mengakui bahwa Lucia adalah anak dari Tuannya.
“Will, diamlah atau aku lempar keluar kau dari jendela yang ada disana!” ujar Rayden dengan tatapan dinginnya yang mampu membunuh Will saat itu juga.
Detik itu juga Will pun langsung membungkam mulutnya rapat-rapat.
“Hay, apa kalian berdua mengenalku?” tanya Rayden masih dengan ekspresi dinginnya.
“Lalu, apakah anda mengenal kami?”
Bukannya menjawab, Luca malah balik bertanya dan menirukan ekspresi dingin yang ditunjukan Rayden barusan.
“Tidak!”
Tanpa sadar Rayden langsung menjawabnya, hingga membuat Will ingin menertawakannya. Menyadari hal itu, Rayden pun langsung mengeluarkan tatapan membunuhnya pada Will.
“Terus kenapa anda ingin menemui kami?”
Beruntung sekali Will karena Lucia langsung mengalihkan perhatian Rayden dengan pertanyaannya.
“Apa kalian berdua tidak melihat berita pagi ini?” Sekarang kebalikkannya, Rayden tidak langsung menjawabnya tapi malah balik bertanya.
Luca dan Lucia pun langsung menggelengkan kepala mereka dengan wajah polosnya yang terlihat sangat menggemaskan.
“Aku menemui kalian berdua karena wajah kalian sangat mirip denganku waktu kecil. Banyak orang yang mengatakan bahwa kalian berdua adalah anak kandungku. Jadi sekarang beritahu aku, siapa ayah kandung kalian yang sebenarnya?” tanya Rayden dengan sedikit memaksa.
“Kami tidak punya ayah!” ujar Luca dan Lucia secara serentak.
“HAH? APA!?”
Rayden langsung tersentak kaget, dia hampir saja terjatuh jika Will tidak segera menahannya.
“Tuan, tidak apa-apa?" Tanya Will yang mengkhawatirkan Tuannya.
Namun, Rayden hanya menjawab melalui lambaian kecil tangannya.
“Bagaimana dengan ibu kalian? Kalian masih punya ibu ‘kan? Siapa namanya?”
Sederet pertanyaan Rayden lontarkan pada kedua anak kembar itu. Belum sempat si kembar menjawabnya, suara seseorang mengalihkan perhatian mereka semua terutama Rayden.
“Luca! Lucia!”
Zhia tiba-tiba saja masuk keruangan itu dengan wajahnya yang sudah terlihat sangat panik, nafasnya juga tersengal-sengal seperti habis melakukan lari marathon.
“Mamah!” seru Luca dan Lucia yang berlari menghampiri Zhia dan langsung memeluknya dengan erat.
“Kau?” ujar Rayden sembari menunjuk kearah Zhia dengan tubuhnya yang seperti membeku ditempat, begitu mengetahui bahwa Zhia dalah ibu dari anak-anak itu.
Bersambung.................