"Aku ingin bercerai karena aku sudah tahu maksud busuk mu! Tidak ada hubungannya dengan Rose! Aku tidak pernah mencintaimu sejak awal. Kau telah merampas posisi Rose sebagai istriku!"
"Selama aku tidak menandatangani surat cerai, itu tetap dianggap selingkuh! Dia tetaplah perusak rumah tangga!"
Setiap kali Daisy melawan ucapan Lucifer, yang dia dapatkan adalah kekerasan. Meskipun begitu dengan bodohnya dia masih mencintai suaminya itu.
"Karena kamu sangat ingin mati, aku akan mengabulkannya!"
Kesalahpahaman, penghianatan, kebohongan. Siapa yang benar dan siapa yang salah. Hati nurani yang terbutakan. Janji masalalu yang terlupakan. Dan rasa sakit yang menjadi jawaban.
Apakah kebenaran akan terungkap?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon little turtle 13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Dia Tidak Mungkin Mengkhawatirkan Ku
Di ruang tengah, Daisy duduk di lantai sambil memeluk tubuhnya yang gemetar, membiarkan darah menetes ke bajunya. Paman Calix berjalan mendekat dan ingin membantunya, tetapi Daisy mundur.
"Jangan, jangan datang.. Aku akan menenangkan diri sebentar.."
Paman Calix berdiam di tempat dan menatap Daisy yang duduk di lantai dengan cemas. "Nona Daisy, anda perlu membalut tangan anda.." tutur Paman Calix dengan khawatir.
Daisy mengangkat kepalanya, dan dengan raut wajah lelah dia berkata, "Aku baik-baik saja. Aku akan kembali ke kamarku sendiri. Tolong katakan pada Bibi Marlin untuk menyiapkan makan malam, aku akan berbaring sebentar.."
Dia berjalan cepat melintasi setiap lorong dan ruangan yang gelap sambil terburu-buru menyalakan semua lampu. Tubuhnya yang gemetar berangsur-angsur mengendur. Dia takut disentuh dan takut pada kegelapan karena trauma masa kecilnya.
Dia telah berusaha keras untuk mengatasi rasa takutnya, tetapi dia menunjukkan respons stres saat Lucifer menyentuhnya. Dalam beberapa tahun terakhir, dia dengan hati-hati menjaga pernikahannya. Tetapi dia masih belum dapat mencapai hati Lucifer.
"Mengapa dia sangat membenciku? apa yang telah ku perbuat padanya?" gumam Daisy.
Hal itu sudah Daisy pahami sejak lama. Sejak Lucifer menuang sebotol anggur ke kepala nya di hadapan semua tamu undangan, tepat di hari pernikahan nya.
"Dengan bodohnya saat itu aku hanya tersenyum dan mengatakan pada semua orang kalau dia hanya sedang mabuk.."
"Padahal aku tahu betul kalau sejak saat itu dia sudah membenci ku."
Masih tidak bisa pudar dari ingatannya tatapan mengejek dari teman-teman Lucifer. Mereka tahu dan menganggap Daisy adalah seorang pengganti. Orang-orang pasti juga sudah mendengarnya.
Dan setelah melihat sikap Lucifer, orang lain di sekitarnya pasti semakin yakin bahwa Daisy telah menggunakan trik kotor untuk menikah dengan Lucifer yang berasal dari keluarga terpandang.
Tentu saja, dia tahu bahwa Lucifer sengaja membuatnya terlihat seperti pecundang di depan semua orang sehingga dia tidak bisa mengangkat kepalanya di masa depan. Dia menggantikan posisi yang seharusnya menjadi milik saudara nya, Rose.
"Berapa lama aku tertidur.." gumam Daisy saat terbangun dan mendapati langit telah gelap.
Dengan segera dia berlari ke kamar mandi dan membersihkan dirinya. Dia merawat lukanya sebentar, kemudian keluar kamar. Ketika turun dari lantai atas, dia melihat Lucifer duduk di ruang makan. Gerakannya anggun dan menawan seperti seorang pangeran, sama seperti saat pertama kali bertemu dengannya.
"Nona Daisy, anda sudah bangun?"
"Saya membuat makanan kesukaan anda, sup jamur.." teriak Bibi Marlin dari bawah, dilengkapi dengan senyum ramah di wajahnya.
"Iya, terima kasih.." jawab Daisy setelah sampai di meja makan.
Daisy menarik kursi di depan Lucifer dan duduk untuk makan. Keduanya makan makanan di piring mereka masing-masing dalam diam.
Ada sedikit bau desinfektan dan salep yang mengganggu. Lucifer mengerutkan keningnya dan menatap orang yang sedang mengambil sup itu. Mata juga pipi yang bengkak, dan perban di tangan yang menarik perhatiannya.
"Wajahmu terlihat sangat bengkak, membuat ku semakin mual untuk melihatnya!" Lucifer mengatakannya dengan ekspresi jijik di wajahnya.
"Ah, aku kehilangan nafsu makan ku.." Lucifer meletakkan sendok nya.
"Apa kamu tidak tau cara mengoleskan obat?" tanya nya meskipun dia sudah mencium bau salep.
Daisy meremas sendok di tangannya, lalu melepaskannya saat merasakan sengatan dari lukanya.
"Aku sudah mengoleskan obat, nanti aku mengompresnya.." jawab Daisy dengan tenang.
'Apa dia khawatir?' batin Daisy.
Hati Daisy tiba-tiba terasa hangat. Meskipun ungkapan Lucifer sedikit kasar.
"Aku akan kembali ke rumah utama untuk menemui Kakek dalam beberapa hari. Jangan tinggalkan bekas luka apa pun!"
"Jangan biarkan Ibuku mengetahui nya!"
Daisy tersenyum kecut. Benar, hanya karena itu alasannya. Tidak karena yang lain. Bagaimana bisa dia peduli padanya.
'Dia tidak mungkin mengkhawatirkan ku..' batin Daisy.
Ding~
Lucifer mengambil ponselnya untuk memeriksa. Pesan itu berasal dari nomor yang tidak dikenal, wajah nya menjadi muram setelah membuka pesan itu.
Melihat Lucifer yang tiba-tiba berubah ekspresi, Daisy bertanya dengan cemas, "Ada apa? Apakah ada masalah dengan perusahaan?"
Lucifer tiba-tiba membalik piringnya dengan emosi. Makanan yang tadi berada di piringnya berceceran di meja makan.
Dia bangkit untuk meninggalkan meja makan. Berjalan ke arah pintu dan keluar dengan meninggalkan suara gebrakan pintu. Suara mobil di luar rumah berangsur-angsur menghilang, tidak menyisakan apa pun kecuali Daisy yang menangis dan tidak tahu harus berbuat apa.