Dia seorang wanita yang begitu dihormati dalam jalanan bebas harga diri. Dia bisa menjadi wanita yang begitu unik dengan tertawa gila nya. Ia juga Menjalankan tugas dengan berat.
Ini kisah dari Chandrea. Wanita licik dari tempat yang jauh.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khara-Chikara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 34
Hari berikutnya, Alexa terduduk di atas sofa dengan posisi kaki menyilang dan membaca buku. Ia lalu melihat ke jam. "Haruskah aku pergi ke bengkel, tapi aku takut bertemu dengannya, dia membuatku merasa terprovokasi setiap hari... Kenapa dia bisa tahu soal aku secepat ini?" pikirnya dengan serius. Lalu ia melihat kain hitamnya di atas meja depannya.
Lalu teringat sesuatu lagi. Jadi sebelumnya ada suatu organisasi yang berjalan dalam taruhan ilegal. Yang paling menarik dari pertarungan ini adalah dua pemain yang merupakan petinju di atas ring akan menggunakan kain, hanya sebatas kain untuk membuat kepalan tangan tetap sakit.
Lelaki maupun perempuan akan ditaruhkan, ada sebanyak 17 orang di sana yang terus bergilir yang akan menjadi pertarungan yang unik. Penyiksaan akan disaksikan di sana. Awalnya memang ada 17 orang, tapi sekarang hanya tersisa 2 orang, termasuk Alexa. Itu karena dia telah membunuh 15 orang dalam pertarungannya, belum diketahui jelas maksud dari pertarungan pertaruhan itu.
"Itu sudah sangat lama, aku benar-benar salah telah dibesarkan di tempat kotor seperti ini." Dia menghela napas. Tapi tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah, membuatnya menoleh dengan waspada. Dia berdiri lalu berjalan membuka pintu, dan rupanya itu Jake.
"Kenapa dia ada di sini?"
"Aku butuh sesuatu darimu," kata Jake dengan tatapan serius.
"Apa yang kau inginkan?" Alexa menatap tipis, dia masih menatap Jake di depan pintu.
"Apa karena ini kau tinggal di tempat kecil ini?"
"Lebih baik kau pergi, jangan menggangguku di sini," Alexa membalas kesal lalu akan menutup pintu.
"Bagaimana soal perjanjian pertaruhan itu?" kata Jake seketika, Alexa terdiam berhenti menutup pintu.
"Bukankah seharusnya kau ada di tangan Direktur Chaneh?... Kenapa kau ada di sini? Rupanya benar, kau melarikan diri."
"Bagaimana kau bisa tahu... Maksudku... Itu bukan urusanmu!!!" Alexa tiba-tiba berteriak kesal.
"Jika ini bukan urusanku, ini juga bukan pekerjaanku."
"Apa ini harus menjadi urusanmu hanya karena ini sebuah pekerjaan?"
"Tentunya tidak dan tentunya iya," balas Jake, seketika Alexa mengepal tangan, dia sudah sangat kesal hingga tiba-tiba berteriak. "Memangnya apa yang kau ketahui tentang kehidupanku! Tak ada yang pernah menerima kehidupan seperti ini... Jangan ingatkan aku pada masa lalu yang tidak berguna!" teriak Alexa, berteriak sekuat-kuatnya dan seketika memegang pintu.
"Pergilah dari sini!!" Dan langsung menutupnya, membuat Jake terdiam.
"Dia tidak tahu, bahwa aku sedang mencoba memahami situasi..." pikir Jake yang hanya diam di tempatnya. Tapi ponselnya berbunyi, membuatnya melihat dan mengangkatnya sambil berjalan pergi dari sana.
Lalu Alexa langsung bersandar di pintu itu dengan wajah putus asa, dia langsung berlutut dan memeluk pahanya, duduk di bawah pintu, sendirian dengan tertelan kesedihannya. "Memangnya aku mau menjalani kehidupan itu... Lebih baik aku lari dan apakah ini risikonya... Aku jadi diingatkan akan kesalahanku sendiri... Tak ada yang membatasi sesuatu untuk kita membunuh seseorang, hanya bagaimana perasaan kita sendiri... Aku tak bersalah, aku juga tak mau menerima ini awalnya... Tapi aku terpaksa..." Pandangannya kabur dan dia benar-benar tak bisa memahami situasinya, bagaimanapun juga semua orang harus tahu apa yang terjadi di masa lalunya dan kenapa sikapnya menjadi seperti sekarang.
Lalu ponselnya berbunyi dari sakunya, dia masih di tempatnya lalu melihat bahwa nama kontak yang menghubunginya bernama Mixa. Sepertinya perempuan yang ada di kedai bunga itu yang menghubunginya.
"Hai, Alexa..." sapa Mixa dengan semangat. "Kamu mau ke sini? Aku ingin menunjukkan sesuatu," tambahnya.
Hanya karena dia tak tahu situasi yang ada di Alexa, dia hanya bisa meminta Alexa ke tempatnya sama seperti bagaimana dia ingin Alexa melihat sesuatu di tempatnya.
Lalu Alexa yang masih terdiam menjawab dengan nada berat. "Aku, ke sana..." Kemudian menutup ponselnya, membuat Mixa terdiam bingung di tempatnya. "Kenapa dengannya?"
Setelah itu, Alexa memutuskan untuk ke kota menemui Mixa. Dia melewati jalan yang lebih jauh hanya karena menghindari sesuatu yang saat itu mencelakainya. Sambil ia berjalan, ia juga sambil memikirkan apa yang terjadi.
"Ini bukan salahku... Kenapa masa lalu harus ada di saat seperti ini... Aku tak mau mengalami itu lagi dan aku sadar, aku telah lari dari semua itu... Mungkin beberapa orang harus tahu hal ini, aku hanya harus bercerita, tapi aku tak mau melakukannya, bercerita hanya membuatku kembali mengingat siapa diriku," pikirnya sekali lagi dengan wajah termenung sambil berjalan di pinggir jalanan kota yang luas dan tidak terlalu ramai itu.
Di jalan, ia melihat seorang wanita tua yang mencoba menyalakan mesin mobilnya di pinggir jalan. Seketika Alexa merasa deja vu. "Perasaan aku pernah melihat kejadian ini..." Dia ingat ketika dia menolong wanita paruh baya yang kesulitan membuka pintu bagasi, tapi kali ini berbeda, wanita itu tampaknya mengalami mogok di mobilnya.
Alexa terdiam sebentar, lalu tertarik untuk mendekat ke sana.
"Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Alexa mendekat.
"Aku sedang mencoba menyalakan mesin mobil ini," kata wanita tua itu yang berada di dalam mobil.
"Apa aku bisa mengeceknya?" tanya Alexa.
Seketika wanita itu terdiam bingung, sepertinya dia bertanya-tanya kenapa wanita seperti Alexa meminta untuk mengecek mobil, tapi akhirnya dia mempersilakannya. "Baiklah, masuklah. Sepertinya dia hanya akan mengecek dengan menyalakan kembali mobilku dan mengecek apakah mobil ini benar-benar mati atau tidak." Wanita tua itu akan turun.
"Bukan di dalam, tapi mengecek mesin mobilnya yang ada di depan," Alexa mencegahnya turun.
Seketika wanita itu tambah bingung. "Tapi kau akan kotor, apa kau benar-benar bisa memperbaikinya?"
"Aku bisa," jawab Alexa sambil berjalan ke depan mobil dan membuka penutup mesin mobil itu. Ia bahkan mulai memperbaikinya tanpa peduli kondisi di manapun dia. Bahkan beberapa lelaki yang lewat ada yang memandang dan ada juga yang mendekat.
"Permisi Nona, kau butuh bantuan?"
"Mungkin tidak," kata Alexa menatap dingin pria itu yang mendekat. Setelah itu Alexa menutup mesinnya.
"Bisa kau nyalakan?"
"Baiklah," wanita tua itu menyalakan mobilnya dan rupanya benar-benar menyala. Lalu dia senang dan berjalan keluar. "Kau benar-benar bisa memperbaiki mobilku, terima kasih banyak."
"Tidak masalah," kata Alexa. Tapi mendadak ada yang berteriak.
"Hoi!!! Apa yang kau lakukan!!??" Seorang lelaki menarik tangan Alexa untuk menjauh dari wanita tua itu.
"Apa kau menyakiti ibuku?!?"
Alexa menjadi terdiam bingung.
"Hentikan, dia hanya membantu," wanita tua itu mencoba menenangkan.
"Ibu, wanita itu akan mencuri mobilmu kan... Hei jalang, sebaiknya kau ikut aku," lelaki itu menarik tangan Alexa yang tak tahu apa-apa ke kantor polisi.
Alexa hanya bisa berpikir sesuatu. "Ini memang ada bedanya, aku telah mengalami kejadian ini, dengan membantu wanita tua, lalu anaknya datang, tapi kali ini berbeda, anaknya malah menyeret ku yang tidak bersalah ke... Kantor polisi?!" Alexa terkejut melihat kantor polisi, apalagi mengingat dia memiliki rasa bersalah di masa lalu dan pastinya polisi akan tahu, tapi ia mencoba tenang dengan beberapa kali bernapas normal. "Sepertinya, ini akan sulit...."
--
"Jadi ada apa?" tanya polisi yang berjaga di sana.
"Dia mencoba mencuri mobil ibuku, mungkin lebih parah, dia mungkin merusak mobil ibuku," lelaki itu membalas sambil melirik ke arah Alexa yang ada di kursi pojokan tengah dengan rantai di tangannya, dan uniknya dia hanya berwajah biasa. "Yeah, terserah, aku hanya harus bersikap lebih tenang dari apapun...."
"Lalu... Sekarang aku tanya, kau tadi ke mana meninggalkan ibumu?" polisi itu bertanya kembali pada pria itu.
"Aku mencari orang yang bisa memperbaiki mesin mobilku, karena aku tahu mobilnya mogok."
"Dan... Kau tidak melihat tangan wanita cantik ini?" Polisi itu menatap dingin. Lalu lelaki itu melihat tangan Alexa yang sedikit kotor oli hitam.
"Ini... Oli mesin! Apa itu artinya... Kau memperbaiki mobilku tadi?" Tatapannya tak percaya pada Alexa.
"Lain kali, kau harus berpikir sebelum bertindak," kata Alexa yang juga menatap dingin, lalu berjalan keluar setelah polisi tadi melepas borgolnya.
"Tunggu, aku benar-benar minta maaf, dan aku ingin berterima kasih padamu," lelaki itu mengejarnya hingga keluar.
"Baiklah... Itu sudah cukup, sekarang pergilah," Alexa hanya cuek.
"Aku ingin berterima kasih dengan mengajakmu makan malam," lelaki itu menahan lengannya, membuat Alexa terdiam dan berhenti berjalan.
Tapi ada suara pintu mobil tertutup, membuat Alexa menoleh, dan rupanya itu Jake yang berjalan dengan pakaian hitam polisi.
Alexa terkejut sekaligus terdiam melihat penampilan itu, dan Jake juga tak sengaja menoleh padanya dan mendekat.
Lelaki itu yang melihat Jake menjadi terkejut melihat tubuh Jake yang lebih besar darinya.
"Apa yang kau lakukan, menyentuhnya?" Tatap Jake padanya dengan tatapan mengerikan, membuat lelaki itu gemetar. "A... Aku akan pergi... Terima kasih untuk tadi." Dia lari begitu saja.
Alexa kembali terdiam lalu menengadah melihat wajah Jake. "Polisi yang buruk, huu," tatapnya sambil menyilang tangan. Alexa mencoba tenang karena dia sebelumnya juga tahu apa pekerjaan Jake.
"Kau mau ikut aku? Menjual narkoba?" kata Jake dengan tatapan yang sangat dekat, lalu akan berjalan pergi masuk ke kantor polisi itu.
Tapi Alexa berteriak. "Tunggu! Apa maksudmu?!" Tatapnya dengan wajah tak percaya.
Lalu Jake tersenyum kecil dengan wajah licik. "Asal kau tahu, aku juga selalu ada menyaksikan masa lalumu." Tatapnya dan akhirnya berjalan pergi dari sana.
"Cih... Dia menjadi aneh," Alexa masih tampak kesal dan kemudian kembali berjalan.
Tapi tiba-tiba ada yang mengikuti Alexa di tengah ramainya jalan. Alexa merasakannya tentunya.
"Sepertinya aku memang tidak aman..." pikirnya, lalu berjalan ke gang dan benar, orang itu juga mengikutinya masuk. Dengan cepat Alexa berlari menyelamatkan diri dan bersembunyi di balik dinding gang, membuat orang tadi kebingungan dan melewati tempat sembunyi Alexa.
Alexa bernapas berat karena berlari, lalu sekarang dia duduk di bawah dinding. "Huf... Ini mulai bahaya."
Mendadak ada suara langkah kaki yang benar-benar terdengar mendekat di depannya, Alexa sendiri menengadah menatapnya, seorang pria tak kalah besar dari Jake. "Jake?" Dia terdiam.
"Alexa?" Tanya orang itu, tapi rupanya suaranya bukan Jake. Alexa tak bisa melihat wajahnya karena tertutup silau matahari dari sana.
"Aku...?" Alexa menatap bingung dan di saat itu juga pria itu tersenyum seringai.