"Penting kah pak?" Tanya Hana dengan suara yang datar, berusaha biasa saja.
Pak Arman menganggukkan kepala.
"Sebentar saja, saya mohon" lirihnya.
Hana yang tanpa respon dianggap Arman menyetujui permohonan nya.
Arman dengan sigap menunjuk sebuah meja panjang yang terletak persis di samping pintu keluar kafe.
"Disini ya..." Ucap nya.
Hana mengangguk dan kembali duduk meletakkan tas ranselnya.
Sebelum duduk, Pak Arman terlihat seperti memberi kode kepada pelayan di dalam, seperti nya sedang memesan sesuatu.
Mereka duduk berdampingan menghadap jendela.
"Jadi gini Hana.. saya ingin kamu menjadi istri saya.." ucap pak Arman tanpa basa-basi sedikit pun.
"Apa! Istri?" Dengan suara yang agak keras melengking, Hana di buatnya kaget bukan kepalang.
Suaranya membuat orang - orang di sekelilingnya menoleh ke arah mereka.
"Iyaa istri" kata Arman kembali mengulang kata istri dengan lembut sekali.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Yani_AZM, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13. Misi Pertama Berhasil
"Pulangnya biar saya antar ya.." tanya Arman.
"Oh ngga usah pak, saya bisa pulang sendiri" jawabnya.
"Plis, biar saya antar" pintanya lagi.
Hana tak menggubris, karena ponselnya bergetar ada pesan masuk dari Gita.
"Ketemu dimana? Sama siapa? Kamu dimana Hana?" Pesan WhatsApp dari Gita.
"Di kafe ngga jauh dari tempat ku kerja, plis deh Gita aku banyak cerita nih sama kamu tentang pak Arman dan kamu pasti syok" balasnya.
Pak Arman memandangi Hana yang sedang sibuk dengan ponselnya.
Sesekali Hana melirik ke arah pak Arman yang masih asyik menatapnya.
"Pak, jangan lihat ke saya terus dong.. saya malu." Kata Hana sambil menutup wajahnya dengan ponsel.
"Hahaha kamu manis sekali Hana.." puji pak Arman.
"Ih udah gombal aja pak" seru Hana.
"Jadi gimana Hana, mau kan pulangnya saya antar?" Tanya pak Arman sedikit memaksa.
"Kayanya ngga deh pak, saya bisa pulang sendiri" jawab Hana pun tak kalah menekan.
Pak Arman terpaksa mengalah, "oke baiklah.." serunya.
Hana pun terdiam, begitu juga pak Arman...
Setelah agak lama mereka saling diam.
Akhirnya Hana melontarkan pertanyaan nya.
"Pak, saya mau tanya.. kenapa bapak bisa ada di kafe ini dan tadi juga bilang kalau bapak nunggu saya? Sebenarnya hanya kebetulan ketemu atau..." Tanya Hana penasaran.
"Saya memang membuntuti kamu sejak keluar dari gedung perpustakaan kok. Saya mengikuti kamu naik kendaraan umum, lalu saat mobil itu berhenti di depan kafe ini saya buru - buru untuk parkir. Ternyata benar kamu turun dengan beberapa orang dari dalam mobil" katanya.
"Hah?! Masa sih.. saat saya masuk pak Arman sudah minum es kopi tadi?!" Tanya nya tak percaya.
"Gerak cepat dong Han, es kopi kan ngga pake nunggu. Tinggal ambil di cooler" tangan pak Arman menunjuk cooler yang berada di samping kasir.
Hana menoleh ke arah kasir, ternyata benar ada es kopi yang berjejer rapi di cooler, es kopi yang sama seperti yang pak Arman minum.
Wajah Hana seperti malu, percaya tak percaya atas penjelasan pak Arman.
"Terus darimana pak Arman tau saya kerja di perpustakaan?" Tanya nya lagi.
"Kalau soal mencari info itu mah hal kecil" jawabnya.
Cara bicara yang terlihat agak sombong seperti saat mengajar di kelas.
"Ih, karakter" gumam Hana dalam hati.
"Oiya, Hana.. omong - omong kamu lapar ngga? Mau di pesan kan makanan?" Arman.
"Oh ngga usah pak, saya mau makan sama bapak di rumah. Kayanya saya mau pulang aja deh pak sekarang." Jawab Hana sambil merapihkan isi ranselnya.
"Oke deh, serius nih gamau di anter" tanya pak Arman lagi.
Hana hanya mengangguk.
"Saya balik duluan ya pak" kata Hana.
"Okey hati- hati di jalan Hana" jawab pak Arman.
Mereka pun bersiap untuk pergi dari kafe tersebut.
Hana keluar lebih dulu, Karena pak Arman sedang melakukan pembayaran.
Setelah selesai transaksi, pak Arman pun terburu - buru keluar dari kafe.
Tapi ternyata Hana masih berdiri di pinggir jalan menunggu angkutan umum.
Dengan cepat pak Arman menghampiri Hana bersama motor Kawasaki ninja nya.
"Belum lewat ya?" Tanya pak Arman yang berhenti tepat di samping Hana.
Hana hanya mengangguk.
Menit demi menit telah berlalu, mereka heran mengapa tidak ada angkutan yang lewat dari tadi.
Bahkan motor atau kendaraan lainnya juga tidak melintas.
"Kenapa sepi banget ya Han? Apa jangan - jangan ada perbaikan jalan? Atau kecelakaan? Mana sudah mau gelap begini" Tanya pak Arman.
Hana hanya bergeming.
Pak Arman memeriksa ponsel dan membuka map, keterangan disana terjadi macet karena ada sebuah kecelakaan.
Sang guru memperlihatkan ponselnya ke arah Hana "kayanya memang ada kecelakaan Han.. coba lihat ini" katanya.
"Duh, kayanya iya deh.. " sahutnya.
Pas sekali ada seorang pria yang melintas di hadapan mereka, tanpa basa -basi Hana langsung saja bertanya pada pria itu.
"Maaf mas kok ngga ada laju kendaraan ya?" Tanya Hana.
"Oh iya neng, ada kecelakaan mobil terbalik di tikungan sana jadi macet ngga ada yang bisa lewat, nunggu mobil pengangkut datang" jelas pria tersebut.
Hana tertegun mendengar nya.
"Oh gitu, terimakasih ya mas" kata Hana.
Pria itu mengangguk dan berlalu.
Di sisi lain, kecelakaan itu membawa sebuah kesempatan besar untuk pak Arman bisa berboncengan dengan Hana.
"Bagaimana Hana? Saya antar ya? Ngga mungkin dong kamu jalan kaki pulang ke rumah." Kata pak Arman menggoda.
"Hemm yaudah deh, tapi jangan kebut - kebut ya pak"
"Siap tuan putri" pak Arman segera membetulkan pijakan untuk Hana.
Hana menaiki motor yang agak tinggi itu dengan berpegangan di bahu pak Arman.
"Maaf ya pak saya pegangan"
Hana duduk dan membetulkan tas ranselnya untuk berada di hadapannya. Agar tidak bersentuhan antara dada nya dan punggungnya pak Arman.
Lalu ia memeluk pak Arman dengan ransel berada di tengahnya.
Walaupun terhalang tas ransel Hana, Pak Arman yang di buat senyum - senyum melihat kedua tangan Hana berpegangan pada pinggang nya.
"Sudah siap Hana?" Tanya nya lagi.
"Oke pak" jawab Hana.
Dan motor pun melaju...
Sampainya di halaman rumah Hana kira - kira pukul 19.00 wib, bapak sudah duduk di depan rumah
Melihat motor yang terparkir, bapak berdiri dan menghampiri Hana dan pak Arman.
Bapak masih memperhatikan siapa kah laki - laki yang membonceng anak gadisnya tersebut.
Karena ini baru pertama kalinya Hana di antar pulang oleh lawan jenis berduaan.
Kira - kira jarak bapak sudah sekitar 3 meter dari motor.
Dan saat pak Arman membuka helem ekspresi bapak seketika berubah.
"Loh, kamu toh" wajahnya terlihat sumringah.
"Iya pak" kata Arman. Arman pun segera bersaliman dengan bapak Malik.
"Ayo - ayo masuk dulu nak.." kata bapak mempersilahkan masuk.
Hana tertegun melihat bapak yang seperti lupa atas kehadiran Hana.
Padahal Hana baru pulang bekerja untuk hari pertama.
"Kok aku di kacangin sih" pekik Hana.
Hana mengikuti langkah bapak dan pak Arman masuk ke dalam rumah.
"Bapak.. kok aku di cuekin sih" kata Hana merengek di belakang mereka.
Serempak saja mereka berdua menoleh dan segera menghampiri.
"Eh maaf maaf ya saya ga cuekin kamu kok" kata pak Arman.
"Loh aku manggil bapak ku pak.. bukan pak Arman." sahut Hana.
Seketika memerah wajah pak Arman di hadapan bapak Malik.
Senyuman yang di buat manis, terlihat jelas kalau pak Arman sedang menahan malu.
Bapak pun menertawakan pak Arman yang ke pede -an.
Bapak sama sekali tak menahan gelak tawa nya sekedar untuk menutupi malu tamu nya tersebut.
"Hahaha haduh haduh, kok bisa kamu begitu nak hahaha" kata bapak meledek Arman.
Bapak Malik segera merangkul Hana, mencium kening nya dan menanyakan banyak hal tentang hari pertama nya berkerja.
Banyak sekali pertanyaan yang di lontarkan bapak kepada anak gadisnya tersebut.
Membuat Arman merasakan bahwa Rani benar- benar di jaga oleh orang tuanya.
Sekitar setengah jam berlalu, Rani pun pamit ingin ke kamar untuk beristirahat.
"Aku ke kamar dulu deh pak.." kata Rani.
"Loh jangan langsung tidur dulu, sudah makan belum?" Tanya bapak.
"Baru makan donat aja sih, nanti aja deh gampang kalau makan pak. Kita tunggu akang nasi goreng yang suka keliling komplek saja" Hana bergegas membawa ransel nya dan memasuki kamarnya.
Bapak hanya bergeming.
"Kalau begitu biar saya cari makanan di luar untuk Hana ya pak.. nanti saya kembali lagi, sama aku titip ransel ku pak" kata pak Arman.
Belum sempat bapak menjawab, pak Arman sudah terburu - buru keluar rumah dan memutar motor Kawasaki nya untuk mencari makan malam.