Amira harus menelan pil pahit, ketika seorang kekasih yang selama ini dia sayangi harus bersanding dengan sahabatnya sendiri, dengan alasan cintanya sudah habis dengannya, bahkan selama satu tahun ini sang kekasih bertahan karena berpura-pura dan tanpa terpikir panjang lelaki yang bernama Arya itu mengakhiri begitu saja hubungannya dengan Amira di saat yang bersamaan Amira ingin memberi kejutan kalau dia tengah mengandung benih kekasihnya itu. Akankah Amira sanggup membawa pergi benih dari mantannya itu? nantikan kisah selanjutnya hanya di Manga Toon.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ayumarhumah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 26
Di kantor polisi saat ini Aluna sedang dimintai keterangan oleh pihak berwajib, gadis itu merasa tenang karena dia tahu keluarga dari ayahnya tidak akan membiarkan dia mati kutu di penjara.
"Ananda Aluna apa benar anda dalang di balik kejadian yang menimpa ananda Afifah?" tanya polisi tersebut dengan lugas.
"Saya tidak melakukan hal apapun Bu," sanggah remaja itu dengan tenang seperti tidak merasa bersalah.
"Baiklah kalau begitu, lihat ini," ucap polisi perempuan itu sambil tersenyum.
Aluna begitu terkejut ketika dia melihat bukti Chat antara dia dan siswa dari SMA Harapan, yang dia suruh untuk memutuskan kabel rem motor Afifah.
"Buktinya sudah ada lebih baik ananda jujur biar semuanya berjalan dengan lancar," jelas polisi itu.
"Saya tidak peduli yang terpenting saya tidak ingin masuk penjara," cetus remaja tersebut.
Tidak berselang lama kakek dari Aluna beserta pengawalnya sudah datang untuk memberi dukungan terhadap cucunya tersebut.
"Sayang," panggil pria paruh baya itu.
"Kakek, Luna gak mau masuk penjara," adu cucunya itu.
"Tenang ya," sahut Kakeknya itu, sambil memeluk cucunya.
"Kek, Luna takut beneran," bisik cucunya tersebut.
Mahesa sejenak terdiam lalu dia mulai bertanya.
"Cucuku sebenarnya siapa temanmu yang kau kerjai itu hingga celaka?" tanya Mahesa.
"Anak haramnya Papa," sahut Aluna sedang Mahesa hanya bisa menelan ludahnya.
'Astaga! Kenapa bisa seperti ini, dua-duanya sama-sama cucuku, tapi aku juga tidak berhak membela yang sana karena memang dia anak haram, dan akan membawa dampak buruk nantinya untuk usahaku,' batin Mahesa.
*****
Sedangkan di rumah Arya saat ini sedang terjadi perselisihan antara Arya dan juga Nadine.
"Pokonya aku tidak mau Mas kalau Aluna sampai di penjara, aku akan mencari keadilan untuk anakku seadil-adilnya," ucap Nadine.
"Keadilan yang seperti apa! Sudah jelas-jelas Aluna pelakunya," sahut Arya sambil memijat pelipisnya.
"Aku tidak peduli, pokoknya kau harus penjarakan balik anak si Amira itu!" teriak Nadine.
"Kau sudah gila, kau berbicara seperti itu sama hal nya menyakiti perasaanku, biar bagaimanapun anak Amira darah dagingku, dan bedasarkan fakta dia tidak bersalah, seharusnya kau menjadi orang tua harus netral bisa membedakan kesalahan anak, jangan menormalisasi kesalahan anak biarpun dia anak kandung kita!" tegas Arya.
"Kau tega Mas, dia anak kandungmu, aku kecewa atas sikapmu ini yang sudah menyakiti hati Aluna," ucap Nadine.
"Kau bilang aku tega Nadine, ayolah kita berpikir dengan hati yang jernih, di sini yang salah adalah anak kita, dan dari dulu Amira atau anaknya tidak pernah menyenggol kita, bahkan meskipun kita berdua sudah menyakiti dan menghancurkan hatinya, dia tidak pernah sama sekali balas dendam sama kita," jelas Arya.
"Lantas kamu mau menyalahkan aku atas semua kejadian ini, kau bilang saja kalau aku adalah perebut dan pengganggu hubunganmu dulu dengan Amira itu kan yang kamu inginkan," cetus Nadine.
"Bukan seperti itu kau salah paham yang aku bahas masalah anak kita bukan hubungan kita dulu, gak ada hubungannya," sahut Arya.
"Ah sudahlah percuma ngomong denganmu," ketus Nadine sambil meninggalkan Arya.
*****
Di dalam rumah sakit saat ini Amira tengah kedatangan Rogan, pria itu melihat sekilas ke arah Amira yang terlihat begitu gelisah.
"Mir, gimana keadaan Afif?" tanya Rogan.
"Alhamdulillah sudah mendingan," sahut Amira sedang Afif saat ini lagi tertidur pulas.
"Mir, ada apa?" tanya Regan kembali.
"Begini Mas Regan, aku butuh pengacara untuk membantu kasus yang dialami oleh Afif," sahut Amira.
"Kau tenang saja, aku pastikan pelaku dari Afif tidak bisa keluar dari penjara, siapapun dia," pungkas Regan yang membuat hati Amira sedikit lega.
Amira begitu lega ketika mendengar jawaban dari pria dihadapannya itu, pasalnya untuk sekarang ini dirinya tidak tahu untuk melawan keluarga Arya dengan cara apa.
'Semoga saja Mas Regan bisa membantu, dan sepertinya dia mempunyai kuasa atas hal ini,' pikir Amira di dalam hati.
Saat ini Regan tengah menatap wajah Amira yang terlihat begitu lelah bahkan sangking tidak teganya Regan mempersilahkan Amira untuk istirahat sejenak agar tenaganya pulih kembali.
"Mir, sepertinya kau capek, istirahatlah dulu biar tidak sakit," ucap Regan penuh perhatian.
"Enggak apa-apa Mas, lagian gak enak ada Mas Regan kok malah di tinggal istirahat," tolak perempuan itu.
"Gak apa-apa, gak usah sungkan seperti itu, istirahatlah sejenak biar ada tenaga yang kau simpan untuk nanti," jelas Regan, yang membuat Amira sedikit berpikir.
'Apa yang di bilang Mas Regan ada benarnya juga ya,' ucap Amira di dalam hatinya.
"Loh, kenapa masih diam, ayo tidur juga, biar Afif aku yang jaga," titah Regan segera.
"Iya Mas," sahut Amira yang akhirnya memilih untuk beristirahat di sofa panjang samping ranjang anaknya. sedangkan Regan duduk di kursi kecil depan ranjang Afifa.
Tidak tahu kenapa Regan merasa kalau dirinya teramat perhatian terhadap Amira, perasaan ini mengalir begitu saja tanpa dibuat-buat dan tanpa kesengajaan.
'Astaga! Ini perasaan apa ya? Kenapa hatiku jadi gemetar seperti ini ketika dihadapkan oleh ibunya Afif ini, yaitu Amira,' batin Regan yang mulai menyelami perasaannya sendiri.
Bersambung ....
Maaf ya telat.
sekarang aluna yg dapat kan jua ,...
mlh gk ad yg mau jd bapak x anak aluna...