Logan Ruiz, putra tunggal Darius Ruiz, marah besar ketika pria paruh baya yang ia hormati itu memutuskan menikah lagi. Ia bahkan membawa seorang wanita dan anak perempuannya ke Mansion Keluarga Ruiz. Logan berusaha menggagalkan rencana pernikahan itu dan mengajak anak perempuan wanita itu untuk bekerja sama. Namun, anak perempuan itu tak mau mengganggu kebahagiaan wanita yang sangat ia sayangi. Hingga akhirnya Logan menggunakan cara yang menurutnya paling ampuh, yakni menodai gadis itu dan mengaku di hadapan Darius Ruiz. Hal itu akan menggagalkan rencana pernikahan Ayahnya itu. Namun siapa yang menyangka jika Alina, nama gadis itu, memilih pergi agar pernikahan itu tetap berlangsung dan menutup rapat kejadian malam kelam itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Pansy Miracle, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
IA MENGHILANG
“Al, menikahlah denganku.”
“Maaf, Tuan Ruiz. Saya sedang sibuk, Tuan,” Alina berdiri lalu bergerak ke arah pintu.
Tanpa mengatakannya secara langsung, Logan tahu bahwa Alina tak menginginkan kehadirannya. Ia mengusir Logan dari rumahnya.
“Al …”
“Silakan, Tuan.”
Alina berbicara menatap mata Logan, tanpa rasa takut sedikit pun. Alina tak ingin Logan merasa dirinya berkuasa atas diri Alina dan kembali mengancam. Saat ini Alina sudah memiliki Zach, ia harus menjadi wanita yang kuat, tak boleh terintimidasi oleh apapun.
Logan menghela nafasnya pelan. Ia tahu untuk saat ini ia tak boleh terlalu memaksa. Logan harus memperlihatkan pada Alina bahwa dirinya bukanlah Logan yang dulu.
“Maafkan aku, Al,” sebelum meninggalkan rumah Alina, ia kembali meminta maaf. Ia tahu apa yang telah ia lakukan sebelumnya pasti sangat menyakiti wanita di hadapannya ini.
Tak ada jawaban sama sekali dari Alina. Saat Logan berada dua langkah di luar pintu, Alina langsung menutup pintu tersebut. Logan pun menoleh dan kembali menghela nafasnya.
Setelah itu ia berjalan mendekati Vin. Dari wajah Logan, Vin bisa membaca bahwa Logan tak mendapatkan hasil yang sesuai keinginannya.
“Alina menolakmu?” tanya Vin.
“Kita ke hotel, Vin,” kata Logan tanpa menjawab pertanyaan Vin.
“Baiklah, Log,” kata Vin, “Bas, kamu tetap awasi di sini. Kabari aku informasi selanjutnya.”
“Baik, Tuan.”
Logan dan Vin pun pergi ke hotel. Sepanjang perjalanan, tampak Logan hanya terdiam. Vin pun tak mengganggu Logan, padahal biasanya ia akan menggoda sahabatnya itu.
**
Alina langsung masuk ke dalam kamar tidurnya sesaat setelah ia menutup pintu. Ia memeriksa keadaan putranya, Zach.
“Syukurlah ia masih tertidur dan tak terganggu sama sekali,” gumam Alina memegang daddanya.
Sejak tadi ia takut kalau tiba-tiba Zach akan terbangun lalu menangis. Ia tak ingin Logan mengetahui bahwa ia memiliki seorang anak. Ntah mengapa Alina merasa takut sekali, takut jika karena Zach maka kebahagiaan Mom Flo akan hilang.
Alina kembali menggendong Zach. Ia merasa tenang jika Zach berada dalam gendongannya. Namun baru beberapa saat ia melakukannya, ia kembali mendengar pintu rumahnya kembali diketuk.
Siapa lagi yang datang? Apa ia kembali lagi? Apa ia tidak terima saat kuusir tadi. - batin Alina.
Alina kembali meletakkan Zach di atas tempat tidur, lalu mengganjal sekelilingnya dengan bantal, agar Zach tetap tidur dengan tenang.
“Siapa dia?” Alina mengintip dari jendela untuk melihat siapa yang datang. Namun Alina sedikit tenang karena bukan Logan yang datang. Ia akhirnya membuka pintu.
“Selamat sore, Nona. Saya ingin bertanya tentang Peternakan Manuel,” kata pria itu.
Ahh ternyata ia ingin bertanya tentang peternakan milik Carlos. - batin Alina tenang.
Namun tiba-tiba perhatian Alina teralihkan saat mendengar suara tangisan Zach. Tak biasanya putranya itu menangis begitu kencang.
“Maaf, anda bisa langsung ke sebelah saja, Tuan. Ada jalan kecil yang langsung menuju ke peternakan,” jawab Alina.
“Ah terima kasih,” kata pria itu lagi.
Alina langsung berbalik saat melihat pria itu juga berbalik. Ia ingin melihat Zach. Namun baru saja ia melangkahkan kakinya menuju kamar tidurnya, pandangannya menjadi kabur dan akhirnya tak sadarkan diri.
**
Logan menatap kota yang ditinggali oleh Alina dari jendela kamar hotelnya. Hotel tersebut bukan hotel mewah, tapi bersih. Logan memang memilih hotel yang terdekat dengan lokasi di mana Alina tinggal, ia berencana akan kembali lagi besok untuk membujuk wanita itu kembali ke New York.
Ia menoleh ke belakang dan melihat Vin yang sudah tertidur nyenyak. Sahabatnya itu sepertinya sangat lelah karena sudah mengemudi selama tiga jam.
“Apa yang harus kulakukan untuk membuatmu kembali bersamaku, Al? Mom Flo pasti akan sangat senang saat melihatmu,” gumam Logan.
Di sebuah mobil tak jauh dari rumah yang ditempati oleh Alina, sang informan yang bernama Sebastian itu juga sudah memejamkan matanya. Ia menguap beberapa kali hingga akhirnya tertidur.
Tanpa ia sadari bahwa Alina bersama putranya telah dibawa pergi meninggalkan rumah tersebut.
Keesokan harinya,
Logan yang sudah terbangun pagi-pagi pun langsung membersihkan diri. Ia berencana akan pergi menemui Alina lagi.
“Vin, bangun!”
“Eughhh …,” Vin menggeliat dengan tetap memejamkan matanya.
“Vin, bangun!!” Logan dengan seenaknya menimpa tubuh Vin.
“Arghhh, siallannn!! Batu dari mana ini?” gerutu Vin yang masih sangat mengantuk.
“Batu, batu, bangun!!” teriak Logan sambil berdiri.
Vin berdecak kesal kemudian mengambil ponselnya yang berada di atas nakas.
“Whatt?! Ini masih jam lima pagi, Log! Mengapa membangunkanku?”
“Kita harus ke sana lagi, Vin. Aku harus membujuk Alina untuk ikut pulang bersamaku,” kata Logan.
“Ya tapi bukan jam lima pagi juga, Log. Alina juga pasti masih tidur,” kata Vin.
Tanpa mereka ketahui bahwa saat ini Alina sudah berada di dalam pesawat dan sedang dalam perjalanan menuju ke London. Mereka membius Alina agar mudah dibawa.
**
Tokk tokk tokkk
Logan kini sudah berdiri di depan pintu rumah Alina. Langit masih sedikit gelap karena matahari baru menampakkan sedikit wajahnya.
Sementara itu Vin yang masih mengantuk, melangkah ke arah mobil di mana informannya berada. Ia mengetuk kaca jendela karena ia ingin menumpang tidur di dalam mobil, karena kunci mobilnya dipegang oleh Logan dan ia dipaksa turun.
“Tuan?” Informan itu terbangun karena kaget. Ia melihat ke arah jam di pergelangan tangannya dan matanya membulat ketika melihat waktu yang sudah menunjukkan pukul enam pagi lebih sedikit.
“Cepat buka pintunya, aku mau tidur,” kata Vin.
Sementara itu Logan yang berdiri di depan pintu, masih terus saja mengetuk. Ia kemudian menoleh ke arah Vin yang berada di sebelah mobil.
Tokk tokk tokkk
Sekali Logan mengetuk pintu dan kali ini lebih kencang. Kalau saja ada sebuah bel di pintu, ia tentu akan menekan bel itu berkali-kali hingga Alina bisa mendengarnya.
“Vin!” panggil Logan, “Vin!”
Vin berdecak kesal. Ia baru saja ingin masuk ke dalam mobil untuk kembali tidur tapi Logan sudah memanggilnya lagi.
“Ada apa sih?” tanya Vin.
“Alina tidak membukakan pintu,” jawab Logan.
“Makanya! Tadi kan sudah kubilang jangan datang pagi-pagi,” gerutu Vin kesal.
Namun, Logan tetap tak putus asa. Ia terus saja mencoba mengetuk pintu itu, kemudian secara tak sadar ia memegang handle pintu dan mencoba membukanya.
Ceklekkk
Pintu terbuka, Logan merasa sedikit aneh. Ia menautkan kedua alisnya dan melongokan kepalanya ke dalam, kosong dan sepi.
“Al! Ini aku Logan.”
Tapi tak ada jawaban. Ntah mengapa Logan merasa ini semakin aneh. Akhirnya ia membuka pintu dengan lebar dan masuk ke dalam.
“Al.”
Logan memberanikan diri masuk lalu membuka sebuah pintu, yang ternyata adalah kamar tidur. Setelah melihat bahwa kamar tidur itu kosong, Logan pun menyusuri semua tempat di dalam rumah.
“Ia menghilang!”
🌹🌹🌹
Karyanya bagus alurnya thorr💞🙏🏻