"Dua kali lipat usaha, sepuluh kali lipat keuntungan!"
"Kamu sudah ketinggalan zaman. Angkatan Laut baru saja memperbarui sistem mereka ke 200 kali lipat!"
"Apa?! Jadi kalau kru bekerja dua kali lebih keras, kaptennya mendapat keuntungan sepuluh kali lipat?"
"Tidak masalah! Seperti yang kita semua tahu, Sistem Kapten adalah sistem terbaik, dan aku—Lion D Andi—juga kapten yang hebat!"
---
Andi terbangun di dunia bajak laut dan tanpa sengaja membangkitkan Sistem Kapten. Dengan sistem ini, usaha para krunya berlipat ganda, sementara keuntungannya melesat hingga ke langit!
Dari perairan Lautan Timur hingga Samudra Dunia Baru...
Dari seorang Pahlawan hingga menjadi Raja Bajak Laut
Dari buronan dengan hadiah 8 juta hingga menjadi legenda bernilai 10 miliar Bailey...
Saat Andi menoleh ke belakang, lautan telah dipenuhi mayat para bajak laut. Dan di sisinya, berdiri kru yang telah menjadi legenda:
Thief Cat, Shura, Black Foot, Dan Lain - lain
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mimpi Fiksi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 19 - Bayangan yang Mengintai
Dari kejauhan, sebuah kapal bajak laut mengikuti kapal perang Andi.
berlayar dalam bayangan ombak seperti pemangsa yang menunggu saat yang tepat untuk menyerang.
Di menara pengawas kapal bajak laut itu, seorang pria kurus dengan kacamata hitam berbentuk bintang cinta menggenggam teleskop, matanya tajam meneliti kapal perang beberapa kilometer di depan.
Tatapannya berbinar ketika ia mengonfirmasi nomor lambung kapal tersebut.
Senyum licik terukir di wajahnya saat ia mengeluarkan Den Den Mushi dari genggamannya dan mulai memutar nomor.
"Musa musa~"
Suara di ujung telepon menjawab dengan nada tenang, nyaris acuh tak acuh.
"Kapten Kuro, kapal perang Monka sedang menuju Pulau Bonol untuk mengambil perbekalan."
Sejenak, hanya ada keheningan di ujung telepon sebelum suara dingin itu kembali terdengar.
"Baik. Zango, jika semuanya berjalan sesuai rencana, aku akan memberimu hadiah."
Mata Zango langsung bersinar dengan keserakahan yang nyata.
Lengannya yang memegang teleskop sedikit bergetar bukan karena takut, melainkan karena kegembiraan.
Ia tahu betul seperti apa Kapten Kuro.
Seorang bajak laut yang dikenal kejam dan licik, namun selalu menepati janjinya.
Selama bertahun-tahun berlayar di lautan, ia telah melihat berbagai tokoh mengerikan mulai dari Monka si Kapak, Admiral Creek, hingga Fishman Aoran. Namun tidak ada yang bisa menandingi Kuro dalam kecerdasan dan manipulasi.
Terlebih lagi, ada tekniknya yang menakutkan serangan secepat kilat yang dapat membantai musuh tanpa mereka sadari.
Bagi Zango, Kuro bukan hanya kaptennya, tapi juga sosok yang paling ia takuti.
Dengan cepat, ia memberikan perintah kepada anak buahnya untuk tetap mengikuti kapal perang Andi, menjaga jarak yang cukup agar tidak terdeteksi.
Gerakan ini dilakukan dengan begitu halus jelas mereka sudah sering melakukan ini sebelumnya.
Di ujung lain, Kuro menutup telepon dan menghela napas panjang.
Ia menatap daftar buronan yang ada di tangannya.
Hadiahnya sendiri kini sudah mencapai 15 juta Beli harga yang cukup tinggi bagi seorang kapten bajak laut dilautan Timur.
Namun, bukannya bangga, yang ia rasakan hanyalah kelelahan.
Dulu, ia pernah memiliki impian besar tentang kehidupan di lautan. Tapi setelah bertahun-tahun berkelana, membunuh, merampas, dan menghindari kejaran Angkatan Laut, ia sadar…
Ia sudah lupa alasan awalnya berlayar.
Yang ia tahu sekarang hanyalah mata pisau yang selalu haus darah, memenggal kepala demi kepala hingga jumlahnya tak lagi bisa dihitung dan Dulu ia hanyalah seorang bajak laut biasa.
Tapi setelah membunuh kaptennya sendiri, ia naik ke puncak dan mengambil alih Bajak Laut Kucing Hitam.
Dan sejak saat itu… kehidupannya hanya diisi dengan darah, pertempuran, dan kebohongan.
Kuro mendengus pelan.
Ia tidak suka berkelahi.
Ia tidak suka membunuh.
Ia hanya ingin kehidupan yang tenang dengan Menanam bunga, Memelihara anjing, Menikmati teh sore dan kue-kue mahal seperti para bangsawan yang pernah ia lihat di pesta saat kecil.
Namun, dunia tidak memberinya pilihan.
Selama ia masih bernapas, ia akan selalu menjadi buronan. Selalu menjadi seseorang yang harus membunuh untuk bertahan.
Dan jalan bajak laut itu… hanya berujung pada dua kemungkinan:
Menang… atau mati.
"Tapi siapa yang peduli?" gumamnya, tatapan kosong menatap pisau cakarnya.
Ia mengambil sapu tangan putih bersih dan mulai menyeka senjata itu dengan lembut seakan membelai kekasih yang setia menemaninya selama bertahun-tahun.
"Jika rencana ini berhasil, aku bisa menghilang dari kehidupan ini… dan akhirnya menikmati kedamaian yang kuinginkan."
Sepuluh menit kemudian, Kuro keluar dari kabinnya.
Di dek, anak buahnya sudah berkumpul, menunggu dalam diam.
Begitu melihatnya datang, ekspresi mereka langsung berubah tegang.
Kuro menyapu tatapan ke seluruh bawahannya dengan ekspresi datar. Namun, tatapan dinginnya membuat bulu kuduk mereka meremang.
Ketakutan.
Kengerian.
Hanya dengan satu tatapan, ia mampu membuat mereka merasa seolah-olah nyawa mereka berada di ujung tanduk.
Setelah beberapa saat sunyi, ia akhirnya berbicara.
"Mangsa kita kali ini adalah Letnan Monka."
Bisikan kecil terdengar dari beberapa orang, tapi tak ada yang berani menanyakan lebih lanjut.
"Jika rencana ini berhasil," lanjut Kuro, "aku akan meninggalkan Bajak Laut Kucing Hitam untuk sementara. Kepemimpinan akan jatuh pada salah satu dari kalian—antara Zango atau Saudara Kucing."
Seketika, suasana di dek berubah.
Zango menahan senyumnya yang penuh ambisi, sementara Saudara Kucing Jango dan Siam saling bertukar pandang dengan ekspresi yang sulit ditebak.
Namun sebelum ada yang bisa bereaksi lebih jauh, kata-kata terakhir Kuro membekukan udara.
"Jika rencana ini gagal…"
Tatapannya menjadi semakin tajam.
"Aku akan membunuh kalian semua."
Seakan-akan ada hawa dingin yang menembus tulang belakang mereka.
Tak ada yang meragukan ancaman itu.
Bagi Kuro, membunuh anak buahnya sendiri bukanlah hal yang aneh.
Jika mereka gagal… mereka hanya akan menjadi beban.
Dan Kuro tidak pernah menyisakan ruang untuk kesalahan.