Demi menjaga nama baik keluarga Adiguna, Sandra harus rela menjadi istri pengganti majikannya sendiri. Insiden mempelai wanita yang melarikan diri, justru membuat Sandra terseret dalam ikatan suci pernikahan dengan putra sulung keluarga Adiguna yang lemah lembut dan sangat ramah.
Namun sangat di sayangkan, akibat pelarian sang pujaan hati membuat sifat Harun Pradipta berubah sepenuhnya. Sifat lemah lembut dan ramahnya seakan terkubur dalam dalam bersamaan dengan perasaanya terhadap sang kekasih.
Penghinaan tepat di hari pernikahan merubah sosok Harun menjadi pria arogan dan dingin. Termasuk kepada wanita yang kini berstatus sebagai istrinya.
Lalu bagaimana dengan Sandra? Akankah dia bisa membawa Harun kembali dari jurang keterpurukannya.
Update setiap hari jam 12.00.
Follow Instagram @Alfianaaa05_
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfiana, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 16
Seperti yang Sandra katakan, ia akan tetap menjadi Sandra sebagai asisten rumah tangga dirumah Adiguna. Beberapa pelayan dan tukang kebun menolak bantuan Sandra karena takut jika Harun akan memarahi mereka. Namun Sandra tetaplah Sandra, ia memaksa melakukan semuanya seperti biasa.
"Bu biar aku saja, ibu lanjutin perkejaan yang lain." Ucap Sandra mengambil alih memotong sayur untuk sarapan.
Waktu baru menunjukkan pukul setengah 6 pagi, tapi Sandra sudah sibuk dengan berbagai pekerjaan. Setelah memasak, ia akan pergi ke kamar Harun untuk menyiapkan pakaian nya dan memberikan kopi untuknya.
"Sandra, kami takut den Harun marah. Sebaiknya kamu jangan lakukan pekerjaan apapun," ucap bi Nur was was.
"Tenang saja bi, den Harun sudah tahu jika aku akan tetap melakukan tugas ku seperti biasa." Balas Sandra mengusap punggung bi Nur pelan.
Sandra membuat salad dan juga nasi goreng sebagai menu sarapan, ia menata masakannya di meja kemudian bergegas ke kamar Harun sambil membawa segelas kopi yang biasa ia buat sebelumnya.
Sandra membuka pintu kamar, ia melihat kondisi kamar masih berantakan. Di sofa masih ada bantal dan selimut yang ia gunakan semalam untuk tidur. Benar, apa kalian pikir Harun akan mau tidur seranjang? tentu jawabannya tidak, maka dari itu Sandra harus tidur di sofa.
"Den, bangun ini sudah jam setengah 7. Nanti Aden terlambat untuk pergi ke kantor," ucap Sandra tanpa menyentuh Harun untuk membangunkan nya.
"Den?" panggil Sandra, karena tidak ada pergerakan dari Harun akhirnya Sandra memberanikan diri untuk menyentuh Harun dibagian tangannya.
"Den Harun, bangun ini sudah siang." Ucap Sandra menggoyangkan tubuh Harun pelan.
Harun menggeliat karena merasa tidurnya terganggu, terlebih lagi ia merasa dipanggil berkali kali namun matanya seakan sulit terbuka. Pelan pelan ia memposisikan dirinya duduk, mengucek matanya sebentar dan mulai menatap sekeliling kamarnya.
"Selamat pagi, den. Saya sudah buatkan kopi untuk anda dan disana juga sudah saya siapkan pakaian anda." Tutur Sandra seraya berjalan mendekati jendela kamar dan membuka tirai disana.
Matahari menyelinap masuk ke dalam kamar, pantulan bayangan Sandra yang berdiri di belakang jendela membuat bayangannya terlihat oleh Harun. Seketika pria itu teringat oleh mantan nya, Isabel. Wanita yang ia ajak membangun mimpi namun justru menghancurkan nya begitu saja.
"Akhhhhh!!!" teriak Harun tiba tiba membuat Sandra terlonjak kaget karenanya. Beruntung kamar Harun kedap suara jadi tidak akan terdengar sampai keluar kamar.
"Den, ada apa? apa yang terjadi?" tanya Sandra mendekati Harun karena merasa khawatir.
"Jangan mendekat, saya tidak butuh rasa khawatir darimu." Pinta Harun mengacungkan jari telunjuknya pada Sandra.
Sandra tidak menurut, ia tetap mendekati Harun pelan pelan dan tentu itu memancing emosi dalam diri Harun. Pagi pagi sudah membuatnya kesal, sebenarnya ini bukan salah Sandra. Harun hanya tiba tiba teringat oleh Isabel.
"Sudah saya katakan jangan mendekat. Kau tuli ha?!!" bentak Harun seketika membuat tubuh Sandra bak terkena semen yang membuatnya kaku.
"Bersiaplah den, semua orang pasti sudah menunggu untuk sarapan," ucap Sandra pelan kemudian segera keluar dari kamar Harun.
***
Sandra memutuskan untuk pergi ke taman dan menyirami bunga disana, ia tidak mau menemui Harun di meja makan karena takut jika pria itu kembali emosi. Yang terpenting adalah ia sudah menyiapkan segalanya di meja makan, termasuk jus untuk Harun dan Ana.
"Selamat pagi," sapa Ana riang pada kedua orangtuanya yang sudah duduk di meja makan.
"Selamat pagi," balas Amira dan Adiguna tersenyum pada putrinya.
"Selamat pagi," sapa Harun yang datang tak lama dari Ana.
"Dimana Sandra?" tanya Amira yang belum melihat menantunya sejak pagi.
"Entahlah," jawab Harun cuek dan sibuk mengambil sarapan untuknya sendiri.
"Bi Nur??" panggil Amira dan secepat itu juga bi Nur datang.
"Nyonya memanggil saya?" tanya Bi Nur menunduk sebentar.
"Dimana Sandra?" tanya Amira.
"Non Sandra sedang menyiram tanaman nyonya." Jawab bi Nur yang kebetulan tadi bertemu dengan Sandra di taman.
"Tolong panggil dia kesini ya, dia pasti belum sarapan." Pinta Amira diangguki oleh Bi Nur.
Setelah menunggu, akhirnya Sandra datang. Wanita itu menunduk sopan pada mertuanya, Ana dan juga Harun.
"Mama panggil aku?" tanya Sandra berdiri di sebelah Amira yang mana itu juga sebelah dengan Harun.
"Kau darimana? ayo duduk dan sarapan bersama," ajak Amira dengan begitu lembut, ia sangat menyayangi menantunya itu.
Sandra menoleh pada Harun, "Tidak ma, aku masih ada pekerjaan." Tolak Sandra halus.
"Lupakan pekerjaan itu, duduk dan makanlah Sandra." Tutur Adiguna seraya menyantap sarapannya.
Mau tidak mau akhirnya Sandra menurut, ia duduk tepat di sebelah Harun. Terlihat sekali raut wajah Harun yang masih kesal, andai dirumah ini hanya mereka berdua pasti Harun sudah mencaci maki dirinya.
Ditengah sarapan berlangsung, tiba tiba Harun terdesak. Sandra yang kebetulan menuang air segera memberikan gelas berisi air putih itu pada Harun bahkan tangannya reflek menepuk punggung Harun pelan.
Harun menatap Sandra tajam, ia tidak suka disentuh oleh wanita itu. Baik sengaja ataupun tidak. Sandra yang menyadari itu semua segera menjauhkan tangannya juga pandangannya.
"Mati kau Sandra," batin Sandra menangis tersedu.
MAS HARUN JUTEK BENER JADI SUAMI😌
BERSAMBUNG.........