Jingga yang sedang patah hati karena di selingkuhi kekasihnya, menerima tantangan dari Mela sahabatnya. Mela memintanya untuk menikahi kakak sepupunya, yang seorang jomblo akut. Padahal sepupu Mela itu memiliki tampang yang lumayan ganteng, mirip dengan aktor top tanah air.
Bara Aditya memang cakep, tapi sayangnya terlalu dingin pada lawan jenis. Bukan tanpa sebab dia berkelakuan demikian, tapi demi menutupi hubungan yang tak biasa dengan sepupunya Mela.
Bara dan Mela adalah sepasang kekasih, tetapi hubungan mereka di tentang oleh keluarganya. Mereka sepakat mencari wanita, yang bersedia menjadi tameng keduanya. Pilihan jatuh pada Jingga, sahabat Mela sendiri.
Pada awalnya Bara menolak keras usulan kekasihnya, tetapi begitu bertemu dengan Jingga akhirnya dia setuju.
Yuk, ikuti terus keseruan kisah Jingga dan Bara dalam membina rumah tangga. Apakah rencana Mela berhasil, untuk melakukan affair dengan sepupunya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yaya_tiiara, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 13 : Gosip panas di kantor
Sudah satu minggu sejak menikah, Jingga kembali masuk kantor. Ia tinggal di kost-an miliknya, dan tidak tinggal dengan suaminya. Karena mulai malam itu, praktis hubungan mereka menjauh. Tak ada kabar dari Bara maupun Mela, mereka seperti hilang tertiup angin.
Jingga tidak ingin memusingkan mereka, ia hanya perlu kejelasan tentang nasib pernikahannya. Bagaimana kelanjutannya? Cukup sampai di sini, atau terus bersama. Tak akan ada yang tersakiti, karena dirinya pun masih belum memberikan kesuciannya.
Di pikir-pikir hidupnya seperti mimpi, seminggu yang lalu ia berstatus sebagai istri, kini kembali menjomblo. Miris banget hidupnya, bukan?
"Hai! Pagi-pagi malah melamun, bukannya semangat. Padahal udah hampir dua minggu, lo gak keliatan batang hidungnya" seperti biasa, Jingga akan mendapat sarapan pagi, berupa omelan dari Hani. "Gue heran, lo punya backing siapa?" tanyanya, sembari mendudukkan dirinya. "Jangan-jangan, lo selingkuhan bos besar" lanjutnya menatap lekat-lekat wajah Jingga.
"Emang gue ada tampang cewek gampangan, gitu!?" tanya Jingga ketus. "Lagipula, pertanyaannya satu persatu dong. Gue mau jawab yang mana dulu, kalimat lo seperti kereta api."
"Hehe!" kekeh Hani. "Gue bercanda, doang. Jangan marah, besti!" sambungnya, menyadari wajah keruh Jingga yang tersinggung.
"Gue gak marah, cuma kesel" ucap Jingga.
"Lo, emang patut di curigai" ujar Hani. "Soalnya, bos besar juga baru masuk hari ini."
"Oo ya, kapan lo ketemu Pak Bara?" tanya Jingga terkejut.
"Barusan waktu gue baru masuk pintu gerbang, Pak Bara baru turun dari mobilnya" ucap Hani dengan menggebu. "Lo tau Jingga, aura Pak bos seperti pengantin baru. Senyuman itu lho, bikin dada gue deg-degan. Tapi sayang, menurut gosip yang beredar beliau sudah mengakhiri masa lajangnya."
"Lo, tau gosip darimana lagi?" tanya Jingga kaget. "Dengan, siapa beliau menikah?" lanjutnya bertanya.
"Dari sumber yang di percaya sih, karyawan sini juga. Enggak tau anak divisi mana? Menurut lo, kira-kira siapa cewek beruntung itu? Bisa menggaet Hamish Daud kw, satu pencapaian luar biasa bukan?"
"Bukannya Pak bos, ada affair dengan Mela" bisik Jingga pelan, berlagak tertarik dengan pembicara Hani. Padahal, untuk menghindari Hani mencurigainya. Mereka pura-pura membuka-buka file, ketika menyadari sudah ada beberapa karyawan lain memasuki kubikel masing-masing.
"Justru Mela ditinggalkan pak bos, katanya sampai mencoba bunuh diri" ujar Hani.
"Benarkah?" tanya Jingga, pura-pura terkejut. "Wah, benar-benar mengejutkan."
"Gue juga bakalan melakukan hal-hal di luar nalar, kalo sampe di tinggalin kawin" ucap Hani.
Hani dan Jingga masih berbisik-bisik membicarakan tentang Mela, sampai tidak menyadari seorang cowok tampan berdiri di depan kubikel mereka.
"Sudah selesai diskusinya, kah?" tanyanya menggoda.
"Eh Pak Bima, selamat pagi pak" ucap Hani, yang segera menyadari kedatangan atasannya.
"Kalian tampaknya asyik ngobrol sampai lupa waktu, ini udah jam kantor lho" lanjutnya, menatap silih berganti karyawannya.
"Iya Pak, ini juga kerja sambil ngobrol" balas Hani, sambil menyalakan komputernya.
"Oo ya Jingga, Pak Bara meminta mu menemuinya" sebelum memasuki ruangannya, Pak Bima menyampaikan pesan bosnya.
"Saya Pak!" tunjuk Jingga pada dirinya sendiri. "Perasaan, saya gak punya salah deh" gerutunya pelan.
"Siapa bilang!?" sela Hani, menyerobot kalimat yang akan di katakan atasannya. "Lo udah gak masuk dua minggu, tapi merasa gak bersalah. Emangnya, ini perusahaan moyang lo" lanjutnya sebal.
Sedangkan Bima hanya menggelengkan kepala, kalimat yang hampir keluar tertahan di bibirnya, melihat anak buahnya yang seperti Tom and Jerry. Dimanapun mereka berada, selalu meramaikan suasana. Padahal Bima belum genap sebulan berada di perusahaan Bara, tetapi terasa hangat lingkungan kerjanya.
"Hihi! jangan senewen gitu ah, nanti keriput lo bertambah" seloroh Jingga sembari melesat meninggalkan ruangan, sebelum Hani menimpuknya dengan ballpoint yang dipegangnya.
Jingga kembali harus berhadapan dengan Mbak Silvi, yang menatapnya dengan judes.
"Selamat pagi, Mbak!" ucapnya sembari membungkuk sedikit. "Pak bosnya ada di dalam, kah?"
"Masuk aja!" jawabnya ketus, mengabaikan salam Jingga. "Untung kamu sahabatnya Mbak Mela, coba kalo bukan? Udah saya usir kamu dari perusahaan, kerja kok seenak jidatnya" gerutunya misuh-misuh.
Jingga hanya mengangkat bahu, membiarkan perempuan yang lebih tua itu ngomel-ngomel gak karuan. Mengetuk pintu agak keras, lalu memasukinya ketika di persilahkan.
Tidak seperti biasa, bos Bara tengah duduk sambil menumpangkan kakinya di atas meja. Matanya terpejam dengan tangan menyilang di dada, posisi yang terlihat santai.
"Saya mau, kita bercerai!" pekik Jingga penuh amarah, ketika melihat Bara ongkang-ongkang kaki tak memperdulikan kedatangannya. Tak taukah lelaki itu? Bagaimana hatinya kalang kabut? Ketika ia di jadikan pengantin yang hanya bisa menunggu, tanpa tau akan kemana biduk rumah tangganya berlabuh?
Bara membuka matanya perlahan, lalu tatapannya jatuh pada perempuan yang telah jadi istrinya selama dua minggu. Ia lantas menurunkan kedua kakinya, menatap dengan tatapan marah.
"Apa kamu bilang?" tanyanya, sembari melangkah cepat menghampiri Jingga. "Kamu ingin bercerai!" sentak nya geram. "Jangan harap itu terjadi! Perjanjian kita satu tahun, bila kamu mengingkari akan ada konsekwensinya."
"Saya gak bermaksud ingkar, tapi bapak sendiri yang menghilang tanpa kabar. Emangnya saya harus menunggu tanpa kepastian, seperti istri-istri setia di sinetron. Saya bukan orang seperti itu, minimal memberi kabar keberadaan bapak dimana?"
"Saya mengantar Mela ke rumah sakit, dia over dosis. Saya merasa bersalah, dan bertanggungjawab atas keselamatannya."
"Kenapa gak WhatsApp atau telpon?" tanya Jingga keras.
"Saya gak tau nomor kamu" ujar Bara santai.
"Huh!" dengus Jingga kesal.
"Jadi kamu cemburu, saya menunggui Mela di RS" seringai Bara.
"Bukan itu masalahnya" ucap Jingga. "Intinya, kamu gak menghormati perkawinan."
"Oke...oke, saya mengakui salah gak mengabari mu ketika pergi. Tapi jangan takut, saya sudah di sini sekarang. Jadi urungkan niat mu, yang ingin bercerai. "
"Akan saya pikirkan nanti, karena gak menutup kemungkinan bapak akan mengulanginya lagi."
"Kenapa perempuan berpikir sedemikian rumit?" tanyanya . "Segala sesuatu yang belum terjadi, terlalu serius di pikirkan."
"Karena bapak menikahi wanita, yang demikian kompleks. Coba kalo dengen pria, tentunya beda ceritanya."
"Hust, kamu ini!" ujar Bara sembari menjentik kening istrinya. "Saya masih suka yang montok, bukan batangan."
"Dasar mesum!"
"Kamu, yang membuat saya berpikir seperti itu" balas Bara menohok. "Sekarang, kemari lah" pintanya lembut, merengkuh pinggang sang istri. Lalu, mereka duduk saling berdempetan di sofa.
Jingga menuruti kemauan Bara, bagaimana pun juga mereka masih suami istri? Dosa bukan? Menolak keinginan suami.
"Saya malu, harus dekat-dekat dengan bapak" ujar Jingga.
"Kenapa?"
"Sepertinya hubungan kita sudah tercium anak-anak di kantor, karena rumor pernikahan bapak sudah tersebar. Hani mencurigai saya, yang jadi pengantin wanitanya."
"Kenapa harus takut?"
"Bukan saya takut, tapi menghormati Mela. Saya gak ingin dia tambah terpuruk."
"Kita pikirkan jalan keluarnya nanti, yang penting peluk dulu saya. Sudah dua minggu ini saya menahan rindu."
"Ah, gombal!"
... ****...
Lanjut Ka Author jangan patah semangat..
Lanjut ka n ttp semangat 💪
kasian Jingga dah di hianati pacar sekarang suami'y
Lanjut Ka Author ttp semangat 💪
I like❤👍
menurut aku nie novel sangat bagus... aku suka tokoh Jingga yg tegas tak banyak drama kumenangis membayangkan...🤣ini mah berbeda tak sperti kbanyakan novel" lain yang hobi mainkan air mata..
Semangat Ka author moga success🏆💪
Sama Laki'y jga kaya punya rencana tidak baik..
Lanjut ka....
Lanjut ka Author ttp semangat