NovelToon NovelToon
"Rumah Tua" (Adelia Adena).

"Rumah Tua" (Adelia Adena).

Status: tamat
Genre:Horor / Tamat / Rumahhantu / Hantu
Popularitas:1.4k
Nilai: 5
Nama Author: Khairunnisa Nur Sulfani

Adelia Adena, seorang gadis SMA yang ekstrover, ceria dan mudah bergaul dengan siapa saja, tiap harinya selalu di isi dengan keceriaan dan kebahagiaan.

Hingga suatu hari hidupnya berubah, ketika sang Ayah (Arsen Adetya) mengatakan bahwa mereka akan pindah di perkampungan dan akan tinggal disana setelah semua uang-nya habis karena melunasi semua utang sang adik (Diana).

Ayahnya (Arsen Aditya) memberitahukan bahwa sepupunya yang bernama Liliana akan tinggal bersama mereka setelah sang Ibu (Diana) melarikan diri.

Adelia ingin menolak, tapi tak bisa melakukan apa-apa. Karena sang Ayah sudah memutuskan.

Ingin tahu kelanjutannya, simak terus disini, yah! 🖐️

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Khairunnisa Nur Sulfani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Cerita Papa_Akhir Segalanya

Adelia dan Hana meminta penjelasanku soal dari mana dan bagaimana aku tahu. Aku pun menceritakan bahwa aku mengetahui hal tersebut adalah ketika mereka pulang sekolah. Saat Erick menceritakan apa yang terjadi dan respon Lilian.

Saat itu aku belum menyadarinya, aku hanya merasa aneh saja jika Lilian biasanya tidak suka aku menyalahkan Adelia, maka Lilian yang ini nampak suka dan menunggu hal itu. Aku mencoba hal itu dengan melempar vas bunga didekat Adelia. Walau aku sedikit cemas Adelia serta Hana salah paham, tapi aku harus melakukannya dan melihatnya sendiri.

Dan benar saja, Lilian tersenyum seolah menyukainya itu. Dan aku berusaha menanyakan kembali hal tersebut pada Erick. Tapi Erick bingung, ia bilang benarkah ia mengantar Lilian serta Adelia pulang, karena ia benar-benar tidak mengingatnya.

Aku pun menjelaskan jika aku mengetahuinya jelas saat kami berada di rumah makan. Mengetahui hal itu, aku pun nampak biasa-biasa saja nampak seolah tak mengerti hal apapun. Tapi aku tidak diam saja, aku mencoba meminta bantuan pada Dariel dan seorang kenalan kami, Dimas.

Dan ketika hal ini terjadi, aku baru menceritakan kebenarannya.

Meminta maaf pada Adelia serta Hana karena sudah melukai perasaannya.

"Maafin papa juga yah!."

Setelah hari ini, Hana mengajakku untuk berbicara berdua mengenai pindah rumah. Tapi pembicaraan itu di dengar oleh Adelia. Adelia bilang ia tidak ingin kemana-mana dan tetap disini. Mengenai situasi yang terjadi, Adelia bilang kami hanya sedang sial begitu pun Lilian.

"Apa Lilian membuat masalah?." tanyanya. Kami memutuskan untuk memberitahunya agar lebih berhati-hati lagi, tidak lupa baca doa ketika pergi kemana pun. Lilian pun menjelaskan bahwa ia pun merasa Aneh saat di sekolah. Sesuatu seolah mengarahkannya tanpa sadar dan tiba-tiba ia sudah di rumah saja.

"Maafin Lilian, Kak." ujarnya. Seperti biasa Adelia menanggapi hal itu dengan biasa saja meminta Lilian melupakan hal tersebut.

____

"Kak Adelia, Lilian minta maaf, yah." ujar Lilian saat kami tengah berdua.

"Gapapa, Li."

"Aku juga minta maaf, sempat kesal dan marah sama kamu soal itu."

Lilian menceritakan kejadian awal saat ia di bully, saat itu entah mengapa ia merasa harus melakukan sesuatu yang pada akhirnya aku harus menjadi orang yang disalahkan. Lilian juga bercerita bahwa semua berawal dari perasaannya di mulai ketika ia melihat Erick pertama kali.

Ia menyukai pria itu dan merasa bahwa aku adalah penghalang perasaannya karena merasa jika Erick menyukaiku.

"Kok bisa kamu kepikiran sampai sana sih, Liliana?." ujarku sementara ia merasa bersalah.

"Lagian aku sama Erick itu gak ada hubungan apapun. Pun Erick, dia gak ada tuh bilang suka juga!." ungkapku geleng-geleng kepala. Menjelaskan pada Liliana jika itu hanya perasaannya saja.

____

Sorenya kami dikejutkan dengan kedatangan Erick, ia meminta maaf dengan apa yang terjadi, karena ia tidak mengingat kejadian mengantar kami pulang sekolah pun saat menjemput.

"Jadi maksud mas Erick, mas gak ingat apa-apa?." tanya Liliana memastikan. Erick pun membenarkan. Terlihat sedikit kekecewan dari Liliana, mungkin karena saat itu hubungan mereka sudah dekat. Menurutku bahkan mereka punya hubungan.

"Jadi sama sekali gak ingat?." tanyaku lagi.

"Ya, saya tidak ingat. Lagian, ngapain juga saya nyalahin kamu kalau ternyata pelaku pembullyan itu bahkan bukan kamu." jelasnya setelah mendengar segala cerita papa.

"Liliana juga, kenapa wajahnya begitu?." tanyanya menatap Liliana. Yang ditanya hanya mengatakan tidak apa-apa. Sudahlah aku tidak ingin memikirkannya lagi.

"Tapi benarkan, ini, mbak Hana sama Mas Arsen gak mau pindah lagi? Lagian saya pikir masalah kemarin sudah selesai."

"Ya, ceritanya begitu, Rik. Tapi Adelia gak mau." ungkap Papa menjelaskan. Ya, mama sempat mengajak papa pindah dari sini karena merasa sejak kami pindah kemari, kejadian-kejadian aneh itu terjadi semenjak kami tinggal di rumah ini. Papa sebenarnya setuju, tapi aku menolak. Tanpa mendengar pembicaraan mereka lagi, aku bergegas pergi dari sana dan bergegas pergi ke kamarku tetapi Lilian kemudian menyusulku.

"Kak Adelia, tunggu." menoleh menghadapnya dan menanyakan apa yang ingin ia bicarakan.

"Kenapa kakak gak pengen pindah?." tanyanya kini menatapku.

"Hmm, gak ada alasan. Sudah betah disini." ungkapku.

"Kakak yakin karena itu, apa kakak gak pengen ceritain itu ke Lilian?." ungkapnya. Sedang aku sendiri bingung, aku menautkan alis tidak mengerti tetapi seolah mengerti Liliana menjelaskannya.

"Bukan karena Mas Dariel, kan?." tanyanya. Dan aku cukup terkejut. Sebelum aku menjawab, Liliana pun nampak tersenyum yang membuatku salah tingkah.

"Aku udah tahu, Kak." jelasnya. Sementara aku sendiri bingung bagaimana menjelaskannya. Liliana bilang, ia menyadari itu mungkin ketika aku pertama kali mengetahui tentang Dariel sebenarnya.

"Udah, kak Adelia tenang aja, gak aku sampaikan ke Mas Dariel-nya kok."

"Apa sih, Lilian." bantahku kemudian pergi meninggalkannya menuju kamar dan berdiri di balkon. Memikirkan perkataan Lilian, aku sebenarnya tidak begitu tahu untuk alasan apa.

Mungkin aku pernah menjadi orang yang begitu ingin pindah dari sini, tapi dengan mama dan papa. Tapi sesaat setelah, mengingat Angela pernah bilang, 'bahwa Dariel sendirian di sini.' aku mengurungkan niat tersebut. Mungkin aku merasa kasihan.

Awalnya, aku hanya pikir ia hanya lelaki dewasa seperti biasanya, tapi sekarang aku merasa bahwa ia cukup kesepian. Setelah itu aku menjadi suka memperhatikannya dari jauh. Berdiri di balkon dan tidak sengaja melihat ia sedang berdiri disana juga, namun bedanya ia melihat ke arah langit.

Aku tidak tahu perasaan apa itu, apakah itu sama seperti yang Liliana katakan atau aku hanya kasihan pada seseorang yang tidak punya pegangan. Setelah Dariel pindah kemari, ia sering datang ke rumah, dan aku menyukai itu.

Menyukai bahwa ia ternyata tidak kesepian, menyukai bahwa ia ternyata memiliki keluarga. Aku senang mengetahui hal itu, jadi pindah dari sini. Aku merasa itu hanya akan membuatnya merasa sendiri lagi.

Rumah depan sana nampak sepi, karena sepertinya Dariel sedang tidak berada di rumah. Namun, ketukan di pintu kamarku menyadarkanku dari lamunan dan segera membukakannya. Liliana mengajakku turun ke lantai bawah, ia bilang Dariel ada disana.

"Tapi kenapa aku harus turun juga?." tanyaku. Tapi kemudian Liliana bilang Dariel ingin mengenalkan seseorang pada kami.

Saat turun ke lantai satu, di sana semua orang tengah berkumpul, termasuk Dariel dan seorang wanita_sepertinya ia datang bersama Dariel.

Dariel mengatakan bahwa ada yang ingin ia bicarakan, Liliana memegang tanganku dan meliriknya, ia seolah menguatkanku dan aku bingung dengan hal tersebut.

Ternyata Dariel memperkenalkan perempuan itu yang ternyata bernama Tara, memperkenalkannya sebagai kekasih perempuannya dan mereka ingin menjalin hubungan yang serius.

Sedikit merasa berbeda dengan hatiku, seperti tidak rela. Tapi melihat Dariel bahagia akan hal itu. Aku pun turun berbahagia. Setidaknya ia bisa melupakan sedikit tentang Angela dan Emma, adiknya.

Aku pun menyadarkan diriku, bahwa yang kupunya bukan perasaan yang seperti Liliana maksud, walau sedikit benar, hanya sedikit. Tapi belum terlambat untuk aku akhiri, kan?

Kami berkenalan dengan Tara, Dariel mengatakan bahwa kami sudah seperti keluarga sedang aku dan Lilian sudah seperti adik baginya.

Setelah itu aku memilih untuk jalan-jalan di sekitar halaman rumah saja. Karena jujur saja, aku jarang keluar untuk melihat-lihat.

Selain karena hal itu, alasanku tidak ingin pindah adalah karena aku merasa nyaman disini. Aku menyukai udara segarnya, pemandangan alamnya, hutan pinusnya yang indah, dan kabut yang turun saat hujan tiba.

Tamat.

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!