seorang gadis kecil yang saat itu hendak pergi bersama orang tua ayah dan ibunya
namun kecelakaan merenggut nyawa mereka, dan anak itu meninggal sambil memeluk bonekanya
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rika ananda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Yoga mengobati luka Hana
Setelah ketegangan yang luar biasa, rasa lega memenuhi hati Hana dan Yoga. Kehilangan Bruno memang masih meninggalkan pertanyaan besar, namun setidaknya, ancaman langsung telah sirna. Mereka saling memandang, sebuah senyum kelegaan terukir di wajah mereka.
Menghela napas panjang "Syukurlah, semuanya sudah berakhir." Rasanya seperti mimpi buruk yang panjang. Ucap Hana.
Yoga: Menatap ruangan yang berantakan Benar sekali. Sekarang, kita perlu membersihkan semua ini. Ruangan ini seperti medan perang.
Yoga mulai bertindak. Ia mengambil sapu dan mengumpulkan pecahan-pecahan vas bunga yang hancur akibat pertempuran dengan Bruno tadi. Gerakannya terampil dan cepat, menunjukkan pengalamannya dalam merapikan rumah.
Yoga menyapu pecahan-pecahan vas dengan hati-hati, memasukkannya ke dalam kantong plastik. Ia kemudian mengambil kain lap dan membersihkan meja yang penuh dengan debu dan bekas tumpahan air. Wajahnya serius, tapi ada senyum kecil yang terpancar dari matanya.
Hana Membantu Yoga, "Aku akan membantumu. Kita bisa melakukannya bersama-sama." Ucap Hana.
" Hana mengambil beberapa kain lap dan mulai membersihkan noda-noda di lantai. Gerakannya lembut dan teliti, menunjukkan kepeduliannya. Ia juga mengambil beberapa buku yang berserakan dan meletakkannya kembali di rak buku.ujar Hana.
Yoga Sambil membersihkan meja "Untungnya, Bruno tidak merusak barang-barang yang berharga. Hanya beberapa vas bunga dan sedikit kerusakan di lantai." ucap Yoga.
Membersihkan lantai Ya, tapi kita harus berhati-hati. Kita tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Kita harus tetap waspada.ucap Hana.
Yoga dan Hana beraksi Mereka berdua bekerja sama membersihkan ruangan. Yoga membersihkan meja dan kursi, sedangkan Hana membersihkan lantai dan merapikan buku-buku. Suasana di ruangan itu terasa lebih tenang, dipenuhi oleh kerja sama dan ketenangan.
Setelah selesai membersihkan Selesai. Rasanya lebih baik sekarang. Ruangan ini sudah bersih dan tenang kembali." ucap yoga
yang Menatap ruangan yang bersih Ya, benar sekali. Sekarang kita bisa beristirahat sejenak. Kita perlu waktu untuk memulihkan diri setelah semua ini. Ucap Hana.
Mereka berdua duduk di sofa, merasa lega dan tenang. Meskipun Bruno telah menghilang, dan misteri masih membayangi, mereka telah berhasil mengatasi ancaman langsung dan merapikan kembali rumah mereka. Mereka siap untuk menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya.
Setelah membersihkan semua pecahan kaca dan merapikan ruangan yang berantakan, Yoga menghampiri Hana yang sedang duduk di sofa, menarik napas panjang. Kelelahan terlihat jelas di wajahnya, namun senyum kelegaan masih terukir di bibirnya.
Yoga Menghampiri Hana Hana, semuanya sudah bersih. Kita sudah bekerja keras. Sekarang, kita perlu beristirahat.
Hana mengangguk lelah, matanya menunjukkan keletihan yang amat sangat. Ia menggosok-gosok matanya, seakan ingin menghilangkan rasa kantuk yang mulai menghampiri.
Hana: (Mengangguk) Ya, aku sangat lelah. Rasanya tubuhku remuk redam.
Yoga Menatap Hana dengan lembut Mari kita tidur. Kita butuh istirahat untuk memulihkan tenaga. Besok, kita akan memikirkan apa yang harus kita lakukan selanjutnya.
Yoga mengulurkan tangannya kepada Hana, menawarkan bantuan untuk berdiri. Hana menyambut uluran tangan Yoga, dan berdiri dengan sedikit bantuan. Ia terlihat masih sedikit sempoyongan karena kelelahan.
Yoga Menuntun Hana ke kamar tidur Ayo, kita ke kamar. Kita perlu tidur nyenyak.
Yoga menuntun Hana ke kamar tidur mereka. Ia membantu Hana untuk berbaring di tempat tidur, menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang lembut. Hana langsung memejamkan mata, tertidur pulas karena kelelahan.
Yoga Menatap Hana yang tertidur Tidur yang nyenyak, Hana. Besok, kita akan menghadapi semuanya bersama-sama.
Yoga kemudian berbaring di Samping Hana, memeluknya Dengan lembut. Ia juga Memejamkan mata, merasakan kelegaan dan ketenangan setelah Bertempur hebat dengan Boneka Bruno, boneka maut yang telah menghabiskan nyawa papa dan Mamanya,
"kakak kenapa boneka itu selalu Mengganggu hidup kita?" ucap Hana.
"aku nggak tahu." jawab Yoga.
Setelah membersihkan semua pecahan kaca dan merapikan ruangan yang berantakan, kelelahan yang amat sangat terasa oleh Hana dan Yoga. Namun, kelelahan itu bercampur dengan rasa lega yang mendalam. Ketegangan yang mencekam selama pertempuran dengan Bruno akhirnya sirna. Di wajah Hana, terlihat jelas kelegaan yang bercampur dengan syukur. Ia menghela napas panjang, seakan melepaskan beban berat dari pundaknya.
Hana Menghela napas panjang, suaranya sedikit bergetar "Yoga... semuanya sudah berakhir. Rasanya seperti mimpi buruk yang panjang sekali. Aku masih gemetar," ucap Hana memikirkan kejadian tadi. Aku tak pernah menyangka akan menghadapi sesuatu yang separah ini.
Yoga mengangguk, wajahnya masih sedikit pucat. Kelelahan fisik bercampur dengan kelelahan mental. Ia mengusap keringatnya, mencoba untuk menenangkan detak jantungnya yang masih berdebar kencang. Namun, di balik kelelahan itu, terpancar rasa syukur dan kebahagiaan karena mereka berdua selamat.
Yoga Menatap Hana dengan lembut, suaranya sedikit serak Ya, Hana. Aku juga merasa sangat lelah. Tapi, aku bersyukur kita berhasil melewatinya. Aku masih merasa ngeri memikirkan bagaimana jika kita gagal mengusir Bruno. Bisa-bisa rumah ini hancur berkeping-keping.
Ia menatap ruangan yang sudah bersih, tetapi masih terlihat bekas-bekas pertempuran. Itu mengingatkannya kembali pada kejadian menegangkan yang baru saja mereka alami. Rasa takut masih sedikit menghantui, namun rasa lega dan syukur jauh lebih besar.
Yoga Melanjutkan, suaranya lebih "tenang Selain lelah, aku juga merasa... takut. Takut akan kekuatan Bruno, kekuatan yang jauh di luar bayangan kita. Tapi, di saat yang sama, aku juga merasa bangga. Bangga karena kita berhasil menghadapinya bersama-sama.
Hana tersenyum, menatap Yoga dengan mata yang penuh kekaguman dan kasih sayang. Ia merasa sangat bersyukur memiliki Yoga, sahabat yang selalu ada di sisinya, memberikan kekuatan dan dukungan.
Hana Memegang tangan Yoga Aku juga merasa begitu, Yoga. Aku takut, tapi aku juga bangga. Kita berhasil. Kita melakukannya bersama-sama. Dan aku sangat bersyukur memilikimu.
Mereka berdua saling memandang, sebuah ikatan yang kuat terjalin di antara mereka. Ikatan persaudaraan yang telah diuji oleh cobaan berat dan kini semakin kuat. Kelelahan fisik dan mental mereka terobati oleh rasa syukur, kebanggaan, dan kasih sayang yang terjalin di antara mereka. Mereka berdua siap untuk beristirahat, mengetahui bahwa mereka akan menghadapi apa pun yang akan terjadi selanjutnya bersama-sama.
Yoga, dengan hati-hati, mengambil kotak P3K dari lemari. Ia mengeluarkan kapas, betadine, dan plester. Dengan tangan yang lembut dan penuh perhatian, ia membersihkan luka-luka kecil di tangan dan kaki Hana. Gerakannya hati-hati, menunjukkan kepeduliannya yang mendalam.
Dengan lembut yoga berkata "Hana, biarkan aku mengobati lukamu. Kau terlihat sangat lelah, dan beberapa lukamu perlu perawatan."
Hana mengangguk lemah, menunjukkan rasa terima kasih yang dalam. Ia memang merasa sangat lelah, baik secara fisik maupun mental. Luka-lukanya terasa perih, mengingatkannya kembali pada pertempuran yang menegangkan.
Yoga membersihkan luka-luka Hana dengan penuh kesabaran. Ia berbicara dengan lembut, menenangkan Hana yang masih sedikit gemetar.
Yoga Dengan suara lembut" Sabar ya, Hana. Sebentar lagi selesai. Nanti akan terasa lebih baik."
Yoga sesekali menanyakan kabar Hana, menanyakan apakah lukanya masih terasa sakit. Ia memberikan perhatian penuh kepada Hana, mencoba meredakan rasa sakit dan ketakutan yang masih menghantuinya.
Sambil mengoleskan salep yoga bertanya kepada Hana "Bagaimana, Hana? Masih sakit?" ucap yoga
Sambil menempelkan plester "Sudah selesai. Sekarang, rasanya lebih baik, kan?"
Yoga memastikan semua luka Hana tertangani dengan baik. Ia memeriksa setiap luka dengan teliti, memastikan semuanya tertutup dengan plester. Ekspresi wajahnya menunjukkan kepedulian dan kasih sayang yang tulus.
Yoga Sambil tersenyum lalu berkata "Sudah, sekarang kau sudah aman."
Sikap Yoga saat mengobati Hana menunjukkan kepedulian, kasih sayang, dan perhatian yang tulus. Ia tidak hanya ingin menyembuhkan luka fisik Hana, tetapi juga ingin meredakan rasa takut dan ketakutan yang masih menghantuinya. Sentuhannya yang lembut, kata-katanya yang menenangkan, dan perhatiannya yang penuh kasih sayang, membuat Hana merasa aman dan nyaman.
Dengan tindakan dan kata-katanya, Yoga menunjukkan bahwa ia adalah kakak yang selalu ada untuk Hana, baik dalam suka maupun duka. Ia menunjukkan bahwa ia adalah orang yang dapat diandalkan dan dipercaya, seseorang yang akan selalu berada di sisinya untuk memberikan dukungan dan kekuatan.