Tuan Alaxander Almahendra adalah seorang CEO dan tuan tanah. Selain memiliki wajah yang tampan ia juga pintar dan cerdas dan nyaris sempurna. Namun, siapa sangka di balik kesempurnaan fisik dan kecerdasannya tuan Alex terkadang sangat kejam terkesan tidak berprikemanusiaan. Ia seperti tenggelam dalam lorong hitam yang menggerogoti jiwanya.
Nayla De Rain gadis canti dengan paras sempurna. Setelah mengalami kegagalan dengan Fandy ia memutuskan untuk menikah dengan Zainy lelaki yang tida di cintainya. Namun, sebuah peristiwa membuatnya tertangkap oleh anggota tuan Alex dan di bawa ke menara dengan seribu tangga memutar.
Nasib baik atau buruk yang menimpa gadis bernama Nayla iti malah mempertemukannya dengan tuan Alex. Entah tuan Alex dan anggotanya akan akan menyiksa Nayla seeprti yang lainnya atau malah menjadikannya tahanan abadi. Novel 'REMBULAN YANG TENGGELAM' adalah kisah cinta dan balas dendam. Para tokoh mempunyai karakter unik yang membuat mu jatuh cinta.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Dongoran Umridá, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Hati Yang Bergejolak
Nayla duduk bersama Ratih. Keduanya sedang mengerjakan tugas bersama di kampus. Nayla memeriksa HPnya ketika ia mendengar HPnya berdering. Ternyata panggilan dari Fandy. Nayla langsung mengangkatnya.
"Nayla, aku sudah menunggu di parkiran."
"Oke! Aku ke sana sekarang!" Jawab Nayla langsung mematikan HPnya.
Ratih memperhatikan Nayla, mencoba menebak dengan siapa gerangan sahabatnya itu berbicara.
"Mau ke mana?" Tanyanya kemudian.
Pertanyaan itu penuh selidik. Tatapannya penuh curiga. Gadis cerewet itu heran melihat Nayla. Zaini sudah pulang ke kota tempat dia bekerja kira-kira siapa yang bisa membuat gadis cantik itu meninggalkannya sendirian? Tanda tanya memenuhi kepalanya. Nayla hanya membalasnya dengan senyuman penuh arti. Hal itu membuatnya sedikit kesal.
Nayla berjalan menuju parkiran. Gadis itu melihat Fandy sedang menunggunya dengan bersandar ke mobilnya. Saat melihat Nayla berjalan ke parkiran Fandy menyambutnya dengan senyuman. Senyuman seperti biasa sebelum ia putus denyan Nayla.
"Silakan masuk!" Fandy membuka pintu mobil untuk Nayla. Senyum masih menghiasi wajahnya. Nayla membalas senyuman itu penuh misteri namun tetap cantik di mata Fandy. Hari ini sepertinya Fandy sungguh bahagia. Setelah Nayla masuk ke dalam mobil Fandy menutup pintu lalu ia berjalan memutar ke dekat pintu kemudi. Ia masuk setelah membuka mobil dan duduk dengan tenang, lalu kemudian mengemudi dengan hati-hati menuju pusat perbelanjaan.
Ratih yang diam-diam mengikuti Nayla terheran-heran denga apa yang ia lihat. Bukankah Fandy sudah membatalkan pertunangan mereka? Lalu kenapa sekarang dia bersama Fandy? Bahkan mereka jalan bareng seperti tidak pernah terjadi apapun. Ratih benar-benar bingung.
"Ayah dan ibu ku sudah menunggu di sana, jadi kita agak ngebut gak apa-apa ya." Fandy bergumam sambil memakaikan sabuk pengaman pada Nayla.
Nayla hanya diam mengangguk tanpa bersuara. Hatinya sedang bergejolak dan berperang, ia merasa dirinya jahat, namun tidak sanggup ia melawan.
Tidak begitu lama, mereka tiba di tempat yang di tuju. Ayah dan ibunya Fandy menyambut Fandy dan Nayla ke parkiran. Nayla tersenyum dan menyalami orang tua Fandy. Yovi dan Nova adiknya Fandy menyalami Nayla. Senang punya kakak ipar yang cantik dan baik.
"Nayla, kamu cantik sekali, pantasan Fandy tidak bisa meninggalkan mu." Ibunya Fandy memuji kecantikan.Nayla. Deg, jantung gadis itu berdegub, darahnya berdesir. Nayla menepis perasaan aneh dalam hatinya dengan berusaha tersenyum.
"Ah, mama jangan usik kecantika Nayla, nanti pudar." Gumam Fandy melirik wajah cantik Nayla. Nayla ingin bicara namun suaranya tercekat di tenggorokan yang membuatnya terbatuk.
"Nayla! Papa sama mama duluan pulang ya, gak apa-apa kan?" Gumam ibunya Fandy. Papa sama mama? Kayak sudah nikah aja Nayla dengan Fandy.
"Ia tante, tidak apa-apa."
Jawab Nayla masih tersenyum. Kedua orang tua Fandy pun berjalan menuju mobil lalu masuk dan beberapa saat kemudian mobil itu sudah meluncur meninggalkan pusat perbelanjaan.
"Ayok kita masuk.' Ajak Fandy.
Nayla mengangguk dan berjalan mengikuti langkah Fandy. Kedua adiknya Fandy berjalan beriringan dengan Nayla.
Ke empat orang itu berkeliling mencari gaun pengantin, namun di antara semua gaun yang mereka temui Nayla selalu merasa ada yang kurang. Kurang inilah, kurang itulah. Sampai mereka lelah namun belum ada hasilnya. Akhirnya Fandy mengusulkan agar baju pengantin mereka di desain khusus meski harus menunggu beberapa hari dan Nayla langsung setuju.
Selesai baju pengantin kini ke empat orang itu memilih perhiasan. Fandy membelikan cincin dan kalung namun Nayla menolak, gadis itu hanya menerima cincin saja. Fandy sedikit kecewa namun tidak apa, karena Nayla bilang lain kali saja di belinya.
Setelah selesai shoping Fandy mengantar Nayla pulang ke rumah. Nayla menyuruh Fandy dan kedua adiknya langsung pulang karna ayah dan ibunya mungkin masih sedikit marah. Fandy tidak keberatan ia dan kedua adiknya langsung memutar mobilnya dan segera pulang.
"Assalamualaikum."
Nayla mengetuk pintu. Tidak lama menunggu pintu langsung terbuka, Nayla masuk dengan raut wajah lelah dan kesal. Andika memperhatikan kakaknya, lelaki itu melihat cincin melingkar di jari kakaknya kini ada dua. Tentu saja satu cincin dari Zaini dan satunya lagi cincin yang baru saja di belikan oleh Fandy.
"Apaan sih melototin gue." Gumam Nayla melihat ekspresi Andika.
"Siapa yang ngantar lo?" Balas Andika. Nadanya seperti sedang menginterogasi.
"Apa? Lo? Gue ini kakak lo! Dasar adik tak punya sopan santun." Gumam Nayla tidak menggubris pertanyaan adiknya. Ia merasa kesal dengan Andika yang menggunakan kata 'lo' pada kakaknya sendiri.
"Kakak menjalin hubungan lagi dengan si brengsek Fandy itu?" Tanya Andika membuat langkah Nayla terhenti dan menoleh ke adiknya.
"Bukan urusan mu. Gue mau istirahat!" Bentak Nayla berjalan meninggalkan adiknya yang masih berdiri di ambang pintu. Gadis itu langsung menuju kamarnya. Andika memandangi kakaknya sambil geleng-geleng kepala.
"Gadis yang aneh." Andika bergumam dalam hati. Ia merasa kakaknya menyembunyikan sesuatu sendirian.
Kemudian Andika masuk ke dalam. Ia kaget saat mendengar puntu kamar kakaknya di banting dengan kuat. Andika mengelus-elus dadanya. Sepertinya sang kakak sedang kesal padanya.
"Ada apa dengannya? Sejak ia memilih berakhir dengan Fandy dan bertunangan dengan Zaini tingkah lakunya kok aneh ya." Gumam Andika sendirian.
"Ribut sama kakak mu lagi?" Tanya ibunya dari dapur setengah teriak.
"Nggk kok bu." Jawab Andika mengelak. Ia kembali duduk di ruang keluarga sambil nonton TV.
"Jangan bertengkar terus, sebentar lagi kakak mu menikah lo, kamu akan kesepian tidak punya teman ribut lagi, jadi baiklah padanya." Kata buk Dalifah mengingatkan putranya. Andika mematikan TV dan beranjak ke dapur. Meskipun Andika anak laki-laki tapi dia terlihat dekat dan sanang pada ibunya. Buk Dalifah sedang mengupas kentang. Andika duduk di bangku persisi di depan buk Daljfah.
"Buk! Bukankah menurut ibu kak Nayla itu bertingkah aneh akhir-akhir ini?" Gumam Andika berbisik di telinga ibunya takut ada yang mendengarnya.
"Aneh apanya? Dia pasti lagi kelelahan karna dia sebentar lagi mau menikah.
"Ia buk, tapikan tingkahnya tidak seperti biasa buk."
"Andika, karna menikah itu ibadah seumur hidup dan penyempurna agama maka sangat banyak cobaannya. Kaka mu pasti sedang berperang dan bertaha melawan entah apa yang harus di lawan. jadi, kuatkan lah dan do'akan saja dia ya nak."