Syena Almira, gadis yang tanpa sengaja dinikahkan dengan seorang pria bernama Fian Aznand yang tidak dia ketahui sama sekali. Berawal dari sebuah fitnah keji yang meruntuhkan harga dirinya dan berakhir dengan pernikahan tak terduga hingga dirinya resmi di talak oleh sang suami dengan usia pernikahan yang kurang dari 24 jam.
"Aku tak akan bertanya pada-Mu Ya Allah mengenai semua ini, karena aku yakin kalau takdir-Mu adalah yang terbaik. Demi Engkau tuhan yang Maha pemberi cinta, tolong berikanlah ketabahan serta keikhlasan dalam hatiku untuk menjalani semua takdir dari-Mu." _ Syena Almira.
"Kenapa harus seperti ini jalan cintaku tuhan? Aku harus menjalani kehidupan dimana dua wanita harus tersakiti dengan kehadiranku? Aku ingin meratukan istriku, tapi kenapa ketidakberdayaan ku malah membuat istriku menderita?" _ Fian Aznand.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Vebi Gusriyeni, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Ajakan Rujuk
...Assalamu'alaikum sahabat fillah, selamat membaca :) ...
...***...
Syena dan Fian larut dalam pikiran mereka masing-masing, di satu sisi Fian tidak ingin mengkhianati Naima, di sisi lain dia tidak ingin menelantarkan putra dari Syena yang juga putra kandungnya.
"Bagaimana kau menjalani hari berat ini sendiri?" Fian bertanya dengan terus menatap wajah Syena yang saat ini menunduk.
"Tidak ada hari berat untukku Fian, semua bisa aku lalui dengan baik Alhamdulillah."
"Jangan bohong, tidak mungkin kamu akan menjalani semua dengan baik sedangkan keluargamu tidak mengetahui kabar pernikahan kita dan bagaimana kamu menjalani kehamilan seorang diri?" Syena mengangkat pandangannya, dengan mantap dia mengatakan kalau memang 3 tahun dia lalui seorang diri tanpa keluarga dan sosok suami.
"Maafkan aku Syena, harusnya aku tidak meninggalkanmu setelah kita berhubungan, harusnya aku berpikir kalau hubungan kita pasti meninggalkan bekas." Syena menghapus air matanya dengan tissue yang ada di atas meja kerja nya.
"Tak apa, semua resiko untukku, aku yang meminta hak sebagai istri darimu Fian, ini bukan kesalahanmu, sudahlah, lupakan semuanya." Syena tersenyum lembut pada Fian.
"Tidak Syena, aku tidak mungkin untuk melupakannya, aku akan bicarakan hal ini dengan Naima, aku akan jujur padanya." Syena membulatkan matanya.
"Jangan Fian, kau akan menyakiti istrimu, tidakkah kau lihat kalau saat ini dia sedang hamil tua? Kau bisa saja membunuh istrimu dengan pengakuanmu itu, aku tidak ingin kalau kehadiran aku dan Azad menjadi bumerang dalam rumah tanggamu, na'uzubillah." Perkataan tulus dari Syena serta pancaran ketakutan di matanya membuat Fian tak berkutik.
Benar semua yang dikatakan oleh Syena, pengakuan Fian bisa saja membuat Naima terbunuh perlahan, terbunuh hati dan pikirannya.
"Apa yang harus aku lakukan untuk kalian Syena? Aku ingin putraku, Azad, mendapatkan perlakuan yang sama dengan Rayyan."
"Aku tidak akan membatasi pertemuan mu dengan Azad."
"Bagaimana dengan akta kelahiran putra kita Syena?"
Terdiam, Syena tak mampu menjawab pertanyaan dari mantan suaminya itu karena memang Azad belum memiliki akta kelahiran karena Syena tidak memiliki akta nikah bersama Fian.
"Syena." Suara bariton Fian membuyarkan lamunan Syena.
"Belum Fian, Azad belum memiliki akta kelahiran, aku akan segera mengurusnya."
"Bagaimana kamu akan mengurusnya? Sedangkan akta pernikahan kita tidak ada."
"Aku akan mencari suami untuk mendapatkan akta nikah lalu mengurus akta kelahiran Azad." Fian membulatkan bola matanya sambil menatap Syena.
"Gampang sekali kamu bicara begitu." Syena tertawa.
"Aku hanya bercanda Fian, aku akan meminta bantuan pada temanku untuk mengeluarkan akta kelahiran Azad, aku memiliki kenalan di sini." Fian memegang tangan Syena, saat Syena akan menarik tangannya, Fian malah menahan.
"Ayo kita rujuk Syena, menikahlah denganku, aku berjanji akan menjaga kalian berdua, aku tidak akan meninggalkanmu lagi." Ajakan Fian membuat Syena terpaku, hatinya sangat ingin kembali rujuk dengan Fian, karena saat ini hanyalah Fian pria yang dia cintai, walaupun pertemuan mereka hanya sesaat, tapi Fian sudah mengambil sesuatu yang paling berharga dalam hidupnya.
Pikiran Syena menolak hal itu karena dengan pernikahannya bersama Fian nanti akan membuat Naima dan anaknya tersakiti, Syena menarik tangannya dari Fian.
"Aku tidak mau Fian, biarlah seperti ini, untuk urusan data anak kita, aku bisa mengurusnya."
"Kenapa? Kenapa kamu menolak ku?"
"Kita tidak bisa bersama, sekarang pergilah Fian, anak dan istrimu pasti sedang menunggu mu." Fian teringat dengan Naima yang saat ini sedang kelaparan karena belum makan, dia bergegas pamit pada Syena dan membelikan makanan untuk Naima.
...***...
Saat memasuki ruangan dimana Rayyan dirawat, Fian melihat kalau Naima sedang melantunkan ayat suci Al-Qur'an di samping Rayyan dengan suara pelan namun terdengar indah.
"Assalamu'alaikum." Fian memasuki ruangan itu lalu mengecup singkat kening sang istri.
"Wa'alaikumsalam, kenapa lama sekali? Aku sangat lapar Fian." Wajah Naima terlihat begitu pucat.
"Maafkan aku Naima, tadi ada kendala makanya aku lama, makanlah." Fian makan bersama dengan Naima, Rayyan masih tertidur, kondisinya sudah jauh membaik.
Fian menatap lekat wajah Naima yang saat ini tengah berjuang di kehamilannya. Tangan Fian terulur menyentuh wajah Naima, mengusap pipi halus istrinya lalu tersenyum.
"Ada apa?" Naima bertanya dengan lembut sambil memegang tangan sang suami.
"Aku sangat menyayangi mu dan anak kita Naima, jangan tinggalkan aku." Naima tersenyum mendengar perkataan suaminya.
"Aku tidak akan meninggalkanmu sayang, kenapa pula aku harus meninggalkanmu? Kamu suami yang sangat sempurna bagiku." Mata Fian terasa panas mendengar perkataan istrinya, tadi dia mengajak mantan istrinya untuk rujuk tanpa memikirkan perasaan Naima. Fian langsung memeluk Naima dengan erat dan mengusap lembut perut Naima yang terlihat buncit itu.
"Jika aku melakukan kesalahan dan membuatmu sakit hati, apa kamu akan tetap mendampingiku?" Naima mengusap lembut pipi suaminya.
"Seberapapun kesalahanmu, aku pasti akan mendampingi mu Fian, aku berjanji bukan padamu, melainkan pada Rabb ku, bahwa selama hak ku sebagai istri masih kamu jaga dan kehormatanku masih kamu pelihara maka aku akan terus mendampingi kamu. Aku mencintaimu karena Allah suamiku, jika suatu saat nanti kamu menyakitiku maka biarkan Allah saja yang akan mengobati hatiku." Air mata Fian tak mampu lagi dia bendung, perih yang dia rasakan saat ini, Fian semakin membenamkan wajahnya ke ceruk leher Naima, tubuhnya bergetar dan isakan lolos dari bibir tegasnya.
"Kamu kenapa? Apa ada masalah?" Tanya Naima.
"Tidak, aku terharu mengingat masa laluku yang begitu kelam, Allah masih memberikan aku seorang istri yang luar biasa seperti kamu sayang." Jawab Fian yang masih dalam pelukan Naima, sebelum menjalin hubungan serius, Fian sudah mengatakan pada Naima siapa dirinya dulu. Dia adalah seorang bandar narkoba, pelaku kriminal, begal, pembunuh dan bahkan dia sering memperkosa para gadis secara random bersama dengan teman-teman tongkrongannya. Selain itu, Sean dan Sonia juga sudah memberitahu Naima bagaimana Fian di masa lalu. Naima merasa kalau saat ini Fian tengah menangis mengingat masa lalunya padahal Fian menangis karena menyesal sudah berkhianat pada dirinya.
"Papa." Suara Rayyan terdengar, Fian menghapus air mata lalu mendekati Rayyan sedangkan Naima kembali memakan makanannya.
"Ada apa nak? Ada yang sakit?"
"No papa, aku ingin ke kamar mandi."
"Oke." Fian menggendong putranya dengan hati-hati, dia menjaga agar infus di tangan Rayyan tidak macet.
...***...
Selama dua hari Rayyan di rawat dan saat ini dia sudah diperbolehkan untuk pulang. Rayyan merasa lega bisa kembali tidur di kamarnya, karena kondisi Naima yang sedikit lemah, Fian kali ini yang memasak untuk makan malam mereka.
Dengan telaten, Fian memainkan alat-alat dapur dan bahan makanan hingga menjadi sebuah hidangan lezat yang siap disantap mereka nanti.
Fian menata makanan itu di atas meja makan, berhubung mereka baru selesai shalat maghrib, Fian menuju lantai atas untuk memanggil Rayyan dan Naima untuk turun.
"Ayo boy, kita makan dulu, biar kamu kembali kuat lagi."
"Iya pa, kita panggil ummi ya pa."
"Oke." Mereka berdua menyusul Naima ke dalam kamar, Fian melihat kalau Naima tengah tertidur di atas sajadah. Fian dan Rayyan merasa cemas lalu berlari mendekati Naima.
"Ummi, kenapa?" Tanya Rayyan, dengan susah payah, Naima mendudukkan tubuhnya lalu tersenyum, Fian membantu Naima.
"Kenapa sayang? Apa kita harus ke rumah sakit?" Naima terkekeh, dia gemas dengan reaksi anak dan suaminya itu.
"Aku hanya mengantuk habis mengaji tadi, aku hanya ketiduran." Fian dan Rayyan bernafas lega, mereka sangat takut jika Naima kenapa-napa. Fian memeluk erat Naima dan disusul oleh Rayyan, Naima tertawa bahagia mendapat perhatian dari anak dan suaminya itu.
"Sungguh cinta darimu membuatku begitu bahagia Naima, aku sangat mencintai kamu." Fian mengecup pipi Naima berkali-kali.
"Kalian sudah makan?"
"Belum sayang, kami ke sini mau mengajakmu."
"Baiklah, kalau begitu mari kita makan malam bersama." Naima melepaskan mukenanya dan melipat sajadah, lalu mereka bertiga berjalan ke ruang makan, makanan sudah terhidang dengan lengkap.
"Wah sayang, kamu memasak sangat banyak."
"Ini semua makanan kesukaan kamu, makan yang banyak, agar anakku di dalam juga kenyang." Fian mengecup pipi Naima dan mengusap perut Naima.
"Terima kasih papa." Ucap Naima sambil mengusap perutnya juga.
"Papa, selama di rumah sakit aku bermain dengan Azad, dia anak yang baik pa, tapi kalau Rayyan lihat, kok wajah Azad mirip sama papa ya?" Celoteh Rayyan yang membuat Fian sedikit tersedak, selama di rumah sakit memang Fian sering mengunjungi Syena dan Azad tanpa sepengetahuan Naima.
"Jangan didengar Fian, soalnya para perawat sering bilang kalau Azad dan Rayyan itu sangat mirip, makanya dia merasa kalau Azad itu mirip sama kamu." Ujar Naima.
"Oh ya, aku kok nggak tau kalau Rayyan sering main dengan Azad?"
"Soalnya dia sering main pagi-pagi, kalau udah siang dia bakalan pulang." Selama ini memang Azad sering bermain dengan pasien ibunya, dia anak yang ramah dan ceria, jadi semua pasien Syena akan tahu siapa Azad.
Mereka melanjutkan makan malam dengan tenang, Fian berusaha agar anak dan istrinya tidak lagi membahas mengenai Syena dan Azad lagi, karena hal itu semakin membuat hatinya merasa bersalah pada Syena dan Azad.
Keesokan harinya, sebelum berangkat ke kantor, Fian menyempatkan diri untuk datang ke rumah Syena, dia sangat merindukan Azad.
"Abii." Azad berlari dan memeluk Fian dengan erat, Fian menggendong Azad lalu membawanya masuk ke dalam rumah.
"Umma mana?"
"Umma sedang mandi di dalam kamar, abi ingin main sama Azad ya?"
"Iya sayang, abi kangen sama Azad, coba lihat, abi bawa mainan baru untuk Azad." Azad sangat bahagia mendapat mainan dari Fian, dia semakin memeluk leher Fian dengan erat.
"Azaad, ayo siap-siap nak, umma sudah terlambat." Panggil Syena sambil menuruni tangga, dia terpaku melihat Fian berada di rumahnya sambil menggendong Azad, menyadari kalau dia sedang tidak mengenakan hijab, Syena berlari ke lantai atas untuk memakai kerudungnya, Fian tersenyum menatap Syena yang semakin hari semakin cantik di matanya.
...***...
...Salam sayang dari author ya, berikan dukungannya dengan vote dan komentar. Info visual tokoh bisa lihat di sosial media author...
...Ig : velinaselina02...
...Tiktok : vebigusriyeni...