TRANSFORMASI SILUMAN SERIGALA

Putra sedang sibuk di belakang meja kerja nya, Sampai dia tidak tahu jika ada tamu tak diundang saat itu.

Ketika menyadari ada seseorang yang berdiri di depan nya, Putra mengangkat kepala. Ia mengernyit heran mendapati Sintia sudah berdiri di sana.

" Sintia ?"

" Lama tidak berjumpa Putra.. " Sintia tersenyum manis menyapa.

" Kapan kau sampai ?" Putra beranjak kemudian menyalami Sintia.

" Kau terlalu fokus, jadi tidak menyadari jika aku masuk."

Putra tersenyum, ia kemudian mengarahkan Sintia untuk duduk di sofa yang dikhususkan untuk tamu penting.

" Kau mau minum apa ?" Tanya Putra.

" Tidak perlu repot-repot, Aku lagi program diet. Jadi mengurangi minum kopi dan manis-manis." Tolak Sintia halus.

Putra tersenyum, ia menyodorkan air mineral yang ia ambil dari kulkas.

" Ada apa jauh-jauh datang menemui ku?" Lanjut Putra sembari duduk menyilangkan kakinya.

Sintia tersenyum hambar, Ia memang sangat membutuhkan bantuan Putra. Mereka sudah saling kenal lama sekali, Persahabatan merekalah yang membuat Sintia kenal dengan Dito.

" Aku diasingkan oleh keluarga ku Put.."

Putra tidak heran, sebab dampak dari penarikan dana investasi keluarga Lesmana sangat lah hebat.

" Aku tidak tahu lagi harus gimana ? Untuk bertahan hidup pun aku sangat sulit. Tabungan lu ludes, dan sekarang aku sangat membutuhkan bantuan mu."

Putra mengangguk kecil,

" Tapi aku tidak bisa membantu mu untuk membuat Kakek berubah pikiran."

Sintia mengerti itu, dia sangat mengenal Putra. Orang yang memang tidak ingin bergantung dibawah nama besar keluarga nya. Oleh sebab itu, Papanya yang sepemikiran dengan Putra memilih mendirikan perusahaan sendiri.

" Aku ingin melamar pekerjaan disini Put."

Putra tidak bisa menahan senyumnya.

" Ok, kau urus saja sama sekertaris ku. Aku tidak tahu jabatan apa yang sedang kosong . Tapi misalnya jadi OB ? Gimana ?" Goda Putra.

" Jangan gila deh kamu Put..." Sergah Sintia yang langsung membuat Putra tertawa.

Tiba-tiba ponsel Putra berdering, menghentikan tawa renyah nya. Ia mengernyit heran melihat nama yang tertera di layar ponsel.

" Siapa ?" Sintia jadi penasaran melihat perubahan raut wajah teman nya.

" Tante Donita, "

Kini giliran Sintia yang kaget.

" Ngapain dia hubungi kamu?"

Putra mengedikkan bahunya.

"Coba angkat dan loudspeaker!" Pinta Sintia, Putra mengiyakan.

" Hallo.. "

" Hallo, Ini Putra ?" tanggap Donita dari seberang.

" Iya Tante ada apa?"

" Put,,, kamu sibuk nggak ?"

" Kenapa ya Tante ?"

" Ini loh, Dara... Dia sendirian di rumah, Dito lagi pergi ke luar kota. Tante juga ada rencana mau pergi touring. Jadi nggak bisa nemenin dia."

Sangat membingungkan, namun Sintia memberi kode supaya Putra melanjutkan percakapan mereka.

" Kan di rumah banyak pelayan Tante .. "

" Putra, kamu seperti tidak tahu bagaimana sikap para pelayan kepada Dara. Mereka tidak bisa menghargai Dara yang statusnya lebih rendah dari mereka. Meskipun Dara sudah menjadi istri Dito. " Balas Donita.

Putra diam, dan apa yang dijadikan alasan oleh Donita memang benar. Akan sangat berbahaya jika Dara ditinggal sendirian. Dulu sewaktu Dara masih baru sampai di rumah itu, Dia malah disuruh ngepel sendirian dalam rumah besar keluarga Lesmana. Untung saja Tuan Lesmana pulang, kalau terlambat sedikit saja Dara bisa mati kecapean.

Dan pelayan yang membuli Dara langsung dipecat detik itu juga oleh sang Kakek.

" Hallo, Putra.. Kamu masih disitu kan?" Donita bersuara sebab lawan bicara nya diam.

" Iya Tante."

" Tolong ya temenin Dara, Tante nggak mau terjadi apa-apa sama dia. Bisa-bisa Kakekmu mengubur Tante hidup-hidup."

" Baik Tante, Nanti Putra akan kesana."

" Baguslah, Terimakasih Putra."

Talian sambungan pun terputus. Putra menghela nafas panjang.

" Aneh." Gumam Sintia.

" Aku juga merasa demikian, Tapi alasannya masuk akal."

" Lalu, Kau akan datang kesana ?"

Putra tersenyum simpul.

" Kau tolong bantu sekertaris aku menyelesaikan semua pekerjaan ya, dia pasti akan kalang kabut. Saat ini pekerjaan ku banyak banget."

Sintia mengiyakan sambil tersenyum.

>>>

Donita saling TOS dengan Sari, akhirnya mereka menemukan waktu yang tepat untuk melancarkan aksinya. Yaitu disaat Dito memiliki jadwal keluar kota.

Dan tambah senang nya, Dara lagi-lagi menolak untuk ikut. Dia memilih diam di rumah saja.

****

Tanpa sengaja, Dara tertidur di kursi malas tepi kolam. Ia tidak tahu jika Putra sudah tiba dan merenungi wajahnya dalam beberapa saat. Hingga akhirnya, Dada bangun. Ia sontak kaget dan berjingkat bangun.

" Kau?? Kau sedang apa disini ? Kapan kau datang ?" Dara celingukan, keadaan di sekeliling cukup sepi.

" Udah tadi, Aku tidak tega membangunkan mu. Nampak kau sangat nyaman sekali." Jawab Putra sembari duduk di kursi sebelah.

Dara menghela nafas lega, ia pun kembali duduk.

" Sama siapa kamu datang ?"

" Sendiri."

" Mau ketemu Dito? Dia tadi pagi berangkat ke luar kota. Mamanya juga pergi setelah nya." Jelas Dara.

Putra mengangguk mengerti.

" Aku akan tinggal beberapa hari disini."

Dara Sontak kaget, tidak seperti biasanya.

" Kenapa ? Perasaan tidak ada acara besar disini ?"

Putra tersenyum kaku, biasanya dulu Dara akan sangat senang jika Putra menginap. Sebab Dara hanya dekat dengan Putra.

" Kau banyak berubah." Gumam Putra.

Dara diam, ia membingkai dalam wajah Putra.

Jadi dia kesini dan mau menginap disini sebab tahu kalau Dito dan Donita tidak di rumah. Dia takut aku kenapa_kenapa. Perhatian sekali...

" UMM aku akan menyuruh pelayan untuk membersihkan kamar mu." Dara bangkit, Putra tidak menjawab. Ia hanya mengekori kepergian Dara dengan tatapan nya.

" Gila sih ini, Aku jadi takut. Kok dia bisa tahu kalau Dito dan Donita pergi ? Apa mungkin dia punya pelayan khusus disini ? Ah... Ataukah ini sebagian rencana Donita? Kesal sekali aku, belakangan ini aku tidak pernah melihat Donita dan pelayan nya. Apakah mereka menghindari ku karena takut aku tahu rencana mereka ? Sungguh licik... Aku harus tahu mereka ada dimana sekarang ?"

Dara mencari Ayu, pelayan yang sudah berselingkuh dengan pacar Sari. Pasti pelayan itu mau diajak kerja sama.

Setelah bertanya kepada beberapa pelayan, akhirnya ia menemukan Ayu yang tengah menyetrika baju.

" Eh.. Kau tahu Sari kemana ?" Dara bertanya.

Ayu menggeleng kaku, Dan Dara percaya jika Ayu memang saat ini tidak tahu apa-apa.

" Ah kesal sekali, Bagaimana aku bisa mengusir Putra? Dia pasti menolak. Tapi kalau disini ? Dan itu memang rencana Donita? Maka semua nya akan menjadi masalah. Emang wanita ular dia, kenapa sih aku pakek acara lupa segala mau ngasih tau Dito kalau Donita bukan ibunya?. Dan Ibu kandung Dito sebenarnya sudah lama meninggal."

Gerutu Dara pada dirinya sendiri. Dia mengepalkan tangan kuat-kuat. Kalau saja Donita ada di rumah, sudah pasti Dara akan membuat perhitungan.