Jianying adalah seorang permaisuri dari dinasti Han yang sangat dibenci oleh suaminya sendiri, yaitu Kaisar Han.
Semua itu karena Jianying adalah putri dari kaum kafir, kaum yang dari dulu selalu menentang kedaulatan Kerajaan.
Jianying yang cinta mati pada Kaisar melajukan segala cara untuk menarik perhatian Kaisar sampai harus berbuat hal kejam dengan mencelakai selir kesayangan Kaisar yaitu Limei.
Kaisar yang marah besar lantas menghukum mati Jianying dan seluruh keluarganya.
Tapi bagaimana jika Jianying yang telah di penggal kepalanya oleh Kaisar ternyata di beri kesempatan hidup ke dua?
Apa yang akan dilakukan oleh Jianying untuk merubah nasibnya?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon santi.santi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kesempatan ke dua
Otor datang lagi dengan karya baru nih readers..
Meski otor coba genre baru, tapi novel otor ini nggak jauh-jauh dari romance ya..
Terus otor yakin kalian pasti udah banyak baca novel lain dengan laur yang hampir mirip, tapi semua penulis pasti punya ide dan cara pengembangan yang beda-beda ya...
Jadi tolong nikmati saja alurnya, karena ini murni pemikiran otor sendiri...
Selamat membaca....😘
*
*
*
"Kaisar, tolong ampuni Hamba. Tolong bebaskan Hamba!!"
Jian Ying yang sudah tak berdaya terus memohon dengan suaranya yang lirih. Seluruh tubuhnya sudah tidak bisa digerakkan karena kedua tangan dan kakinya telah patah akibat disiksa secara brutal oleh algojo atas perintah Kaisar Han, suaminya sendiri.
"Tidak ada lagi kesempatan bagi wanita berhati iblis macam dirimu di dunia ini!!"
Air mata Jian Ying terus menetes melihat tatapan kebencian dari pria yang selama ini ia cintai setengah mati. Pria yang membuatnya rela mengorbankan kedua Orang tua dan Kakaknya demi cinta.
"Cepat penggal kepalanya sekarang juga!!"
Jian Ying hanya bisa pasrah saat ini. Sekilas dia menatap ke arah kedua Orang tua dan Kakaknya yang telah terbujur kaku. Mereka juga telah di habisi oleh Kaisar kesayangan itu. Jian Ying juga melihat Shuwen, dayang setianya telah tak bernyawa.
Jian Ying kembali menatap Kaisar Han. Dengan sorot matanya penuh keputusasaan itu, tersirat berbagai macam pesan di sana. Kebencian, kemarahan, serta kekecewaan yang mendalam.
Kini Jian Ying sadar sebesar apapun cinta yang ia miliki untuk Kaisar, itu tidak akan cukup kalau hanya sebelah pihak saja yang merasakannya.
Cinta suaminya itu hanya untuk Li Mei. Selir kesayangan Kaisar Han juga kesayangan seluruh penduduk Dinasti Han.
Dia hanyalah permaisuri yang di beri Tahta karena keluarganya mempunyai puluhan ribu pasukan perang yang handal. Dinasti Han yang sangat membutuhkan dukungan kekuatan perang demi memperluas kekuasaannya tentu membutuhkan dukungan itu meski dari kaum Kafir. Kaum yang berasal dari kaum rendahan, pengemis dan perampok.
Mau tak mau Kaisar Han menikahi Jian Ying sebagai syarat yang di ajukan Tuan Xiao selaku pimpinan kaum Kafir satu tahun yang lalu.
Tentu Tuan Xiao melakukan itu demi putri tercintanya yang diam-diam mencintai Kaisar Han. Seorang Kaisar yang tampan dengan kecerdasan dan juga kepiawaiannya memimpin kedaulatan Dinasti Han. Juga karena Tuan Xiao ingin kaumnya ditakuti oleh kaum Bangsawan yang selalu merendahkan kaum kafir. Tuan Xiao ingin memperkuat kaumnya dengan menempatkan putrinya di sisi Kaisar Han.
Namun Kaisar Han hanya menganggap pernikahan itu sebagai perjanjian saling menguntungkan saja. Karena jika putri dari pimpinan Kaum Kafir menikah dengannya, maka menurutnya derajat Kaum Kafir akan sedikit terangkat, tentu itu sudah impas.
Terlebih Kaisar Han sama sekali tidak menyukai Jian Ying. Wanita angkuh, sombong, kasar dan tidak bisa di atur. Persis seperti kaumnya, pembelot dan penentang.
SLIINGG......
Suara pedang yang di angkat dari sarungnya membuat telinga Jian Ying berdengung. Dia sudah siap menghadapi kematiannya saat ini juga.
Hidupnya harus berakhir mengenaskan hanya karena cinta.
Tapi sekarang tatapan matanya yang masih lurus menatap Kaisar yang duduk dengan santai di depan sana di temani dengan Li Mei, selir kesayangan Kaisar membuat Jian Ying bersumpah...
"Jika aku diberikan kesempatan hidup kedua. Aku memilih melepaskan semua ini, cinta dan perasaanku demi keluargaku dan diriku sendiri"
JLEGG....
Jian Ying merasakan tengkuknya di tebas dari belakang dengan pedang yang sangat tajam.
"Uhuk..uhuk..."
"Permaisuri? Anda sudah sadar?" Seorang dayang terlihat begitu panik melihat Permaisurinya membuka mata dengan terbatuk-batuk.
"Silahkan di minum dulu Permaisuri" Dayang itu membantu Jian Ying untuk duduk dan meneguk minumannya.
"S-shuwen?" Jian Ying baru sadar kalau yang ada di hadapannya saat ini adalah Shuwen, dayang setianya. Padahal Jian Ying menyaksikan sendiri bagaimana Shuwen ikut di eksekusi oleh algojo itu sebelum kedua Orang tuanya.
Jian Ying lalu melihat ke seluruh tubuhnya. Dia meraba kedua kaki, tangan dan lehernya.
"Iya Permaisuri, ini Hamba. Hamba senang sekali akhirnya Permaisuri bisa sadar kembali setelah lima hari tidak sadarkan diri" Shuwen menangis bersimpuh di sisi ranjang milik Jian Ying.
"Lima hari?" Kepala Jain Ying terasa berdenyut. Dia masih belum paham apa yang sedang terjadi saat ini.
Seingatnya, dia sudah mati karena dihabisi oleh suaminya sendiri. Tubuhnya telah remuk dengan kepala terpisah dari tubuhnya.
Tapi kenapa saat ini dia berada di dalam kamarnya. Dia masih utuh meski kepalanya terasa pusing. Shuwen juga masih baik-baik saja dihadapannya.
"Benar Permaisuri. Maaf Hamba lupa karena terlalu senang, Hamba panggilkan Tabib istana untuk memeriksa Permaisuri"
Jian Ying tak mencegah Shuwen yang sudah berlari keluar dari kamarnya. Semua itu karena Jian Ying yang masih belum bisa mencerna semua itu.
"Salam dari Hamba Permaisuri" Kedatangan tabib yang memberi salam sampai bersimpuh membuat Jain Ying terdiam.
Dia tak berkata apapun, entah apa yang sedang ada dalam pikiran Jian Ying. Dia juga masih terdiam saat Tabib istana itu memeriksanya.
"Keadaan Permaisuri sudah kembali pulih. Tapi masih begitu lemah. Hamba mohon Permaisuri tetap beristirahat untuk beberapa waktu lagi" Ucap Tabib itu sambil memeriksa denyut nadi di pergelangan tangan Jian Ying.
"Memangnya apa yang terjadi pada ku sebelumnya?" Tanya Jian Ying dengan datar, tatapannya pun lurus ke depan tanpa memandang Tabib dan Shuwen yang saling menatap dengan penuh tanya.
"Permaisuri terjatuh di taman Harem dan k-kepala Permaisuri terbentur batu"
Shuwen ketakutan karena Jian Ying saat ini menatap ke arahnya.
"Musim apa sekarang ini?"
"Satu minggu lalu baru memasuki musim semi Permaisuri"
"Musim semi? Berarti saat ini adalah dua bulan sebelum aku di eksekusi mati oleh pria kejam itu, dan satu minggu yang lalu adalah saat aku menanggung malu karena ajakan untuk bermalam bersama di tolak oleh Kaisar untuk ke sekian kalinya selama satu tahun pernikahan kami"
"Baiklah kalian boleh keluar" Ucap Jian Ying dengan datar lalu kembali membaringkan tubuhnya.
Tingkah Jian Ying yang aneh itu membuat Suwen dan Tabib itu kembali kebingungan. Dia tak lagi melihat Jian Ying yang berteriak mengusir mereka keluar dari kamarnya.
"Hamba mohon undur diri Permaisuri" Tabib itu di ikuti Shuwen keluar dari kamar Permaisuri.
Kabar tentang kembalinya Permaisuri setelah lima hari tak sadarkan diri langsung menyebar ke seluruh penjuru istana.
Hal itu juga langsung terdengar di telinga Sang Kaisar yang Agung.
Cklak....
Kaisar meletakkan bidak berwarna hitam pada papan Igo nya.
Wajah datar dan dinginnya sama sekali tak menunjukkan reaksi apapun melihat Permaisurinya telah kembali sadar.
"Dia masih ingin kembali ternyata" Gumam Han Shun Yuan, Kaisar Han yang begitu di segani oleh rakyatnya.
tapi apapun itu, terimakasih untuk cerita yg indah dan sangat sarat makna..
bahagia mmg hrs diciptakan bukan diangankan saja
kayaknya bakal mirip bara bere nggak ya...???
hayo Lo... bakal dihajar lagi nggak tuh...udah hamilin anak kesayangannya...