Sebagai seorang wanita yang sudah kehilangan rahimnya, dia tetap tegar menjalani hidup walau terkadang hinaan menerpanya.
Diam-diam suaminya menikah lagi karena menginginkan seorang anak, membuat ia meminta cerai karena sudah merasa dikhianati bagaimanapun dia seorang wanjta yang tidak ingin berbagi cinta dan suami.
Pertemuannya dengan seorang anak kecil membuat harinya dipenuhi senyuman, tapi ia juga dilema karena anak itu meminta ia menjadi ibunya itu berarti dia harus menikah dengan Papa dari anak itu.
Akankah Yasna menerima permintaan anak kecil itu atau kembali kepada mantan suami?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon husna_az, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
3. Toko kue Ibu
"Neng, kenapa kita ke mall? Belanja di mini market dekat rumah saja?" saran Bik Rahmi.
"Sekali kali, Bik," sahut Yasna tanpa melihat Bik Rahmi.
"Ayo, Bik! Mana catatannya?" pinta Yasna.
Bik Rahmi memberikan catatan yang sudah mereka persiapkan dari rumah, mereka memasukkan apapun yang berada dalam catatan kedalam troli.
Setelah selesai belanja kebutuhan dapur, Yasna mengajak Bik Rahmi kesebuah toko pakaian.
"Kita beli baju dulu ya, Bi?" ajak Yasna.
"Nggak ah, Non! Baju disini pasti mahal-mahal," tolak Bik Rahmi.
" Nggak usah pikirkan soal itu, biar aku yang bayar nanti," ucap Yasna.
Yasna membeli beberapa baju untuknya dan kemeja untuk Zahran, sementara Bik Rahmi hanya membeli dua, ia juga membelikan baju untuk Pak Zaki, satpam di rumahnya. Sebenarnya Yasna ingin membelikannya lagi, tapi Bik Rahmi menolaknya.
Dari kejauhan Yasna melihat seseorang yang ia kenal.
"Sebentar, Bik," ucap Yasna berlari.
"Ada apa, Neng?" tanya Bik Rahmi.
Yasna tak memperdulikan pertanyaan Bik Rahmi, ia terus berlari mencari sesuatu yang ia lihat tadi, sementara Bik Rahmi mengejarnya dibelakang.
"Neng, ada apa?" tanya Bik rahmi lagi setelah berhasil mengejar Yasna.
"Tadi aku seperti melihat Abang, Bik!" jawab Yasna, sambil melihat kekiri dan kekanan mencari keberadaan seseorang tadi, tapi sepertinya dia kehilangan jejak.
"Tuan kan sedang kerja, Neng!" seru Bik Rahmi.
"Mungkin hanya mirip, Bik. Soalnya tadi orang itu menggendong anak kecil dan disampingnya ada seorang wanita hamil," ujar Yasna.
"Si Eneng mah ada-ada saja," ucap Bik Rahmi.
'Ya Allah semoga apa yang aku lihat memang bukan Abang Zahran, tapi kenapa perasaanku tidak enak?' tanya Yasna dalam hati.
"Neng, ini sudah. Kita mau kemana lagi?" tanya Bik Rahmi dengan membawa papper bag.
"Kita makan siang dulu, Bik," jawab Yasna.
"Terserah Neng saja, Bibik mah ngikut," ucap Bik Rahmi.
Mereka berjalan mencari restaurant yang menyajikan masakan khas Indonesia, karena Yasna tahu Bik Rahmi tidak menyukai masakan luar negeri apalagi yang masih mentah.
****
Malam harinya.
"Abang, hari ini kemana saja?" tanya Yasna.
"Tumben kamu nanya gitu?" tanya balik Zahran dengan menyernyitkan keningnya.
"Aku cuma mau tahu saja, Bang? Apa saja kesibukan Abang? Abang disana sibuk aku di rumah malah enak-enakan tidur," kilah Yasna, karena sebenarnya dia masih penasaran dengan orang yang ia lihat tadi siang.
"Abang seharian dikantor, Sayang. Banyak yang harus Abang selesaikan segera, justru Abang seneng kamu di rumah bersantai jadi nggak capek," ucap Zahran.
"Tapi lama-lama bosan, Bang," ucap Yasna.
"Kan ada Bibik," sahut Zahran.
"Bibik punya kesibukan, beres-beres mulu, aku bantuin nggak boleh," ucap Yasna cemberut. "Bang besok aku mau ke toko kue Ibu ya? aku kangen banget sama Ibu."
Ibu yang dimaksud adalah Ibunya Yasna.
"Boleh, besok sebelum kerja aku antarin kamu dulu," ucap Zahran.
"Apa Abang nggak terlambat?" tanya Yasna.
"Siapa juga yang mau marah sama Boss," ucap Zahran membanggakan diri.
"Sombong!" cibir Yasna.
"Emang aku bosnya, gimana dong?" kilah Zahran.
"Iya, ya udah kita berangkat lebih pagi kalau gitu," ucap Yasna.
****
"Pagi banget sih, Sayang. Banguninnya? emang udah kangen banget ya sama ibu?" tanya Zahran saat baru duduk di meja makan.
"Ya iya lah, aku udah lama nggak ketemu sama ibu," ucap Yasna.
"Baru juga dua minggu, Sayang," sahut Zahran.
"Bagi Abang itu sebentar, tapi buat aku itu udah lama," ucap Yasna.
"Ya udah, ayo berangkat!" ajak Zahran setelah mereka menyelesaikannya sarapan pagi.
"Ayo!" sahut Yasna sambil bergelayut manja di lengan Zahran.
Mereka menaiki sebuah mobil mewah milik Zahran, jalanan masih nampak lenggang karena hari masih pagi, tak terasa mobil yang mereka naiki sudah berhenti didepan toko kue milik ibu Yasna, Zahran turun dari mobil lalu mengitarinya untuk membukakan pintu untuk Yasna.
"Masuk dulu, Bang?" tawar Yasna.
"Nggak usah, Sayang. Aku buru-buru, titip salam sama Ibu saja," ucap Zahran.
"Ya udah, hati-hati jangan ngebut," ujar Yasna.
"Iya, Assalamualaikum," pamit Zahran.
"Waalaikumsalam," jawab Yasna.
Cup
Zahran mencium kening Yasna yang dibalas Yasna dengan mencium punggung tangan Zahran.
Zahran kembali memasuki mobil dan melajukannya menuju tempat kerjanya. Setelah mobil Zahran tak terlihat, Yasna segera masuk ke toko kue milik Ibinya.
"Ibuu!" teriak Yasna langsung memeluk ibunya dari samping, karena sang Ibu sedang membuat kue.
"Kamu ini sudah menjadi seorang istri, masih saja suka teriak-teriak," gerutu Alina, Ibu Yasna.
"Di rumah aku seorang Istri tapi disini aku anak Ibu," ucap Yasna sambil mencium pipi Ibunya.
"Dasar manja, udah sana jangan gangguin Ibu, nanti hancur kuenya. Ini nanti siang mau diambil orangnya," ucap Alina.
"Oke, aku tunggu dikasir saja ya?" pinta Yasna.
"Terserah kamu, biasanya juga nggak pakek bilang," gerutu Alina.
Ting
Bunyi pintu terbuka tampak seorang pria memakai jas dengan wajah tegas dan berwibawa memasuki toko, wajahnya yang tampan dengan aura yang membuat siapapun terpikat, pria itu berjalan mendekat kearah kasir.
'Subhanallah nikmat mana lagi yang engkau dustakan, ck ck gilaa ganteng banget! Astaghfirullahaladziiim ingat Yasna kamu sudah punya suami," batin Yasna.
"Permisi, Mbak. Saya mau pesan kue ulang tahun," ucap pria tersebut.
Yasna masih diam memperhatikan pria tersebut.
"Mbak!" seru pria itu karena tak mendapatkan respon.
"Ah, iya ada yang bisa saya bantu?" tanya Yasna gugup.
"Saya mau pesan kue ulang tahun," jawab pria itu lagi.
"Untuk acara apa ya, Mas?" tanya Yasna.
"Acara ulang tahun putri saya," jawab Pria itu.
"Oh, berarti untuk anak-anak ya Mas?" tanya Yasna lagi.
"Iya, usianya lima tahun," jawab Pria itu.
"Mau kue yang seperti apa, Mas? Ini ada beberapa gambar, Mas bisa pilih," ujar Yasna sambil memberikan buku yang berisi gambar bermacam-macam kue.
"Yang ini saja, Mbak. Tapi saya mau hiasannyanya ikan," ucap pria itu.
"Ikan? ikan apa, Mas?" tanya Yasna.
"Ikan yang ada diTV," jawab pria itu, Yasna berpikir sejenak sebelum bertanya.
"Ikan terbang?" tanya Yasna memastikan.
"Bukan, itu yang berwarna orange," kilah pria itu.
"Oohhh Nemo!" seru Yasna setelah berpikir.
"Ya, itu," ucap pria itu membenarkan.
Yasna menahan tawanya bisa-bisanya dia berpikir kue ulang tahun dengan hiasan ikan terbang.
"Ada yang lucu, Mbak?" tanya pria itu karena melihat Yasna seperti menahan tawa.
"Ah tidak, ekheem maaf Masnya namanya siapa? biar saya buat notanya?" tanya Yasna.
"Emran," jawab pria yang baru diketahui bernama Emran itu.
"Kuenya mau diantar atau Mas ambil kesini?" tanya Yasna.
"Saya ambil sendiri saja," jawab Emran.
"Ini Mas notanya, Mas tolong tulis apa saja yang perlu ditulis diatas kuenya, seperti nama, umur, atau Mas ingin menulis yang lainnya silahkan," ucap Yasna sambil menyerahkan sebuah buku kecil.
.
.
.
.