Deskripsi Novel: "Bayang di Balik Jejak"
Di kota kecil Rivermoor yang diselimuti kabut, sebuah rumah tua bernama Rumah Holloway menyimpan rahasia kelam yang tidak pernah terungkap. Sejak pembunuhan brutal bertahun-tahun lalu, rumah itu menjadi simbol ketakutan dan misteri. Ketika Detektif Elena Marsh, yang penuh ambisi dan bayangan masa lalu, ditugaskan untuk menyelidiki kembali kasus tersebut, dia segera menyadari bahwa ini bukan sekadar pembunuhan biasa.
Jejak-jejak misterius membawanya ke dalam jaringan ritual gelap dan pembunuhan berantai yang melibatkan seluruh kota. Setiap langkah yang diambilnya memperdalam keterlibatannya dengan sesuatu yang lebih jahat daripada yang pernah ia bayangkan. Namun, ancaman terbesar justru datang dari bayang-bayang yang tak kasatmata—dan nama Elena ada di daftar korban berikutnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Zylan Rahrezi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
PINTU YANG TIDAK PERNAH TERTUTUP
Elena membuka matanya, tetapi tidak ada yang terlihat seperti yang dia harapkan. Bukannya kembali ke dunia yang dikenalnya, dia mendapati dirinya berada di tengah hutan lebat, dengan langit di atasnya yang tampak gelap dan tidak menyentuh cakrawala. Pohon-pohon tinggi menjulang, seperti raksasa diam yang mengawasi setiap langkahnya. Udara di sekitar terasa tebal dan berat, seolah ada sesuatu yang sangat mengancam tersembunyi di balik bayangannya.
“Liam?” suara Elena keluar terbata, matanya terbuka lebar mencari bayangan yang dikenalnya.
Dia sudah merasa ada sesuatu yang salah, dan perasaan itu semakin kuat saat dia melihat sekeliling. Bahkan udara pun terasa tidak biasa. Sebuah keheningan yang aneh menyelimuti hutan ini, sebuah keheningan yang tidak pernah ada sebelumnya. Tidak ada suara hewan, tidak ada angin. Hanya kekosongan yang menakutkan.
“Liam?” Elena mencoba lagi, tetapi jawabannya hanya hening. Rasa takut mulai merayapi tubuhnya, dan dia berbalik untuk melihat ke belakang.
Di sana, di antara pepohonan yang gelap, ada bayangan yang bergerak cepat. Tanpa berpikir panjang, Elena melangkah mundur, pedang di tangannya siap. Namun, bayangan itu muncul lebih jelas, dan dia dapat melihat sosok itu dengan sempurna—sebuah sosok manusia, tetapi wajahnya samar, seolah terbuat dari kabut gelap yang terus berubah-ubah.
"Siapa kamu?" Elena bertanya dengan suara yang terdengar lebih tegang daripada yang dia harapkan.
Sosok itu tidak menjawab. Sebaliknya, ia hanya berdiri di sana, mengamati Elena dengan tatapan kosong. Seketika, bayangan-bayangan dari pohon-pohon di sekitarnya mulai bergerak, seolah ada kekuatan yang mengendalikan mereka. Pohon-pohon itu, yang sebelumnya hanya diam, kini bergerak seperti makhluk hidup yang ingin menjebak Elena.
Mata Elena terbelalak saat ia menyadari, sesuatu yang lebih buruk daripada apa pun yang pernah dia hadapi sedang menyelimuti tempat ini. Dunia yang dia pikir telah dia selamatkan ternyata masih terperangkap dalam bayangan, dan itu bukan hanya tentang Liam. Ini lebih dari itu. Ini adalah tempat yang tidak pernah dimaksudkan untuk dimasuki siapa pun. Dunia yang seharusnya tidak ada.
---
Mata yang Terjaga dalam Kegelapan
"Elena..." suara Liam tiba-tiba terdengar lagi, kali ini lebih dekat, namun sangat berbeda dari sebelumnya. Suara itu terdengar berat, seperti ada sesuatu yang menahan-nahan setiap kata yang keluar.
"Di sini," Elena mendengar suara itu lagi, kali ini lebih jelas, datang dari dalam hutan, memanggilnya dengan suara yang penuh kebingungannya. Tanpa berpikir panjang, Elena mengikuti suara itu, meskipun setiap langkahnya semakin terasa berat dan setiap napasnya semakin sesak.
Ketika dia mencapai pusat hutan, dia mendapati diri berdiri di depan sebuah reruntuhan batu tua. Batu-batu besar tersebar di sekelilingnya, seolah tempat ini dulunya adalah sebuah kuil yang dilupakan oleh waktu. Di tengah-tengah reruntuhan itu, ada sebuah altar tua yang dikelilingi oleh simbol-simbol yang mengerikan, hampir seperti sebuah seruan yang mengundang kegelapan.
"Liam..." Elena memanggil sekali lagi.
Tiba-tiba, sebuah suara keras menggema, bukan dari Liam, tetapi dari sebuah bayangan yang mengerikan. Sesosok makhluk besar muncul di tengah reruntuhan, wajahnya bercampur aduk antara manusia dan sesuatu yang lebih gelap. Tubuhnya terbungkus dalam api hitam, berkilau seolah-olah dunia ini adalah bagian dari tubuhnya yang terpisah.
“Selamat datang, Elena,” suara itu menggema, begitu dalam dan berat, sampai-sampai tanah di bawahnya bergetar. "Kau akhirnya datang. Sudah lama sekali aku menunggu."
Elena mundur beberapa langkah, tubuhnya kaku dengan ketakutan. "Apa… siapa kamu?" suaranya bergetar.
Makhluk itu tertawa, dan setiap tawa yang keluar dari mulutnya seperti petir yang menggelegar. "Aku adalah penguasa dunia ini, dan dunia yang kau lihat sebelumnya hanyalah sebuah ilusi—sebuah jebakan yang diciptakan untuk membawamu ke sini."
"Apa yang kau inginkan?" Elena bertanya, namun rasanya dia sudah tahu jawabannya.
“Aku ingin kau melihat kebenaran, Elena. Kau adalah bagian dari teka-teki ini. Pedang itu milikmu karena kau adalah kunci untuk membukanya.”
---
Ilusi yang Memangsa Jiwa
Tanpa peringatan, altar di tengah reruntuhan itu mulai bersinar, mengeluarkan cahaya yang sangat terang, tetapi tidak ada kehangatan. Justru, cahaya itu terasa menusuk, masuk ke dalam tubuh Elena, membuatnya terjatuh. Dunia itu, dunia yang semula gelap, kini berubah menjadi kilatan-kilatan yang memutar otaknya.
Elena berusaha bangkit, namun seketika dia merasa seolah tubuhnya ditarik oleh kekuatan yang lebih besar. Semua yang dilihatnya mulai kabur, wajah Liam muncul dalam sekejap, namun kali ini, wajahnya penuh dengan luka-luka yang mengerikan, seperti sebuah pengorbanan yang sangat dalam.
"Liam!" teriak Elena, berusaha mencapai sosoknya.
Namun, dalam sekejap, sosok itu berubah menjadi bayangan mengerikan—sebuah bayangan yang menatapnya dengan mata yang penuh kesedihan. "Ini semua adalah ilusi, Elena," suara itu berbisik. "Aku sudah lama terperangkap di sini, dan kini, giliranmu."
"Tidak!" Elena berteriak. "Aku tidak akan terjebak di sini!"
Namun, tak ada yang bisa dia lakukan. Setiap gerakan terasa berat, setiap pikiran dipenuhi dengan keraguan. Dunia ini memanggilnya, menginginkan agar dia tetap berada di dalamnya—di dalam mimpi buruk yang tiada akhir.
Bayangan makhluk besar itu mendekat, dengan senyum jahat yang semakin lebar. “Kau akan bergabung denganku di sini, selamanya. Ini adalah dunia yang tidak akan pernah membiarkanmu pergi.”
Dengan satu tarikan besar, Elena merasa tubuhnya terseret ke dalam kegelapan yang tak terhingga, seperti terperangkap dalam sebuah lubang yang tidak ada dasar.
---
Kebangkitan dalam Kegelapan
Tiba-tiba, dia terbangun lagi, kali ini di atas tanah yang keras dan dingin. Elena membuka matanya dan mendapati dirinya kembali di tempat yang gelap ini, namun kali ini, dia merasa ada yang berbeda. Dia berdiri di tengah-tengah sebuah ruang yang sangat besar, dikelilingi oleh dinding yang tampaknya terbuat dari batu hitam pekat, tak satu pun celah cahaya yang bisa menembusnya.
Makhluk itu berdiri di hadapannya, wajahnya kini tampak lebih nyata—sebuah makhluk purba yang menunggu untuk mengklaim jiwa Elena. “Kau sudah terperangkap di dunia ini,” katanya dengan suara yang penuh kebanggaan. “Tidak ada jalan keluar.”
Tetapi kali ini, Elena tidak mundur. Pedang itu bersinar terang sekali lagi, lebih kuat dari sebelumnya. "Aku tidak akan menyerah."
Dengan sebuah dorongan yang luar biasa, Elena maju, siap untuk menghadapi makhluk itu—dan dunia yang terus menerkamnya.