Season Hunter

Di aula megah yang dihiasi ornamen klasik, Spectra dan Dale duduk berhadapan di ruangan yang sunyi setelah Count Emiris dengan putri nya pamit untuk mengurus sesuatu. Dale tersenyum santai, duduk menyandar dengan sikap khas seorang pangeran yang bebas dari beban istana.

"Jadi kau benar-benar seorang pangeran?" tanya Spectra dengan penasaran.

Dale terkekeh. "Ya, tapi sekarang aku bukan lagi pangeran, dalam arti sebenarnya."

Spectra terkejut mendengar jawabannya. "Bagaimana bisa begitu?"

"Karena aku memutuskan meninggalkan gelar itu. Tinggal di istana, melakukan upacara-upacara resmi, dan menjaga wibawa bangsawan bukan gayaku," jawab Dale dengan nada santai.

Spectra memandang Dale dengan penuh rasa ingin tahu. Bagi sebagian besar orang, status bangsawan adalah mimpi yang diidamkan. Namun, Dale, yang punya segalanya, memilih untuk meninggalkannya. Bagi Spectra, orang seperti Dale adalah teka-teki yang menarik.

Dale menghela napas lalu menatap Spectra dengan intens. "Ngomong-ngomong, aku belum tahu namamu."

"Spectra. Itu saja, tidak perlu embel-embel yang rumit," balas Spectra.

Dale tersenyum, tapi pandangan matanya menyiratkan kesan geli. "Ah, jadi Tuan Spectra yang kuat ini ternyata agak canggung berurusan dengan wanita, ya?"

Spectra langsung tersentak, wajahnya merah padam. Ia, yang biasanya dingin dan tenang, kini terlihat seperti anak kecil yang baru saja dipermalukan. "A-apa yang kau katakan? Kau bahkan tidak mengenalku!"

Dale tertawa kecil sambil mengangkat kedua tangannya, memberi isyarat seolah menyerah. "Dari cara wajahmu berubah saat didekati Putri Endrina, aku bisa tahu kok."

Spectra hanya mendengus dan melipat tangan di dadanya, merasa tidak nyaman diintimidasi seperti itu. Namun, Dale tampak menikmati momen ini.

"Tuan Spectra, ngomong-ngomong, setelah ini apa rencanamu?" Dale menatap serius ke arah Spectra, dan suasana bercanda tadi langsung berubah menjadi intens.

"Aku... Sebenarnya tidak punya tujuan khusus. Mungkin hanya akan berkelana di dunia ini untuk mengumpulkan pengalaman baru," jawab Spectra dengan nada tenang.

Dale menatap Spectra dengan penuh minat. "Hmm, kalau hanya berkelana sendirian itu membosankan, bukan? Bagaimana kalau kita bentuk kelompok petualang?"

Mendengar usulan itu, Spectra tercengang. Bagi dia, menjadi petualang mungkin hanya sebuah pekerjaan yang dianggap remeh dalam game yang dulu ia mainkan, Astaroth Online. Dia terbiasa menjalani kehidupan sebagai seorang karakter kuat yang berfokus mengalahkan monster dan mencari item langka, bukan membentuk kelompok dan menjelajahi dunia secara nyata.

"Petualang? Apa yang dilakukan para petualang di dunia ini?" tanya Spectra penasaran.

"Ah, mereka orang-orang bebas yang setiap harinya bisa melakukan apa saja! Mereka mencari harta karun, membasmi monster kuat, dan kadang memecahkan teka-teki di labirin yang penuh jebakan," jawab Dale dengan mata berbinar-binar.

"Labirin?" Spectra mengulangi kata itu, matanya berbinar.

"Benar! Di dunia ini banyak sekali labirin berisi harta karun. Tapi tidak semua orang bisa menaklukkannya, karena di dalamnya ada monster yang sangat kuat dan hanya petualang hebat yang bisa bertahan," jelas Dale sambil tersenyum penuh semangat.

Spectra terdiam sejenak, mencerna informasi itu. Dalam hatinya, ia merasa ini adalah tantangan baru yang jauh lebih nyata dan menarik daripada sekadar memainkan karakter di dalam game. Sadar bahwa ini bukan lagi Astaroth Online, Spectra mulai menyadari jika dunia ini menyimpan lebih banyak rahasia dan petualangan yang menantinya.

"Aku setuju," kata Spectra akhirnya, dengan senyum penuh keyakinan. "Ayo kita bentuk kelompok petualang kita!"

Dale tersenyum lebar. "Mantap! Ini akan jadi petualangan luar biasa, Tuan Spectra!"

Percakapan mereka mendadak terganggu ketika Putri Endrina dan Count Emiris kembali ke ruangan, mendengar bahwa Spectra ingin menjadi petualang. Putri Endrina, yang sejak tadi memperhatikan Spectra dengan penuh perhatian, tampak kecewa.

"Kau sungguh ingin pergi, Tuan Spectra? Padahal aku baru saja berdiskusi dengan ayah untuk memintamu menjadi pengawal pribadiku," ucap Putri Endrina, nadanya penuh kesedihan.

Spectra yang baru saja mendapatkan usul petualangan mendadak terdiam dan menundukkan kepala, merasa bersalah. Bagaimana pun, ia merasa berhutang budi pada Putri Endrina, yang telah menyelamatkannya saat pertama kali datang ke dunia ini.

"T-terima kasih atas niat baikmu, Putri. Tapi aku sudah memutuskan untuk menjalani hidupku sebagai petualang," ucap Spectra dengan lembut. Ia meraih tangan Putri Endrina dan mengembalikan cincin yang sempat diberikan gadis itu kepadanya sebagai tanda terima kasih.

Melihat tindakan itu, mata Putri Endrina tampak berkaca-kaca. Ia menggigit bibirnya, tampak tak rela melepas kepergian Spectra.

"Aku mengerti," kata Putri Endrina akhirnya, meski suaranya terdengar parau. "Aku berharap kita bisa bertemu lagi suatu hari, Tuan Spectra."

Spectra tersenyum lembut, meski ia merasa ada yang berat di hatinya. "Tentu, Putri Endrina. Sampai jumpa."

Di tengah suasana haru itu, Dale berdiri dan merogoh tas besarnya, mengeluarkan sekantung uang yang sangat besar, lalu meletakkannya di atas meja di hadapan Count Emiris.

BRAKK!

"Dengan ini, semua kerusakan yang kami sebabkan sudah lunas," ujar Dale sambil tersenyum.

Count Emiris yang melihat sekantung penuh emas di hadapannya hanya bisa terbengong. "Ini... Ini terlalu banyak, Pangeran! Biaya perbaikan tak semahal ini."

Dale hanya tersenyum acuh. "Tidak apa-apa, anggap saja sisanya sebagai tanda terima kasih dari kami. Sekarang kami benar-benar tak berhutang apapun."

Count Emiris mengangguk ragu, masih takjub melihat sekantung emas itu. "Terima kasih, Pangeran Dale. Anda benar-benar dermawan."

Dale menoleh ke Spectra dan mengangguk, memberi isyarat untuk segera pergi. Spectra hanya menundukkan kepalanya ke arah Putri Endrina sebagai salam perpisahan terakhir, lalu menyusul Dale yang sudah melangkah lebih dulu keluar dari ruangan.

Saat mereka berdua berjalan keluar dari aula besar, Spectra merasakan kelegaan sekaligus semangat baru yang membara di dadanya. Dunia baru ini terasa penuh tantangan dan misteri yang menanti untuk dijelajahi. Sementara itu, Dale melangkah di sisinya dengan wajah ceria.

"Aku tak sabar untuk memulai petualangan kita, Tuan Spectra. Akan ada banyak hal menarik yang akan kita temui," ujar Dale dengan penuh semangat.

Spectra menatap langit yang cerah di atas mereka, merasakan angin yang seolah berbisik tentang petualangan yang menanti. Di dalam hatinya, ia merasa bahwa keputusannya untuk menjadi petualang bersama Dale adalah langkah yang tepat.

"Ya, aku juga merasa begitu," jawab Spectra sambil tersenyum tipis. Mereka berdua melangkah mantap, siap menghadapi dunia luas yang penuh dengan kemungkinan tak terbatas. Bagi Spectra, ini bukan lagi hanya permainan, melainkan hidup baru yang harus dijalani dengan sepenuh hati.

Dan dengan begitu, dimulailah petualangan besar mereka di dunia yang penuh dengan tantangan, kekuatan, dan misteri.